Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 3 Oktober 2022

Jakarta, ICMES. Pengamat Israel urusan Arab, Zvi Yehezkali, serta media di negara ilegal Zionis ini menilai ancaman Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah terhadap Rezim Zionis berdampak efeketif.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi  mengecam standar ganda Barat dalam dalam isu HAM dan kaum perempuan, standar yang membuat Barat geger dan berkoar kencang terkait kematian wanita muda Iran Mahsa Amini, namun bungkam terhadap serangan teror yang menggugurkan puluhan gadis calon mahasiswi di Afghanistan.  

Angkatan Bersenjata Yaman memperingatkan kepada perusahaan-perusahaan minyak yang bekerja di Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi agar bersiap-siap dan meninggalkan dua negara ini selagi pasukan koalisi yang dipimpin Saudi tidak konsistensi kepada perjanjian gencatan senjata.   

Berita Selengkapnya:

Pengamat Israel Sebut Ancaman Sekjen Hizbullah Efektif

Pengamat Israel urusan Arab, Zvi Yehezkali, serta media di negara ilegal Zionis ini menilai ancaman Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah terhadap Rezim Zionis berdampak efeketif.

“Israel semua bersikeras dalam negosiasi dengan Lebanon, sampai ancaman Nasrallah datang dan kemudian mundur,” ujar Yehezkali di TV Israel Saluran 13, Minggu (2/10).

“Ancaman Nasrallah mengenai negosiasi demarkasi perbatasan maritim bekerja efektif dan menempatkan Israel ke dalam tekanan. Ancaman ini akan mencegah Tel Aviv mengekstraksi gas,” imbuhnya.

Dia juga mengatakan, “Ketika gas berada di tangan Lebanon, Nasrallah akan memperkuat kedudukannya, karena dia akan menjadi pemenang terbesar dalam urusan ini.

Sabtu lalu berbagai media Israel menyebutkan bahwa Sayid Nasrallah sukses dalam perang urat saraf mengenai perundingan damarkasi perbatasan maritim.

Sabtu pagi, reporter saluran TV Al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon melaporkan bahwa negara ini telah menerima tanggapan tertulis dari mediator AS, Amos Hochstein, mengenai stabilisasi perbatasan laut selatannya melalui duta besar AS untuk Lebanon, Dorothy Shea.

Surat kabar Israel Hayom  menyatakan, “Israel sepenuhnya menyetujui permintaan Libanon untuk menentukan perbatasan laut antara kedua negara dengan garis ke-23, dan ini terbukti dari rincian yang dilaporkan sumber diplomatik senior dalam konferensi pers hari ini, Minggu.”

Israel Hayom menambahkan, “Persetujuan Israel atas permintaan Lebanon berarti kemunduran total sikap pemerintah (Israel) dari pendiriannya.”

Sebuah sumber diplomatik senior, yang menyinggung negosiasi Israel- Lebanon mengenai perbatasan maritim dan ladang gas, menunjukkan bahwa Israel diperkirakan akan menyerahkan ladang Qana demi Lebanon dengan imbalan kompensasi.

Sumber itu mengatakan, “Usulan penyelesaian yang diajukan oleh mediator AS, Amos Hochstein, dapat diterima oleh perdana menteri dan menteri pertahanan. Jika semuanya berjalan seperti yang diharapkan maka pada hari Kamis kita akan membahasnya di kabinet. Ini adalah hasil negosiasi, yang dimulai pada 2011 dengan mediasi mantan mediator ASa, Frederic Hof.” (almayadeen)

Puluhan Siswi Afghanistan Terbunuh, Presiden Raisi Kecam Standar Barat

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi  mengecam standar ganda Barat dalam dalam isu HAM dan kaum perempuan, standar yang membuat Barat geger dan berkoar kencang terkait kematian wanita muda Iran Mahsa Amini, namun bungkam terhadap serangan teror yang menggugurkan puluhan gadis calon mahasiswi di Afghanistan.  

Menyinggung gencarnya tekanan media Barat belakangan ini terhadap Iran, Presiden Raisi, Ahad (2/10), mengatakan, “Melalui aksi media yang luas, musuh berusaha mengalihkan opini publik. Kita melihat sekelompok gadis Afghanistan dibunuh di fasilitas pendidikan oleh teroris yang mendapat dukungan AS, tapi tidak ada reaksi dari mereka yang mengklaim (peduli HAM).”

Dia menyoal, “Dengan kondisi ini, apakah klaim Barat tentang kepeduliannya HAM dan hak perempuan dapat diterima?”

Menurut PBB, sedikitnya 35 orang tewas dan 82 terluka dalam pemboman yang terjadi di pusat pendidikan Kaaj di lingkungan Dasht-e-Barchi, Kabul, ibu kota Afghanistan, pada hari Jumat pekan lalu.

