Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 31 Mei 2021

roket hamasJakarta, ICMES. Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menyatakan pihaknya sudah memulai pembuatan ribuan roket baru setelah faksi pejuang di Jalur Gaza ini melepaskan ribuan roketnya dalam pertempuran melawan Rezim Zionis Israel pada 11-21 Mei 2021.

Kepala Biro Politik Hamas di Jalur Gaza Yahya Sinwar mengatakan bahwa gerakan perlawanan Islam Palestina sejak semula sudah siap untuk gencatan senjata dengan Rezim Zionis Israel, yaitu pada awal-awal terjadinya pertempuran antara kedua pihak.

Polisi Rezim Zionis Israel menabrakkan mobilnya ke bocah Palestina di lingungan Ras Al-Amud, distrik Silwan di selatan Masjid Al-Aqsa, Quds (Yerussalem), hanya lantaran  bocah berusia 15 tahun itu bersepeda kayuh sembari memasang bendera Palestina pada sepedanya.

Pemerintah Yaman kubu Ansarullah (Houthi) yang berkedudukan di ibu kota, Sanaa, menegaskan bahwa bangsa negara ini akan menggunakan opsi yang tepat untuk pembebasan beberapa pulau negara ini dari pendudukan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat (AS).

Berita Selengkapnya:

Hamas Nyatakan Mulai Produksi lagi Ribuan Roket Baru

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menyatakan pihaknya sudah memulai pembuatan ribuan roket baru setelah faksi pejuang di Jalur Gaza ini melepaskan ribuan roketnya dalam pertempuran melawan Rezim Zionis Israel pada 11-21 Mei 2021.

Anggota Biro Politik Hamas, Fathi Hamad, dalam sebuah pesannya Ahad (30/5)  menyatakan, “Pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel kami sudah memulai produksi ribuan roket demi menghentikan kecongkakan (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu di Quds dan Tel Aviv.”

Seperti diketahui, gencatan senjata antara para pejuang Gaza dan pasukan Zionis Israel diterapkan sejak Jumat 21 Mei lalu setelah Israel 11 hari melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza yang dihuni oleh lebih dari dua juta orang Palestina dan diblokade oleh Israel sejak tahun 2006 sampai sekarang.

Serangan Zionis itu menggugurkan 279 orang Palestina di Gaza, termasuk 69 anak kecil dan 40 wanita dewasa, serta melukai 8900 orang lainnya dengan kondisi 90 di antaranya parah.

Sedangkan di pihak Israel tercatat 13 korban tewas dan ratusan lainnya terluka akibat gempuran roket para pejuang Palestina di Gaza.

Kepala Biro Politik Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, Ahad, memastikan bahwa opsi perlawanan bersenjata terhadap agresi dan diskriminasi Israel tetap ada bagi para pejuang Palestina. Dia  menekankan bahwa kemungkinan perang akan selalu ada karena  Israel “menduduki tanah kami, mengusir orang-orang kami, dan masih melakukan pembunuhan.” (fna)

Yahya Sinwar: Hamas Siap Gencatan Senjata Sejak Awal Perang Terbaru Gaza-Israel

Kepala Biro Politik Hamas di Jalur Gaza Yahya Sinwar mengatakan bahwa gerakan perlawanan Islam Palestina sejak semula sudah siap untuk gencatan senjata dengan Rezim Zionis Israel, yaitu pada awal-awal terjadinya pertempuran antara kedua pihak.

Dalam wawancara dengan Vice News, Ahad (30/5), dia mengatakan bahwa tujuan Hamas dalam berperang dengan Israel saat itu semata untuk “menyampaikan peringatan” semata kepada Israel.

“Kami siap untuk gencatan senjata beberapa jam setelah pecahnya putaran (perang) ini. Kami telah menyampaikannya melalui perantara pada hari pertama, kedua dan ketiga. Kami telah memberitahu saudara-saudara Mesir, Qatar dan para wakil Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa kami siap untuk gencatan senjata segera dan tanpa syarat,” paparnya.

“Kami hanya ingin menyampaikan satu pesan kepada rezim pendudukan (Israel) bahwa kami tak dapat menerima mereka sewenangan-wenang terhadap Masjid Al-Aqsa, Quds dan orang-orang kami di Sheikh Jarrah dan melanjutkan kebijakannya yang menyalahi undang-undang internasional dan ketetapan internasional tentang Quds dan Tepi Barat dengan membangun permukiman dan merampas tanah, melanjutkan blokade terhadap kami dan orang-orang kami di Jalur Gaza, dan melanjutkan kebijakan apartheid dan diskriminasi ras terhadap orang-orang kami tanah pendudukan 1948,” lanjutnya.

Yahya Sinwar juga menegaskan bahwa Hamas tetap siap berjuang dengan mengangkat senjata melawan agresi dan rasisme Israel terhadap orang-orang Palestina, walaupun pada prinsipnya pihak Palestina “tidak menghendaki perang dan pertempuran karena bebannya sangat berat”.

Dia menyebutkan bahwa Hamas sekarang beralih ke “metode resistensi damai” dan menyalahkan  masyarakat internasional atas “sikap membiarkan peralatan perang” Israel.

