Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 30 September 2019

pasukan saudi menyerah2Jakarta, ICMES. operasi militer bersandi “Pertolongan dari Allah” yang mereka lancarkan di kawasan Najran, Arab Saudi, mencakup sembilan serangan rudal dan menghasilkan ribuan tawanan perang.

Saudi melobi negara-negara Barat untuk membendung penyiaran dan penyebaran video—video yang merekam operasi militer terbaru pasukan Yaman.

Pegiat media sosial Arab Saudi pemakai akun Twitter @mujtahidd menyebutkan bahwa pengawal pribadi raja Saudi, Jenderal Abdelaziz al-Fagham, terbunuh atas instruksi Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman.

Berita selengkapnya:

Tentara Yaman Merinci Operasi Militernya yang Sangat Menghebohkan di Najran, Saudi

Juru bicara militer Yaman yang bersekutu dengan gerakan Ansarullah, Brigjen Yahya Saree, menyatakan bahwa operasi militer bersandi “Pertolongan dari Allah” yang mereka lancarkan di kawasan Najran, Arab Saudi, mencakup sembilan serangan rudal dan menghasilkan ribuan tawanan perang.

“Operasi ini menyasar markas-markas dan pangkalan-pangkalan militer, termasuk bandara-bandara yang menjadi tempat lepas landas jet tempur (Saudi), dan Unit Pertahanan Udara (Yaman) telah memaksa helikopter dan jet tempur pasukan koalisi meninggalkan kawasan operasi,” ungkap Saree, Ahad (29/8/2019).

Dia menjelaskan bahwa operasi militer besar-besaran yang terjadi pada Sabtu lalu (28/9/2019) dilakukan setelah melalui proses pengintaian secara cermat yang berlangsung sekian bulan hingga kemudian dilancarkan dengan melibatkan berbagai satuan militer Yaman yang memulai serangan pendahuluan secara meluas dengan sasaran semua tempat konsentrasi pasukan lawan.

Menurutnya, Unit Pertahanan Udara Yaman berhasil mencegati unit-unit jet tempur dan helikopter lawan, dan di tahap awal operasi Pertolongan dari Allah ini Unit Rudal Yaman telah melancarkan sembilan operasi serangan rudal.

“Unsur penyergapan terhadap musuh merupakan salah satu faktor terpenting keunggulan atas lawan dalam operasi ini, demikian pula unsur intelijen,” ujar Saree.

Dia menyebutkan bahwa Unit Drone Yaman juga turut andil besar dengan menggempur posisi-posisi pihak lawan yang dinilai berbahaya, dan dalam rangka ini mereka melancarkan sebanyak lebih dari 21 operasi serangan yang menjangkau kedalaman wilayah Saudi, termasuk posisi militer penting di Riyadh, ibu kota Saudi.

“Unit Pertahanan Udara telah memaksa musuh meninggalkan kawasan operasi, dan unit ini telah menggunakan sistem pertahanan udara baru, sementara Angkatan Bersenjata dalam jangka waktu 24 jam berhasil mempersulit pergerakan jet tempur musuh, dan menggempur pangkalan-pangkalan terpenting dan bandara-bandaranya dengan operasi-operasi gabungan Unit Drone dan Unit Rudal,” papar Saree.

Dia menambahkan, “Angkatan Bersenjata berhasil membebaskan 350 kilometer persegi pada tahap pertama operasi, termasuk posisi-posisi dan kamp-kamp militer serta jatuhnya tiga brigade pasukan musuh dengan semua perlengkapan dan senjata mereka.”

Dia menyebutkan bahwa korban tewas dan luka di pihak lawan mencapai lebih dari 500 pasukan, dan sebanyak ratusan tank dan kendaraan lapis baja serta jumlah besar senjata dan perlengkapan militer telah berhasil dirampas oleh pasukan Yaman.

Dia juga mengatakan bahwa jet tempur pasukan koalisi telah menyerang pasukan bayaran Saudi yang kabur atau menyerah hingga jatuh banyak korban tewas dan luka, dan banyak jenazah masih bergelimpangan karena pasukan koalisi tidak memperkenankan kedatangan tim Palang Merah. (raialyoum/alalam)

Saudi Melobi Barat untuk Membendung Publikasi Video-Video Operasi Militer Yaman

Pakar politik yang juga petinggi gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman, Hamid Razaq, dalam serangkaian pesan singkatnya di Twitter, Ahad (29/9/2019), menyebutkan bahwa Saudi pada hari itu mulai melobi negara-negara Barat untuk membendung penyiaran dan penyebaran video—video yang merekam operasi militer terbaru pasukan Yaman yang bersandi “Pertolongan dari Allah”.

