Jakarta, ICMES. Situs web Axios mengutip pernyataan narasumber bahwa Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant dalam percakapan telepon dengan sejawatnya dari AS, Lloyd Austin, telah memberitahunya bahwa Teheran sedang bersiap untuk melancarkan serangan balasan secara besar-besaran terhadap Israel.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran kembali memperingatkan Israel bahwa rezim Zionis pada waktunya akan mendapat serangan balasan dari Iran atas tindakan teror“bodoh”nya, yang telah menggugurkan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Raja Abdullah II dari Yordania menegaskan negaranya tidak akan menjadi medan pertempuran antara Israel dan Iran atau pihak lain, dan bahwa ia tidak akan membiarkan nyawa warganya terancam.
Berita selengkapnya:
Kepada AS, Israel Nyatakan Iran Bersiap Lancarkan Serangan Berskala Luas
Situs web Axios mengutip pernyataan narasumber bahwa Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant dalam percakapan telepon dengan sejawatnya dari AS, Lloyd Austin, pada hari Minggu (11/8) telah memberitahunya bahwa Teheran sedang bersiap untuk melancarkan serangan balasan secara besar-besaran terhadap Israel.
Dua sumber mengungkapkan bahwa intelijen Israel meyakini Iran telah memutuskan untuk menyerang Israel secara langsung dan mungkin akan melakukannya dalam beberapa hari ke depan. Disebutkan bahwa serangan itu merupakan balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada akhir Juli.
Bersamaan dengan ini, situs web Wala melaporkan bahwa sumber-sumber Israel menyatakan penilaian intelijen menunjukkan niat Iran untuk melancarkan serangan langsung, dan bahwa terdapat perbedaan antara Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengenai bentuk serangan tersebut.
Walla menyebutkan bahwa Pezeshkian ingin menghindari respon yang keras, sementara IRGC menginginkan serangan skala besar.
Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani di hari yang sama menyatakan balasan Iran adalah sah dan akan tegas.
Dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Belgia Hadjah Lahbib, Kani mengatakan, “Sejalan dengan pembelaannya terhadap keamanan nasional, integritas wilayah dan kedaulatan nasional, dan berdasarkan hukum internasional, prosedur internasional dan Piagam PBB, Iran akan membuat Israel membayar mahal, dengan tindakan yang sah dan tegas.”
Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan kepada AFP pada hari Kamis Bagheri Kani menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “kesalahan strategis yang akan disusul akibat yang sangat tinggi”. Dia menganggap Israel “ingin mengekspor ketegangan, perang, dan krisis dari Gaza ke Gaza kawasan lain.”
Dia menambahkan bahwa respons tersebut “akan memakan banyak biaya,” namun “hal ini demi kepentingan keamanan dan stabilitas, dan pada gilirannnya demi kepentingan semua negara di kawasan.”
Intensitas ketegangan di Timur Tengah meningkat dua kali lipat setelah serangan Israel menggugurkan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, dan pembunuhan komandan senior Hizbullah, Fouad Shukr, di pinggiran selatan Beirut pekan lalu.
Israel mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Shukr, namun memilih bungkam terkait dengan pembunuhan Haniyeh.
Iran dan Hamas menuduh Israel membunuh Haniyeh, dan mereka bersumpah akan membalas bersama Hizbullah Lebanon, sehingga timbul kekhawatiran akan peningkatan eskalasi yang lebih besar di kawasan Timur Tengah dengan latar belakang perang Gaza, yang telah memasuki bulan kesebelas. (raialyoum)
IRGC Kembali Pastikan Israel akan Mendapatkan Balasan pada Waktunya
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran kembali memperingatkan Israel bahwa rezim Zionis pada waktunya akan mendapat serangan balasan dari Iran atas tindakan teror“bodoh”nya, yang telah menggugurkan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Juru bicara dan wakil kepala Departemen Hubungan Masyarakat IRGC, Brigjen Ali Mohammad Naini, menyampaikan demikian pada peringatan Hari Jurnalis Nasional di kota Qom, Iran, Ahad (11/8).
Dia menyebut pembunuhan terhadap Syahid Haniyeh sebagai “contoh perang kognitif dan politik yang dilakukan untuk menciptakan hasutan dan mengurangi deterensi front perlawanan (Iran dan para sekurutunya.”