Sinwar mengakui bahwa Israel memiliki arsenal yang besar dan dengannya rezim Zionis ini membunuhi anak-anak kecil dan kaum wanita Palestina secara sengaja, sementara para pejuang Palestina menggunakan “senjata-senjata sederhana”.

Mengenai serangan para pejuang Palestina ke kota-kota Israel dalam pertempuran tersebut dia mengatakan bahwa Hamas terpaksa membela bangsanya dengan “senjata-senjata yang tersedia padanya”, dan seandainya Palestina mampu menembakkan roket secara terkendali dan presisi maka serangannya akan diarahkan pada sasaran-sasaran militer semata. (raialyoum)

Gegara Kibarkan Bendera Palestina, Bocah Pegoes Ditabrak Mobil Polisi Israel

Polisi Rezim Zionis Israel menabrakkan mobilnya ke bocah Palestina di lingungan Ras Al-Amud, distrik Silwan di selatan Masjid Al-Aqsa, Quds (Yerussalem), hanya lantaran  bocah berusia 15 tahun itu bersepeda kayuh sembari memasang bendera Palestina pada sepedanya.

Saksi mata mengatakan bahwa tiga polisi Israel yang mengendarai mobil menguntit bocah pegoes itu dan kemudian menabraknya di dekat persimpangan kawasan Ras Al-Amud hanya karena bocah itu memasang dan mengibarkan bendera Palestina pada sepeda kayuhnya. Kejahatan polisi Zionis Israel ini menyebabkan bocah bernama Jawad Abbasi itu menderita luka pada kedua kakinya.

Saksi mata menambahkan bahwa bocah itu sempat ditahan sebelum kemudian dievakuasi untuk pengobatan.

Sementara itu, pasukan Israel pada hari yang sama mengumumkan pihaknya telah menembak seorang pemuda Palestina yang menyusup ke permukiman Zionis Ashkol dan menikam seorang warga Israel.

Media Israel menyebutkan bahwa pemuda Palestina itu melakukan penyerangan dengan menggunakan senjata tajam di kawasan Karm Abu Salim di wilayah Israel (Palestina pendudukan 1948) di dekat Jalur Gaza.

Juru bicara militer Israel mengatakan, “Baru saja terpantau satu orang Palestina dekat distrik Sadya Avraham di kawasan sekitar Gaza. Petugas keamanan segera mendatangi tempat itu dan melepaskan tembakan pada orang Palestina yang bersenjatakan pisau itu. Tentara lantas menyisir kawasan sekitar dan memeriksa keadaan.” (alalam)

Ansarullah Tegaskan Opsinya untuk Mengusir Pasukan Asing Yang Duduki Pulau-Pulau Yaman

Pemerintah Yaman kubu Ansarullah (Houthi) yang berkedudukan di ibu kota, Sanaa, menegaskan bahwa bangsa negara ini akan menggunakan opsi yang tepat untuk pembebasan beberapa pulau negara ini dari pendudukan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat (AS).

“Proyek pembangunan oleh para pelaku okupasi di provinsi Al-Mahra serta Pulau Socrota dan Pulau Mayyun (Perim) melanggar undang-undang internasional, dan membuat bangsa merdeka Yaman tergerak untuk bereaksi terhadapnya,” tegas Ansarullah dalam sebuah statemennya, Ahad (30/5).

Ansarullah memperingatkan bahwa perilaku pasukan pendudukan tiga negara itu secara langsung mengusik keamanan nasional Yaman dan kawasan sekitar.

“Kesabaran bangsa Yaman tak akan bertahan lama di depan pelanggaran yang menjijikkan dari para agresor di pulau-pulau Yaman, dan bangsa ini akan menggunakan opsi yang tepat,” lanjutnya.

Di bagian akhir statemen itu Ansarullah memperingatkan, “Perusahaan manapun yang meneken perjanjian dengan para antek koalisi agresi akan dikenai tindakan hukum.”

Dua hari sebelumnya, Menlu Yaman kubu Sanaa, Hisham Sharaf, menegaskan bahwa tindakan UEA di Socrota dan Mayyun melanggar hukum internasional.

“Tindakan ilegal Emirat di tanah dan pulau-pulau Yaman ini tak boleh didiamkan,” tegasnya.

Kepada UEA dia memperingatkan, “Jika kalian tidak keluar dari tanah dan kepulauan kami maka kobaran api akan menjalar ke kalian secepatnya.”

UEA belakangan ini membangun landasan  pacu pesawat udara dan mendirikan bangunan-bangunan militer di Pulau Mayyun yang terletak di Selat Bab Al-Mandeb, dan pada pertengahan Februari lalu juga telah memindahkan pangkalan militernya dari Eritrea ke pulau tersebut.

Pada tahun 2015 UEA membangun pangkalan di Eritrea, termasuk pelabuhan dan bandara, yang antara lain digunakan untuk mengerahkan senjata berat dan pasukan Sudan dalam invasi militer pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi terhadap Yaman.

Pihak Sanaa menyatakan bahwa tindakan UEA itu dilakukan dalam rangka membuka jalan bagi kehadiran pasukan Zionis Israel di Pulau Socotra. (fna)