Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 19 Oktober 2020

bahrain dan israel resmikan hubungan diplomatikJakarta, ICMES. Bahrain dan Israel meresmikan hubungan diplomatik penuh antara keduanya di Manama.

Surat kabar The Wall Street Journal melaporkan bahwa seorang pejabat Gedung Putih belum lama ini telah melakukan kunjungan rahasia ke Damaskus dan mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Suriah.

Presiden Amerika Serikat memosting ulang cuitan di Twitter yang mengklaim bahwa “Osama bin Laden masih hidup, dan siapa pun yang tewas dalam serangan itu hanyalah penggantinya”, sehingga memicu kontroversi luas.

Berbagai sumber di Suriah melaporkan bahwa pasukan Turki mulai menarik diri dari pos pengamatan ke-9 mereka di daerah de-eskalasi Idlib, yang dikepung oleh Pasukan Arab Suriah.

Berita Selengkapnya:

Bahrain dan Israel Resmikan Hubungan Diplomatiknya dengan Israel

Bahrain dan Israel meresmikan hubungan diplomatik penuh antara keduanya di Manama, Ahad (18/10/2020).

Delegasi Israel yang dipimpin oleh kepala Dewan Keamanan Nasional, Meir Ben Shabbat, mengunjungi Manama dengan pesawat komersial yang lepas landas dari Tel Aviv dan mendarat di Manama setelah melintasi wilayah udara Saudi, dalam penerbangan pertama kali antara kedua negara.

Delegasi tersebut didampingi dua pejabat AS Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Asisten Khusus untuk Negosiasi Internasional Avi Berkowitz.

Sebuah upacara telah diselenggarakan di Manama dan dihadiri oleh para pejabat tinggi dari kedua belah pihak, namun tidak dihadiri oleh raja Bahrain maupun putranya yang berstatus putra mahkota, dan perdana menteri.

Dalam upacara itu sebuah perjanjian ditandatangani untuk peresmian hubungan diplomatik, yang memungkinkan pertukaran kedutaan dan duta besar serta peluncuran penerbangan, bersama dengan tujuh nota kesepahaman di berbagai bidang.

Bahrain, negara kerajaan kecil yang berbatasan dengan Arab Saudi itu adalah negara Arab Teluk Persia kedua yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel setelah Uni Emirat Arab (UEA) pada bulan lalu, dan negara Arab keempat setelah Yordania pada 1994 dan Mesir pada 1979.

Pada tanggal 15 September 2020, Israel menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan UEA dan Bahrain dengan mediasi dan kehadiran Presiden AS Donald Trump di Washington.

Bahrain adalah negara yang menjadi markas Armada Kelima AS, dan sejak tahun 2011 dilanda gelombang unjuk rasa rakyatnya yang mayoritas bermazhab Syiah dan menuntut pembentukan monarki konstitusional. Unjuk rasa itu diwarnai kerusuhan dan rezim Bahrain lantas menuding Iran berada di balik gelombang unjuk rasa.

Dalam perkembangan kali inipun, meski direpresi oleh rezim Bahrain, sejumlah massa terlihat berdemonstrasi di malam hari  di berbagai wilayah Bahrain Ahad malam untuk menandai penolakan dan kemarahan mereka atas kunjungan delegasi Israel. Hanya saja, unjuk rasa dilakukan di dalam perkampungan, bukan di jalanan besar demi menghindari serangan brutal rezim Bahrain seperti yang telah banyak terjadi beberapa tahun silam hingga menjatuhkan puluhan atau bahkan ratusan korban jiwa serta ribuan korban luka.

Para demonstran mengangkat slogan “Tidak selamat datang untuk para pembunuh”, “Dengan jiwa dan darah, kami siap berkorban untukmu, Al-Aqsa”, “Tidak, tidak untuk normalisasi”, “Mampus Zionis,” dan “Tidak ada legitimasi untuk rezim Bahrain.”

Para pengamat menilai negara-negara Arab Teluk sengaja merapat ke Israel terutama demi membendung pengaruh Iran di kawasan itu Israel, padahal sebelum perjanjian Israel dengan Mesir rezim Zionis tersebut dianggap sebagai musuh bagi seluruh dunia Arab dan Islam.

Palestina dan Iran menyebut perjanjian normalisais hubungan UEA dan Bahrain dengan Israel sebagai “pengkhianatan”. (raialyoum/alalam)

Wall Street Journal: Pejabat Tinggi AS Diam-Diam Berkunjung ke Damaskus

Surat kabar The Wall Street Journal pada Minggu malam (18/10/2020) melaporkan bahwa seorang pejabat Gedung Putih belum lama ini telah melakukan kunjungan rahasia ke Damaskus dan mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Suriah.