Serangan teroris itu menerjang bagian putri pada ruang belajar yang dipisahkan berdasarkan gender di mana ratusan calon mahasiswa mengikuti  seleksi masuk universitas.

Sebagian besar korban adalah wanita muda dari komunitas Syiah Hazara yang tertindas secara historis.

Sejauh ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, kelompok teroris ISIS sebelumnya telah melakukan serangan-serangan terhadap anak perempuan, sekolah, dan masjid di daerah-daerah berpenduduk mayoritas Syiah di Afghanistan.

Di bagian lain pernyataannya, Presiden Iran menyatakan bahwa konspirasi terbaru musuh Iran untuk menghadang kemajuan negara republik Islam ini pasca kematian Mahsa Amini telah sia-sia dan kandas.

 â€œKetika Republik Islam menghadapi masalah ekonomi dan lebih aktif hadir di kawasan dan dunia, musuh terjun ke gelanggang untuk mengisolasi negara ini, tapi mereka gagal dalam konspirasi ini,” ungkapnya.

Sementara itu, terkait serangan teror lain yang menewaskan sejumlah  orang di kota Zahedan, Iran, pada Jumat lalu, Badan intelijen Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)  memastikan bahwa kejahatan itu tak akan dibiarkan berlalu begitu saja.

“Rakyat Iran teguh pada sumpahnya untuk membalas darah suci syuhada gugur akibat serangan teror Jumat kelabu di kota Zahedan. Serangan pengecut oleh penentang Republik Islam, militan dan agitator rakyat, tidak akan dibiarkan tanpa balasan,” tegas badan itu.

Badan itu memperingatkan kepada  “musuh bangsa Iran Iran dan Revolusi Islam, terutama kelompok-kelompok kriminal dan separatis serta agen-agen mereka” bahwa “anak-anak bangsa ini tidak akan kendur barang sesaat dalam menjaga revolusi dan pencapaiannya”.

Seperti pernah diberitakan, kelompok teroris takfiri Jaish Al-Adl menyatakan bertanggungjawab atas aksi kawanan bersenjata yang melepaskan tembakan ke tiga kantor polisi di kota hingga menyebabkan sedikitnya 19 orang gugur dan 20 lainnya terluka.  (presstv/raialyoum)

Pasukan Yaman Beri Ultimatum Perusahaan Minyak Asing Tinggalkan Saudi dan UEA

Angkatan Bersenjata Yaman memperingatkan kepada perusahaan-perusahaan minyak yang bekerja di Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi agar bersiap-siap dan meninggalkan dua negara ini selagi pasukan koalisi yang dipimpin Saudi tidak konsistensi kepada perjanjian gencatan senjata.   

“Angkatan Bersenjata (Yaman) memberikan kesempatan kepada perusahaan-perusahaan minyak yang bekerja di UEA dan Saudi untuk mengatur keadaannya dan beranjak pergi selagi negara-negara agresor Amerika-Saudi tidak konsistensi kepada gencatan senjata yang memungkinkan bangsa Yaman menggunakan haknya untuk memanfaatkan kekayaan minyaknya untuk menggaji para pegawai pemerintah Yaman. Orang yang sudah memperingatkan kiranya dapat dimaklumi, ” ungkap Jubir Angkatan Bersenjata Yaman Brigjen Yahya Saree di halaman Twitter-nya, Minggu (2/10).

Saree menegaskan, “Angkatan bersenjata kami dapat menyingkirkan Saudi dan UEA dari sumber daya masing-masing jika keduanya bersikeras untuk merampas sumber daya rakyat Yaman kami, dan pihak yang memulai adalah lebih zalim.”

Dia menambahkan, “Segala sesuatu mungkin saja terjadi, karena bangsa kami adalah pihak yang benar, dan sanggup mengambil haknya setiap kali jalan damai di depannya buntu, maka tetaplah bersama kami.”

Senada dengan ini, Komisi Tinggi Ekonomi pemerintah Sanaa mengirim pemberitahuan kepada semua perusahaan dan entitas bahwa mereka harus secara permanen berhenti menjarah kekayaan kedaulatan Yaman, mulai Minggu 18.00 waktu setempat.

Beberapa hari yang lalu, Yahya Saree mengimbau kepada perusahaan-perusahaan asing “yang menjarah kekayaan Yaman agar serius merespon peringatan pemimpin revolusi (Sayid Abdul-Malik al-Houthi).”

Dalam pidato terbaru pada peringatan HUT ke-8 Revolusi 21 September, Sayid Al-Houthi memperingatkan koalisi pimpinan Saudi dan semua perusahaan asing yang berkolusi dengannya agar tidak terus menjarah kekayaan nasional Yaman. (raialyoum)