Jakarta, ICMES. Penasihat Panglima Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Hujjatul Islam Hossein Taeb, mengatakan bahwa reaksi balasan Iran terhadap Israel atas pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, akan “baru dan mengejutkan.”
Surat kabar AS Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa Iran menolak upaya AS , Eropa dan Arab untuk memoderasi tanggapannya terhadap pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, di ibu kota Iran, Teheran.
Tentara Yaman kubu Ansarullah memperlihatkan rekaman video serpihan “drone AS yang sarat bom”, yang tertembak jatuh di Yaman utara.
Berita selengkapnya:
Iran IRGC: Balasan Iran akan “Baru dan Mengejutkan”
Penasihat Panglima Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Hujjatul Islam Hossein Taeb, mengatakan bahwa reaksi balasan Iran terhadap Israel atas pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, akan “baru dan mengejutkan.”
“Operasi yang dirancang untuk membalas darah syahid Ismail Haniyeh akan menjadi hal baru dan mengejutkan,” ungkapnya, Ahad (4/8).
“Skenario yang dirancang untuk membalas darah Syahid Haniyeh tergolong skenario yang tak terbaca,” sambungnya.
Dia juga mengatakan, “Situasi sosial entitas Zionis (Israel) mengalami guncangan, karena mereka tidak mengetahui bagaimana skenario Iran, dan tidak ada yang berinvestasi di Israel secara ekonomi, dan modal meninggalkan kawasan itu.”
Juli lalu, surat kabar Israel Maariv melaporkan sebanyak 46.000 perusahaan Israel telah menutup usahanya sejak pecahnya perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober, dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 60.000 perusahaan pada akhir tahun ini.
Penasihat panglima IRGC menyebutkan bahwa “(Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu ingin mengubah kekalahannya melawan Hamas menjadi perang regional, dan membawa AS ke dalam perang.”
Dia menekankan bahwa “era hegemoni AS telah berlalu, dan kebijakan-kebijakannya tidak dapat menjadi pencegah.”
Hingga berita ini disusun, belum ada komentar langsung dari israel mengenai pernyataan Hossein Taeb, namun para pejabat Israel sebelumnya mengaku siap menghadapi skenario apa pun.
Israel sedang menunggu tanggapan militer dari Iran dan Hizbullah, dan meningkatkan status siaga ke tingkat maksimum, menyusul pembunuhan Haniyeh di Teheran, dan setelah tentara Israel mengumumkan pembunuhan komandan senior Hizbullah Fouad Shukr.
Perang Israel di Jalur Gaza, yang mendapat dukungan mutlak dari AS, telah menjatuhkan korban jiwa dan luka sekira 130.000 orang Palestina, yang sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, dan menyebabkan lebih dari 10.000 orang hilang, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Dalam peristiwa terbaru, Dinas Pertahanan Sipil Palestina di Jalur Gaza mengumumkan pada hari Ahad bahwa jumlah warga Palestina yang gugur dalam pemboman Israel yang menargetkan sekolah Al-Nasr dan Hassan Salama di Kota Gaza mencapai 30 orang.
Juru bicara badan tersebut, Mahmoud Basal, mengatakan , “30 warga Palestina menjadi gugur dan puluhan lainnya, kebanyakan dari mereka anak-anak, terluka akibat pemboman Israel di sekolah Hassan Salama dan Al-Nasr, yang menampung para pengungsi di sekolah Al-Nasr di lingkungan Nasr.”
Hal ini menjadikan jumlah sekolah yang menjadi sasaran tentara Israel dalam waktu kurang dari 24 jam menjadi tiga gedung, yang semuanya berlokasi di Kota Gaza. (irna/raialyoum)
Iran Tolak Seruan AS, Eropa dan Arab untuk Ringankan Balasannya atas Pembunuhan Haniyeh
Surat kabar AS Wall Street Journal (WSJ) pada hari Minggu (4/8) melaporkan bahwa Iran menolak upaya AS , Eropa dan Arab untuk memoderasi tanggapannya terhadap pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, di ibu kota Iran, Teheran.
WSJ menyebutkan bahwa AS, negara-negara Eropa dan Arab yang bermitra dengan Washington menyampaikan pesan kepada Iran, menyerukan “non-eskalasi,” dan memperingatkan bahwa setiap serangan besar akan mengakibatkan reaksi keras dari Israel.