Dia juga mengatakan bahwa ketakutan terhadap respon Iran telah melanda seluruh wilayah Palestina pendudukan, dan bahwa rezim Israel berpikir mereka dapat mengkompensasi kekalahannya di medan perang dengan melakukan pembunuhan, manakala keberadaan dan identitasnya sudah berada di ambang kehancuran.
Mohammad Naeini memastikan rezim Israel gagal melemahkan mental kelompok perlawanan, yang merupakan salah satu tujuan pembunuhan ini dan juga belum mencapai tujuan militernya.
Syahid Haniyeh dan salah satu pengawalnya gugur di Teheran pada tanggal 31 Juli, sehari setelah dia menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
IRGC menyatakan bahwa Haniyeh gugur akibat “proyektil jarak pendek” yang diluncurkan dari luar komplek penginapannya di Teheran.
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayd Ali Khamenei memperingatkan Israel bahwa akan ada “tanggapan keras” atas pembunuhan Haniyeh, dengan menegaskan bahwa Republik Islam Iran berkewajiban membalas darah Syahid Haniyeh.
Di pihak lain, Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant pernyataan dari pangkalan militer Tel Hashomer pada hari Minggu mengatakan bahwa Israel memiliki kemampuan yang besar, dan menekankan bahwa “Iran dan Hizbullah harus mempertimbangkan kembali perhitungan mereka.”
Dia juga mengatakan, “Iran dan Hizbullah harus mengharapkan bahwa kami akan merespon seperti yang belum pernah kami lakukan di masa lalu.” (presstv/raialyoum)
Raja Abdullah II Nyatakan Yordania Tak akan Menjadi Medan Pertempuran Israel VS Iran
Raja Abdullah II dari Yordania menegaskan negaranya tidak akan menjadi medan pertempuran antara Israel dan Iran atau pihak lain, dan bahwa ia tidak akan membiarkan nyawa warganya terancam.
Dia menyatakan demikian sekira dua jam setelah Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Al-Safadi pada Ahad (11/8) mengumumkan bahwa Yordania akan menembak jatuh benda apa pun yang terbang di atas wilayah udaranya dan melanggar kedaulatannya.
Pernyataan kerajaan Yordania itu dikeluarkan di sela-sela penerimaan delegasi ajudan anggota Kongres AS.
Raja Yordania menyerukan percepatan upaya untuk mengurangi eskalasi dan mencapai ketenangan menyeluruh untuk menghindari keterjerumusan ke dalam perang regional, dan menganggap bahwa kawasan Timur Tengah terancam perluasan konflik selama perang di Gaza berkelanjutan.
Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir kekhawatiran akan eskalasi militer antara Iran dan sekutunya di satu sisi dan Israel di sisi lain meningkat akibat pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan terkemuka Hizbullah Fouad Shukr di Beirut.
Israel sejauh ini tidak mengaku ataupun menyangkal tanggung jawabnya atas pembunuhan Haniyeh.
Iran bersumpah akan membalas pembunuhan Haniyeh, dan tidak akan membiarkan peristiwa ini berlalu begitu saja.
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah juga bersumpah akan membalas Israel atas pembunuhan Fouad Shukr sekaligus Haniyeh.
Berbagai pihak internasional melakukan upaya di berbagai level untuk menghindari eskalasi di kawasan.
Di tengan kondisi ini, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengatakan Beijing mendukung Iran dalam mempertahankan “kedaulatan, keamanan dan martabat nasionalnya” .
Dalam percakapan telepon dengan Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani pada hari Ahad, Wang mengulangi kecaman Beijing atas pembunuhan pemimpin Hamas di Teheran akhir bulan lalu, menurut sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Dia mengatakan serangan terhadap Haniyeh telah melanggar kedaulatan Iran dan menimbulkan ancaman terhadap stabilitas regional.
Dia menambahkan bahwa pembunuhan Haniyeh telah “secara langsung merusak proses negosiasi gencatan senjata di Gaza dan merusak perdamaian dan stabilitas regional.”
Haniyeh gugur pada tanggal 31 Juli, ketika dia berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. (raialyoum/presstv)