20 Juta Penduduk Yaman Terancam Mati Kelaparan

Penduduk Yaman (Al-alamnews.ir)

Penduduk Yaman (Al-alamnews.ir)

Ada sekitar 80% penduduk di Yaman, salah satu negara termiskin di dunia Arab yang saat ini berada dalam bahaya mati kelaparan. Sebabnya tak lain adalah karena negara itu tengah diblokade, dan diserang oleh pasukan Arab Saudi dan sekutunya, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS). Sudahkah CNN, BBC, NBC, Fox, Sky, dan media-media mainstream lainnya mengabarkan hal ini?

Seperti diketahui, kondisi ini merupakan sesuatu yang sangat krusial, dan merupakan bencana kemanusiaan terbesar saat ini. Menariknya, AS memiliki kontribusi besar dalam kekacauan ini, karena tanpa adanya dukungan diplomatik, logistik dan intelejen dari negara adidaya ini, maka serangan Arab Saudi ke Yaman tidak mungkin akan terlaksana.

Hal yang tak kalah menarik lainnya adalah bahwa AS telah berulangkali menciptakan tragedi serupa. Misalnya, ada 260.000 orang yang meninggal di tahun 2010-2012 di Somalia karena kelaparan setelah adanya intervensi militer berkelanjutan  AS-Ethiopia. Sekitar satu juta penduduk Irak meninggal pada tahun 1990-an karena AS memberlakukan sanksi kepada Irak.

Totalnya sekitar 20 juta penduduk Yaman, yang berada dalam ancaman kematian karena  kelaparan. Menurut PBB, mereka sangat membutuhkan bantuan darurat berupa makanan dan minuman, obat-obatan dan bahan bakar.

Krisis tak terbayangkan ini terdengar seperti kisah film-film yang mengangkat tema bencana alam, namun kita tahu bahwa hal ini bukan disebabkan oleh gempa bumi ataupun tsunami.

Negara-negara pengebom Yaman menargetkan kelompok reformis Ansarullah yang dituduh sebagai perpanjangan tangan dari negara Republik Islam Iran. Sayangnya bukti ini sangat tipis.

Menurut  Chris Toensing, Direktur Eksekutif Middle East Research and Information Project (MERIP), pada tahun 2011 muncul gerakan anti-pemerintahan yang serupa dengan peristiwa di Mesir dan Tunisia. Ali Abdullah Saleh, pemimpin Yaman saat itu digulingkan. Namun tidak ada pemilihan demokratis untuk mengangkat penggantinya, melainkan dengan dukungan dari Arab Saudi dan AS, Abd Rabbuh Mansur Hadi mengambil alih pemerintahan. Di bawah kepemimpinan Hadi, tidak ada kepedulian untuk mengentaskan kemiskinan, korupsi semakin menjadi-jadi, dan akhirnya kondisi ini mendorong kembali munculnya gerakan perlawanan.

Toensing melanjutkan, beberapa bulan yang lalu, gerakan Ansarullah berhasil mengambil alih Sanaa, ibukota Yaman. Hadi pun melarikan diri, dan tak lama kemudian Arab Saudi mengebom Yaman.

Beberapa milisi lokal Yaman di wilayah tengah dan selatan yang anti- Ansarullah, dan tentara yang masih setia kepada Saleh yang dulunya berseteru, kini telah menjadi sekutu. Lalu muncullah jaringan Al-Qaeda yang membuat keadaan semakin parah.

“Singkatnya kondisi ini sangat rumit, dan bom sama sekali tidak membantu,” tulis Chris Toensing.

Arab Saudi, AS, dan sekutunya mendukung Hadi. Namun, lanjut Chris Toensing, mereka sama sekali tidak memiliki rencana untuk meminimalisir kerusakan Yaman. Saat ini wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Yaman telah ditutup. Bandara juga ditutup dan Arab Saudi juga melakukan embargo di laut yang semakin memperburuk kondisi Yaman.

“Apakah tujuan dari intimidasi ini adalah untuk memompa lebih banyak minyak? Pemerintahan Obama harus menarik dukungannya terhadap serangan ini, mencabut blokade, dan menjadi penengah bagi faksi-faksi yang terlibat perebutan kekuasaan di Yaman,” tutupnya.

source:

http://www.globalresearch.ca/us-saudi-man-made-famine-threatens-20-million-yemenis/5461858