Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 20 Mei 2019

hossein salami irgcJakarta, ICMES: Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Brigjen Hossein Salami menyatakan negaranya tidak mengupayakan perang, dan apa yang terjadi belakangan telah menyingkap kekuatan sebenarnya pihak musuh Iran.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengaku tidak percaya perang akan pecah di kawasan Teluk Persia karena selain “Teheran tidak menginginkan konflik”,  juga tidak ada satupun negara “berangan-angan dapat berkonfrontasi dengan Iran.”

Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi menyerukan pertemuan darurat Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) dan Liga Arab, menyusul serangan “sabotase” misterius pada tanker minyak Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) serta serangan drone yang menyasar stasiun pompa minyak Saudi .

Sedikitnya 12 orang terluka setelah bom yang dipasang di pinggir jalan meledak dan menerjang sebuah bus wisata di dekat sebuah museum baru yang terletak tak jauh dari Piramida Giza, Mesir.

Berita selengkapnya:

IRGC: Kejadian Terakhir Menyingkap Kekuatan Musuh Yang Sebenarnya

Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Brigjen Hossein Salami menyatakan negaranya tidak mengupayakan perang, dan apa yang terjadi belakangan telah menyingkap kekuatan sebenarnya pihak musuh Iran.

“Perbedaan antara kami dan mereka adalah bahwa mereka takut dan tak mampu berperang,” ujarnya, Ahad (19/5/2019), sembari mengingatkan bahwa Iran mampu menyulap kawasan Teluk Persia menjadi medan perang di depan musuhnya, seperti dikutip kantor berita Fars milik Iran.

Dia menambahkan, “Peristiwa yang terjadi belakangan di kawasan mengungkapkan kadar sebenarnya IRGCdari kekuatan musuh… Amerika Serikat (AS) tidak akan lolos dari misi IRGC, dan kami akan menahan mereka hingga penghabisan… Angkatan Laut IRGC telah menghina pasukan AS di Teluk serta menggagalkan rencana AS di kawasan ini,” paparnya.

Salami juga menegaskan, “Hari ini kita menghadapi musuh yang terlihat kuat tapi sedang mengalami erosi. Dengan kata lain, ia menderita kerapuhan internal, dan inilah jalan yang dilalui oleh semua kekuatan syaitan. Kita akan melihat dalam waktu dekat bahwa pilar-pilar negara adikuasa ini tiba-tiba hancur, karena mereka merasa lelah dan putus asa dan sedang mencari cara untuk kembali.”

Pernyataan ini disampaikan Salami beberapa jam setelah Menteri Negara Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan, “Rezim Iran dapat menghindarkan bahaya perang dari kawasan.”

Dalam jumpa pers Al-Jubeir mengatakan bahwa hal itu dapat dilakukan Teheran dengan “berkomitmen pada hukum dan perjanjian internasional, berhenti mencampuri urusan internalnegara-negara regional, berhenti menyokong kelompok-kelompok dan milisi-milisi teroris, berhenti mengembangkan senjata rudal dan program nuklirnya, dan berhenti mengancam keamanan jalur laut.”

Al-Jubeir juga mengklaim, “Problema di kawasan ini bermula sejak rezim Iran berkuasa pada 1979, yang konstitusinya mengekspor revolusi dan campur tangan dalam urusan internal negara-negara lain… Rezim Iran berusaha secara langsung dan melalui para agennya untuk membangkitkan kerusuhan dan mendukung organisasi dan kelompok teroris dan ekstremis.”

Sehari sebelumnya, Jenderal Salami mengatakan negaranya “mengalami perang intelijen secara total dengan AS dan musuh-musuh Teheran”, dan “perang ini terkomposisi dari perang psikologi serta operasi elektronik, militer, dan diplomatik.”

Dia menambahkan, “AS menyerupai menara perdagangan bagi dunia, yang akan runtut dengan sekali serangan mendadak. AS menghadapi bahaya berskala luas dan tak diketahuinya.” (alalam/raialyoum)

Menlu Iran Pastikan Tak Ada Negara Manapun Dapat Berkonfrontasi Dengan Iran

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengaku tidak percaya perang akan pecah di kawasan Teluk Persia karena selain “Teheran tidak menginginkan konflik”,  juga tidak ada satupun negara “berangan-angan dapat berkonfrontasi dengan Iran.”

Kekhawatiran tentang kemungkinan konflik merebak sejak Gedung Putih memerintahkan pengiriman kapal perang dan pesawat pembom ke Timur Tengah untuk mencegah apa yang disebutnya kemungkinan ancaman yang tidak dapat dijelaskan dari Iran.

Awal pekan ini AS juga menarik beberapa staf diplomatik dari kedutaan besarnya untuk Irak di Baghdad setelah belum lama terjadi serangan “sabotase” terhadap beberapa kapal tanker minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA).

