Rangkuman Berita Utama Timteng  Senin 13 Mei 2024

Jakarta, ICMES. Surat kabar AS  New York Times (NYT) menyatakan bahwa pemimpin gerakan Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, mengemuka tidak hanya sebagai pemimpin yang berkemauan keras setelah tujuh bulan perang, melainkan juga sebagai  seorang negosiator cerdik yang berhasil menggagalkan kemenangan Israel di medan laga.

Pasukan pejuang Hizbullah yang berbasis Lebanon mengumumkan pihaknya telah melesatkan rudal berat baru yang dinamai Imad Mughniyeh ke lokasi penempatan tentara Zionis Israel.

Pemikir dan penulis ternama Mesir Fahmi Huwaidi menyatakan bahwa apa yang terjadi di Gaza merupakan bagian dari dialog Arab-Iran, dan bahwa perang yang terjadi di Palestina serta Badai Al-Aqsa merupakan bagian dari buah dialog Arab-Iran yang telah tidak terjadi namun tidak dipublikasikan.

Berita selengkapnya:

New York Times: Yahya Sinwar Jadi Simbol Kekandasan Israel di Jalur Gaza

Surat kabar AS  New York Times (NYT) menyatakan bahwa pemimpin gerakan Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, mengemuka tidak hanya sebagai pemimpin yang berkemauan keras setelah tujuh bulan perang, melainkan juga sebagai  seorang negosiator cerdik yang berhasil menggagalkan kemenangan Israel di medan laga.

Dikutip Al-Alam, Ahad (12/5), NYT  melaporkan bahwa setelah tujuh bulan perang di Gaza, Yahya Sinwar di Gaza menjadi simbol kegagalan perang Israel.

“Bahkan ketika para pejabat Israel berusaha membunuhnya, mereka terpaksa bernegosiasi dengannya, meskipun secara tidak langsung,” tulis NYT.

NYT melanjutkan, “Sinwar tampil tidak hanya sebagai pemimpin berkemauan keras, namun juga sebagai negosiator cerdik yang berhasil menggagalkan kemenangan Israel di medan perang, sekaligus mengikutsertakan utusan Israel di meja perundingan.”

Surat kabar berbahasa Inggris ini menjelaskan, “Bagi para pejabat Israel dan Barat, Sinwar telah muncul selama negosiasi ini sebagai lawan yang tangguh dan operator politik yang terampil, yang mampu menganalisis masyarakat Israel…  Dia tampak  menyesuaikan kebijakannya dengan hal tersebut.”

NYT menyebutkan, “Saat di penjara, Sinwar belajar bahasa Ibrani dan mengembangkan pemahaman tentang budaya dan masyarakat Israel.”

Menurut NYT, para pejabat Israel dan AS memandang Sinwar sedang menggunakan pengetahuan ini “untuk menabur perpecahan di tengah  masyarakat Israel dan meningkatkan tekanan terhadap Benjamin Netanyahu.”

“Mereka percaya bahwa Sinwar mengatur waktu peluncuran video beberapa tawanan Israel untuk memicu kemarahan publik terhadap Netanyahu selama tahap penting perundingan gencatan senjata,” tulis NYT.

Mengutip pejabat intelijen Israel dan AS, NYT menyebutkan, “Strategi Sinwar adalah mempertahankan perang selama mungkin untuk menghancurkan reputasi internasional Israel dan merusak hubungannya dengan sekutu utamanya, AS.”

NYT juga menuliskan, “Jika ini merupakan manuver Hamas, tampaknya hal ini membuahkan hasil: Israel memulai operasi minggu lalu di pinggiran Rafah, dan dengan latar belakang ini, Presiden Biden mengarahkan kritiknya yang paling keras terhadap kebijakan Israel sejak dimulainya perang.”

Sejauh ini, lebih dari 35.000 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan kaum  perempuan, gugur dalam perang yang dimulai Israel pada 7 Oktober 2023 menyusul operasi pembalasan yang dilakukan oleh Hamas dan faksi-faksi pejuang Palestina lain yang berbasis di Gaza.

Serangan militer brutal Israel di Gaza mendapat dukungan militer dan politik tanpa pamrih dari sekutu Barat rezim Zionis Israel, termasuk AS dan Perancis. (alalam)

Hizbullah Gempur Israel dengan Senjata Berat Baru Bernama Imad Mughniyeh

Pasukan pejuang Hizbullah yang berbasis Lebanon mengumumkan pihaknya telah melesatkan rudal berat baru yang dinamai Imad Mughniyeh ke lokasi penempatan tentara Zionis Israel.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad (12/5), Hizbullah menyatakan para pejuangnya telah “menyerang lokasi penempatan tentara musuh, Israel, di sekitar lokasi Zibdin di wilayah pertanian Shebaa Lebanon yang diduduki dengan rudal berat baru dan langsung mengenanya.”