Menurut surat kabar tersebut, Iran mengatakan kepada diplomat Arab bahwa mereka tidak peduli jika tanggapan terhadap Israel nanti mengarah pada pecahnya perang.
WSJ mengklaim bahwa upaya presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, untuk meningkatkan hubungan dengan Barat akan memiliki peluang lebih besar jika Iran dapat mengendalikan diri, menurut orang-orang yang berpartisipasi dalam diskusi tersebut.
Pesan AS juga menyebutkan “Washington menekan Israel agar juga mengurangi eskalasi.”
WSJ menyatakan, “Kali ini Iran menolak memberikan peringatan rinci yang akan membantu mengurangi dampak serangan terhadap Israel.”
Israel menempatkan tentaranya pada status siaga maksimal, dan para pejabat AS berupaya mempersiapkan aset militer dan mitra regional untuk menghentikan serangan yang dikhawatirkan akan lebih luas dan rumit dibandingkan serangan Iran pada bulan April lalu, yang bersandi “Operasi Janji Sejati”.
Ketua parlemen Iran, Mohammad Baqir Qalibaf, pada hari Ahad menegaskan bahwa negaranya “tidak dan tidak akan membiarkan serangan apa pun terhadap kedaulatannya tanpa tanggapan”. Dia menekankan bahwa Israel dan AS “akan menyesali tindakan mereka dan terpaksa mengubah perhitungan mereka.”
Di pihak lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di hari yang sama menegaskan “satu serangan akan berbalas dua serangan”.
Dia menambahkan, “Garis merah Israel sudah diketahui, dan kami akan menanggapi setiap upaya untuk melanggarnya.”
Netanyahu juga mengatakan, “Tangan panjang kami menjangkau Gaza, Yaman, Beirut, dan setiap tempat yang membutuhkannya.”
Kalangan yang mengetahui dokumen komunikasi di Washington menilai komunikasi itu akan memberikan kesempatan untuk merangsang mediasi dengan Iran, termasuk penentuan lokasi dan waktu serangan militer Iran ke kedalaman Palestina pendudukan, dengan tujuan mencapai tahap aturan keterlibatan yang tidak menjurus pada perang regional yang terbuka dan komprehensif.
Iran bersikeras tidak akan memberikan jaminan apa pun kepada mediator untuk memenuhi permintaan pintu belakang Israel agar tidak menyerang Haifa dan Tel Aviv.
Idenya sekarang, yang sedang dikerjakan dengan antusias oleh kalangan pengambil keputusan AS, ialah membujuk Iran agar melancarkan serangan yang telah disepakati sebelumnya, dan tempat serta waktu akan ditentukan di sekitar Haifa dan Tel Aviv.
Bisa jadi, itulah usulan yang disampaikan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken kepada pimpinan Qatar, di tengah akumulasi kesan di Washington bahwa Doha setuju untuk menyampaikan pesan tersebut. (raialyoum/alalam)
Pasukan Yaman Pamerkan Drone Canggih MQ-9 yang Tertembak Jatuh di Sa’dah
Tentara Yaman kubu Ansarullah memperlihatkan rekaman video serpihan “drone AS yang sarat bom”, yang tertembak jatuh di Yaman utara.
Saluran TV Al-Masirah, yang berafiliasi dengan Ansarullah, menayangkan video tersebut dan mengatakan bahwa pesawat MQ9 ditembak jatuh para hari Minggu, “saat sedang melakukan agresi”.
Disebutkan pula bahwa pesawat nirawak canggih itu “membawa dua rudal, salah satunya adalah rudal termal yang tidak meledak.”
Sebelumnya di hari yang sama, juru bicara militer Angkatan Bersenjata Yaman, Drigjen Yahya Saree, mengumumkan bahwa “angkatan laut, angkatan udara, dan pasukan rudal Yaman berhasil menembak jatuh sebuah pesawat nirawak AS tipe MQ 9 , dengan rudal permukaan ke udara buatan lokal, ketika drone itu sedang melakukan permusuhan di wilayah udara Provinsi Sa’dah di bagian utara Yaman.” (raialyoum)