“Tidak akan ada perang karena kita tidak menginginkan perang, juga tak ada satupun (negara) memiliki ide atau angan-angan akan dapat berkonfrontasi dengan Iran di kawasan,” kata Zarif kepada IRNA sebelum mengakhiri kunjungannya ke Beijing, Sabtu (18/5/2019).

Media Saudi melaporkan bahwa negara kerajaan ini dan sejumlah negara Arab Teluk Persia lainnya telah menyetujui permintaan AS untuk memindahkan pasukan militernya dari perairan Teluk Persia ke wilayah teritorial negara-negara Arab di kawasan ini.

Menurut laporan itu, persetujuan ini dicapai berdasarkan perjanjian bilateral antara Washington dan negara-negara Teluk, dan motif pemindahannya adalah untuk mencegah Iran dari segala upaya meningkatkan ketegangan militer, bukan untuk terlibat dalam perang dengannya.

Di AS, sumber-sumber kongres Sabtu lalu mengatakan bahwa para pejabat pemerintahan Trump akan membuat pernyataan rahasia mengenai ketegangan negara ini dengan Iran pada minggu ini, setelah para politisi dari Demokrat dan Republik meminta informasi lebih lanjut.

Anggota Kongres sejak beberapa pekan lalu mengeluh karena pemerintahan Trump belum memberi mereka informasi yang cukup tentang ketegangan AS belakangan ini dengan Iran, dan beberapa politisi Partai Republik mengaku mereka belum diberitahu soal ini. (raialyoum/aljazeera)

Terjadi Serangan Misterius, Raja Saudi Serukan KTT Darurat GCC Dan Liga Arab

Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi menyerukan pertemuan darurat Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) dan Liga Arab, menyusul serangan “sabotase” misterius pada tanker minyak Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) serta serangan drone yang menyasar stasiun pompa minyak Saudi .

Kantor berita resmi Saudi (SPA), Sabtu (18/5/2019), melaporkan bahwa Salman telah mengundang para pemimpin Arab untuk mengadakan KTT darurat di kota Mekah al-Mukarromah pada 30 Mei 2019 untuk membahas mekanisme “peningkatan keamanan dan stabilitas di kawasan.”

Sebuah sumber resmi di Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan bahwa Raja Salman mengundang mereka untuk menggelar pertemuan karena  ada “keprihatinan serius” terkait dengan serangan yang terjadi belakangan terhadap kapal-kapal komersial di kawasan lepas pantai UEA dan serangan pesawat nirawak  terhadap stasiun pompa minyak di Arab Saudi serta dampaknya pada rute pasokan dan pasar minyak.

Kamis lalu (16/5/2019) Arab Saudi menuding Iran memerintahkan kepada kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman agar menyerang fasilitas minyak Saudi di dekat Riyadh dengan pesawat nirawak, namun Ansarullah membantah keras tudingan ini.

Ansarullah sendiri mengaku telah menggempur “instalasi vital Saudi” dengan tujuh pesawat tak berawak, dan menegaskan bahwa “operasi militer besar-besaran ini merupakan balasan atas agresi dan blokade yang terus-menerus terhadap bangsa kami.” (presstv/alalam)

Ledakan Terjang Bus Turis Dekat Piramida Mesir, 12 Orang Terluka

Sedikitnya 12 orang terluka setelah bom yang dipasang di pinggir jalan meledak dan menerjang sebuah bus wisata di dekat sebuah museum baru yang terletak tak jauh dari Piramida Giza, Mesir, Minggu (19/5/2019), demikian dikatakan para pejabat negara ini.

Para pejabat keamanan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa yang terluka termasuk para wisatawan.

Pada beberapa foto lokasi ledakan yang tersiar di media sosial terlihat setidaknya satu orang berlumuran darah.

Serangan itu terjadi ketika industri pariwisata Mesir memperlihatkan tanda-tanda pemulihan setelah beberapa tahun dilanda kepanikan akibat krisis politik dan kekerasan yang terjadi pasca kerusuhan 2011 yang menggulingkan presiden Mesir saat itu, Hosni Mubarak.

Insiden kali ini tercatat sebagai serangan kedua yang menyasar turis asing di dekat piramida tersohor itu dalam waktu kurang dari enam bulan.

Pada Desembe 2018, tiga turis Vietnam dan seorang pemandu Mesir tewas, dan sekira 10 lainnya terluka setelah sebuah bom di tepi jalan menghantam sebuah bus wisata yang berjarak kurang dari 4 kilometer dari Giza.

Sejauh ini belum ada kelompok mengaku bertanggungjawab atas serangan peledakan itu. (aljazeera)