Dalam pernyataan lain, Hizbullah mengumumkan, “Sebuah kendaraan militer yang membawa peralatan spionase menjadi sasaran, selain dilakukan serangan langsung terhadap peralatan teknis lainnya di Barak Hunin dengan peluru kendali hingga menyebabkan kehancuran kendaraan dan peralatan lainnya.”

Ketua Komise Syariah Hizbullah Syeikh Muhammad Yazbek menegaskan bahwa para pejuang resistensi di Lebanon akan terus membela Gaza dan meningkatkan operasi militernya di front utara Palestina pendudukan.

Dia juga menekankan bahwa Rezim Zionis dan para pendukung tidak akan mampu menumpas para pejuang perlawanan Palestina.

Sejak 8 Oktober, faksi Hizbullah, Lebanon, dan Palestina, di satu pihak dan tentara Israel di pihak lain saling melakukan pemboman setiap hari hingga jatuh banyak korban jiwa dan cedera di antara kedua belah pihak.

Israel terus melanjutkan perang dengan sangat brutal meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi gencatan senjata segera, dan meskipun Israel terseret ke Mahkamah Internasional dengan dakwaan melakukan  kejahatan “genosida.” (raialyoum/alalam)

Cendikiawan Mesir Fahmi Huwaidi: Peristiwa Gaza Bagian dari Dialog Arab-Iran

Pemikir dan penulis ternama Mesir Fahmi Huwaidi menyatakan bahwa apa yang terjadi di Gaza merupakan bagian dari dialog Arab-Iran, dan bahwa perang yang terjadi di Palestina serta Badai Al-Aqsa merupakan bagian dari buah dialog Arab-Iran yang telah tidak terjadi namun tidak dipublikasikan.

Dalam pidatonya pada pembukaan sesi ketiga dialog Arab-Iran, yang dimulai di Teheran, ibu kota Iran, pada Ahad malam  (12/5), Fahmi Huwaidi mengatakan, “Pada minggu pertama Revolusi Islam tahun 1979, saya berada di sini, di Teheran, memulai dialog (Arab-Iran). Saat itu saya beranggapan bahwa saya melakukan suatu kewajiban yang tak perlu waktu 45 tahun untuk kita berdiskusi tentangnya, namun takdir menghendaki waktu berjalan lebih dari empat dekade.”

Dia menambahkan, “Kala itu saya berharap kita menempuh langkah besar dalam dialog Arab-Iran,  namun kita masih berada pada langkah awal dalam dialog Iran-Arab tanpa kita mencapai hasil yang diharapkan, atau tanpa mencapai apa yang kita dambakan. Karena itu saya berharap kita dapat menempuh langkah besar dalam dialog. Kita tak perlu meyakinkan diri kita ihwal pentingnya dialog ini. Saya kira kita telah mencapai penguatan hubungan, pertukaran kepentingan, pengajaran bahasa Arab, pengajaran bahasa Persia dan seterusnya. Tapi kita masih berada di titik awal, dan tak mengapa kita memulainya setelah 45 tahun. Namun saya berharap kita tidak memulainya dengan berbicara mengenai pentingnya dialog, karena tema demikian sudah kita putuskan sejak lama.”

Huwaidi kemudian mengatakan, “Saya tak ingin menegur hadirin, sebab saya tak meragukan bahwa kehadiran mereka merupakan ungkapan iktikad baik.  Dialog bangsa-bangsa kita berjalan, dan masalahnya terletak bukan pada hadirin, melainkan problema besarnya terletak pada orang-orang yang absen. Saya kira, hadirian sekalian memikirkan orang-orang yang absen di antara mereka yang menghambat dialog dan tidak menginginkannya bergerak maju.”

Huwaidi lantas melanjutkan dengan mengangkat isu Perang Gaza dengan mengatakan, “Betapapun demikian, pengalaman praktis, terutama apa yang disebutkan oleh saudara seniorku, Prof. Nour Syafiq, bahwa pendekatan Palestina, dalam hal ini perang yang terjadi di Palestina serta Badai Al-Aqsa, adalah bagian dari buah hasil dialog, yang tak diumumkan.”

Dia melanjutkan, “Karena itu, ini merupakan satu contoh dari kerja sama tak kasat mata, yang menjurus pada banyak hal yang kita inginkan, dan kita mengharapkannya maju dalam transformasi mendatang, terutama jika kita menyadari dengan kesadaran sejati bahwa dunia pasca 7 Oktober (2023) berbeda, atau sudah seharus berbeda dengan dunia pra 7 Oktober. Atas dasar ini, saya berharap kebersamaan antara pertemuan ini dan dunia baru yang kita harapkan ini menjadi satu langkah positif, yang jika kita tidak mewujudkan apapun di dalamnya maka orang-orang lainlah yang akan mewujudkannya. Terima kasih.” (alalam)