Surat kabar AS itu menyebutkan bahwa menurut anggota pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan sumber lain yang mengetahui proses pembicaraan itu, Asisten Wakil Presiden AS Kash Patel, yang merupakan pejabat kontra-terorisme terkemuka di Gedung Putih, mengunjungi Damaskus pada awal tahun ini dan mengadakan pertemuan rahasia dengan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk pembebasan dua warga negara AS yang dianggap ditahan oleh otoritas Suriah.

Sumber itu tidak mengungkapkan pejabat Suriah yang ditemui Patel, tapi mengklarifikasi bahwa pembicaraan diadakan dengan tujuan mencapai “kesepakatan dengan Assad” untuk pembebasan jurnalis independen AS.

Dua jurnalis itu ialah Austin Tice, yang sebelumnya bertugas di marinir dan menghilang selama liputannya tentang perkembangan di Suriah pada tahun 2012, dan dokter AS asal Suriah Majid Kamalmaz, yang menghilang setelah ditahan di pos pemeriksaan pasukan pemerintah Suriah pada tahun 2017.

Diyakini pula bahwa setidaknya masih ada empat warga AS lainnya yang ditahan oleh otoritas Suriah, tapi menurut surat kabar itu, informasi tentang kasus mereka sangat minim, dan kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama seorang pejabat senior AS ke Suriah sejak 10 tahun silam.

Pemerintah AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah pada tahun 2012 setelah menuduh pemerintahan Assad  menindas demonstran.

Sejak itu pemerintah AS di bawah kepresidenan Barack Obama, dan kemudian penggantinya, Donald Trump, melakukan berbagai upaya besar untuk mengisolasi pemerintah Suriah di kancah internasional dan menjatuhkan sanksi yang luas terhadap Damaskus. (rta)

Trump Posting Ulang Cuitan Bahwa Osama Bin Laden Masih Hidup

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memosting ulang cuitan di Twitter yang mengklaim bahwa “Osama bin Laden masih hidup, dan siapa pun yang tewas dalam serangan itu hanyalah penggantinya”, sehingga memicu kontroversi luas di AS

Tweet yang diposting ulang Trump adalah milik akun yang yang terkait dengan “QAnon”, sebuah formasi anonim yang mendukung Trump, dan mempromosikan teori konspirasi di media sosial.

Para aktivis memposting gambar tweet yang mengonfirmasi publikasi ulang tweet Trump, sementara Twitter tampaknya menutup akun “Oscar the midnight rider 1111” yang menerbitkan artikel tersebut.

Mengomentari postingan Trump, Robert O’Neill, anggota unit SEAL Team 6, tim yang membunuh Osama bin Laden, berkata sinis, “Apakah masuk akal kita membunuh Osama bin Johnson?”

Dalam wawancara dengan saluran CNN Amerika, dia menambahkan, “Banyak orang akan mempercayai Trump secara langsung, dan itu bisa mencapai titik di mana masalahnya lebih dari sekadar risiko politik.”

O’Neill juga mengatakan, “Seseorang tidak dapat memosting tweet demikian jika dia memiliki jumlah pengikut sebanyak itu tentang topik sepenting ini. Ada orang yang menganggap kata-kata Trump suci, dan tidak mungkin mencapai kesimpulan mereka sendiri dalam hal ini.”

Dia menekankan bahwa Trump mengetahui apa yang terjadi kemudian, dan memiliki izin keamanan tertinggi di negara tersebut, dan dengan demikian dapat mengakses informasi dan gambar badan intelijen. (alalam)

Dikepung Tentara Suriah, Tentara Turki Bersiap Keluar dari Pos Terbesarnya di Hama

Berbagai sumber di Suriah, Ahad (18/10/2020), melaporkan bahwa pasukan Turki mulai menarik diri dari pos pengamatan ke-9 mereka di daerah de-eskalasi Idlib, yang dikepung oleh Pasukan Arab Suriah (SAA).

Kantor berita Sputnik milik Rusia mengutip keterangan sumbernya bahwa pos pengamatan Turki di kota Murak, Provinsi Hama, mengalami perkembangan yang tidak biasa di mana sejumlah kendaraan yang terdiri dari truk dan kendaraan pengangkut personil bergerak ke sana.

Pasukan Turki di posnya yang terkepung mulai membongkar peralatan logistik dan membongkar menara-menara pengawasnya.

Sumber keamanan menjelaskan bahwa pasukan Turki telah mengambil keputusan untuk menarik diri dan bergerak menuju Jabal al-Zawiya di pedesaan selatan Idlib, sementara pihak Rusia telah diberitahu tentang hal ini dan koordinasipun juga telah dilakukan antara keduanya

Dia menambahkan bahwa pasukan Turki diperkiran akan ditarik dari pos itu dalam 24 jam ke depan, kecuali jika terjadi perkembangan baru di lapangan.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengkonfirmasi bahwa pasukan Turki yang ditempatkan di Pos 9, yang merupakan yang pos terbesar mereka di pedesaan utara Hama, mulai membongkar peralatan mereka dan mengemas barang-barang mereka untuk persiapan penarikan. (rta)

Â