Dia menyebutkan bahwa pada Ahad pagi rezim Saudi telah mengirim pesan-pesan melalui perantara orang-orang Barat agar melakukan lobi untuk menghentikan penayangan dan publikasi rekaman video tahap awal operasi Pertolongan dari Allah, yang merupakan salah satu operasi terbesar dan paling memalukan Saudi dalam perangnya terhadap Yaman.

Menurutnya, upaya lobi itu dilakukan karena video-video itu membuat Saudi tak dapat lagi berlagak kuat dan sok jago sembari menutupi fakta-fakta yang dialami pasukannya di berbagai front pertempuran melawan tentara dan para pejuang Yaman.

Belakangan ini pasukan Yaman merilis satu persatu rekaman video kepungan dan gempurannya terhadap tentara Saudi dan pasukan bayaran Saudi hingga sebagian besar menyerah, dan sebagian lain kabur bersama kendaraan-kendaraan lapis baja, yang beberapa di antaranya tetap terkena serangan hingga terjungkir dan terbakar.

Sementara itu, pakar militer dan strategi dari Suriah, Turki Hasan, mengatakan kepada saluran TV Al-Alam milik Iran bahwa operasi militer Yaman menjadi pelajaran bagi pihak yang menyerang Yaman.

“Saudi hendaknya mengetahui berbagai dimensi operasi Pertolongan dari Allah dan bagaimana pasukan Yaman menggunakan taktik dan strategi yang beruntun,” ujarnya.

Dia menilai ada beberapa faktor keberhasilan operasi itu, termasuk kecermatan dan kehebatan gerakan intelijen Yaman dalam menghimpun berbagai informasi penting, dan kehebatan manuver pasukan Yaman dalam mengecoh musuhnya.

Beberapa rekaman video memperlihatkan kaburnya para komandan pasukan Saudi dengan mobil-mobil lapis baja, serta tindakan mereka mengerahkan banyak pasukan bayaran dan merekrut anak-anak kecil sebagai perisai.

Dalam  video juga disebutkan adanya korban di antara pasukan bayaran Saudi yang bergelimpangan terkena serangan udara Saudi sendiri. Para korban itu ada yang tewas dan ada pula yang luka karena dibom ketika kabur ataupun hendak menyerah kepada pasukan gabungan Yaman. (alalam)

Mujtahidd: Pengawal Raja Saudi dan Pembunuhnya Tewas atas Instruksi Putra Mahkota

Pegiat media sosial Arab Saudi pemakai akun Twitter @mujtahidd menyebutkan bahwa pengawal pribadi raja Saudi, Jenderal Abdelaziz al-Fagham, terbunuh atas instruksi Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman.

Dalam penjelasannya yang relatif rinci, pegiat yang diduga sebagai salah satu pangeran Saudi itu menyatakan bahwa insiden pembunuhan al-Fagham terjadi spontan dan mengejutkan namun atas instruksi mendadak dari istana.

“Al-Fagham dan Mamdouh Ali (yang disebut-sebut sebagai pembunuhnya) sama-sama dibunuh oleh suatu kelompok lain,” tulis Mujtahidd pada Ahad malam (29/9/2019).

Mujtahidd yang memiliki jutaan follower menambahkan bahwa al-Fagham ada di dalam istana dan tidak bersama temannya saat peristiwa pembunuhan terjadi, dan Bin Salman memandang Al-Fagham sebagai orang lama yang loyalitasnya kepada Bin Salman diragukan sehingga Bin Salman pernah beberapa kali menyebutkan keinginannya untuk menyingkirkan Al-Fagham.

Mujtahidd juga menyebutkan bahwa Bin Salman meminta keluarga Al-Fagham percaya kepada narasi Ibnu Uwaid yang dibuat oleh Bin Salman sendiri.

Seperti dilansir Saudi Press Agency (SPA), dalam narasi itu disebutkan bahwa Jenderal al-Fagham tewas ditembak pada hari Sabtu (28/9/2019) dalam insiden yang juga menjatuhkan tujuh korban luka, termasuk pasukan keamanan.

Menurut SPA, Al-Fagham mengunjungi temannya di rumahnya di Jeddah. Saat itu seorang kenalannya, Mamdouh al-Ali masuk ke rumah itu, lalu terjadi percekcokan antara Fagham dan Ali. Ali meninggalkan rumah, tapi kemudian kembali membawa senjata lalu menembaki Al-Fagham, dan melukai dua orang lainnya di dalam rumah, seorang pekerja dari Filipina dan saudara lelaki pemilik rumah.

Disebutkan pula insiden itu dipicu oleh ‘perselisihan pribadi”, tapi ada keterangan lebih lanjut mengenai perselisihan itu. Ali tewas di rumah sakit akibat luka tembak, sementara lima personel keamanan cidera akibat kontak senjata ketika pelaku penembakan menolak untuk menyerah. (alalam/spa)