Jakarta, ICMES: Iran memamerkan sistem pertahanan udara canggih “15 Khordad” buatan dalam negeri sembari menegaskan bahwa negara ini tidak memerlukan izin dari siapapun dalam mengembangkan kekuatan pertahanannya.
Menteri Pertahanan Yaman dari kubu kelompok pejuang Ansarullah (Houthi), Mayjen Mohammad Nasir al-Atifi, kali ini memberi peringatan kepada Arab Saudi dengan cara tersendiri, yaitu dengan memasuki kedalaman wilayah selatan Saudi hingga mendekati kota Najran.
Jurnalis senior Israel Edy Cohen mengungkap bahwa sebuah delegasi kelompok oposisi Suriah berkunjung ke Israel dan menemui para petinggi rezim Zionis penjajah Palestina ini.
Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdul Rahman al-Thani menyatakan bahwa Doha mengadakan pembicaraan dengan Teheran dan Washington secara terpisah untuk mengakhiri eskalasi antara Iran dan Amerika Serikat.
Berita selengkapnya:
Iran Demonstrasikan Sistem Pertahanan Udara Baru Buatannya
Iran kini menjadi lebih aman. Sistem pertahanan udara canggih “15 Khordad” yang dibuat oleh para ahli dan ilmuwan di Badan Industri Dirgantara Kementerian Pertahanan Iran telah dipertunjukkan dan diserahkan kepada Angkatan Udara. Demikian dilaporkan oleh televisi pemerintah Iran.
Menteri Pertahanan dan Logistik Iran Amir Hatami dalam sebuah seremoni, Ahad (9/6/2019), telah merespon pernyataan seorang anggota parlemen AS bahwa foto-foto rudal dan jet tempur Iran tidaklah faktual, melainkan hasil rekayasa aplikasi Photoshop.
Sembari menyebutnya sebagai pernyataan konyol, Menteri Pertahanan Iran menegaskan bahwa sistem pertahanan udara “15 Khordad” merupakan respon telak terhadap AS.
Sistem ini merupakan hasil prestasi besar Iran dengan kualitas yang tergolong unggul di dunia. Sistem ini dalam satu saat sanggup memberikan respon telak terhadap segala bentuk rudal dan pesawat udara.
Sistem pertahanan udara canggih “15 Khordad” yang dilengkapi teknologi mutakhir dan efektif ini dapat mendeteksi dan membidik enam sasaran dalam satu tempo.
“Ini merupakan sistem yang sepenuhnya taktis dan pintar serta terdiri atas setidaknya dua kendaraan yang satu diantaranya membawa radar reseptor dan pengendali, dan yang lain membawa peluncur rudal,” ungkap Amir Hatami.
Sistem pertahanan udara “15 Khordad” berkemampuan mendeteksi dan membidik sasaran semisal jet dan drone tempur.
“Sistem ini berjarak jelajah sekira 75 kilometer pada ketinggian hingga 27 kilometer,” imbuh Amir Hatami.
Produk ini dilengkapi radar canggih dan peluncur secara terpisah serta menggunakan rudal Sayyad 3 dalam menembak sasaran, serta dapat segera dioperasikan dalam tempo kurang dari 5 menit.
Sistem pertahanan udara canggih “15 Khordad” diproduksi secara massal dan sekarang diserahkan kepada pasukan pertahanan udara Angkatan Bersenjata Iran.
“Kita dapat bertanding dengan semua senjata yang sekelas ini di dunia, segala puji bagi Allah, dan kini sudah mulai dioperasikan,” seorang petinggi militer Iran.
Sistem ini dibuat oleh para ahli di Badan Industri Dirgantara Kementerian Pertahanan Iran, dan desain dan perbuatannya memakan waktu sekira 5 bulan. (simanews/alalam)
Iran Tegaskan Tak Perlu Izin Siapapun Dalam Pengembangan Daya Pertahanan
Menteri Pertahanan Iran Brigjen Amir Hatami menegaskan negaranya sama sekali tidak perlu meminta izin kepada pihak lain dalam pengembangan daya pertahanan untuk menjamin keamanan dan kepentingan nasionalnya.
Dalam seremoni penyingkapan sistem pertahanan udara baru buatan Iran yang diberi nama “15 Khordad”, Minggu (9/6/2019), Hatami mengatakan, “Mengingat bahwa misi pasukan pertahanan udara Republik Islam Iran sangatlah penting, dengan kata lain berada di garis terdepan untuk menghadapi musuh-musuh Iran, maka sistem pertahanan udara 15 Khordad yang tergolong simbol kepercayaan diri dan kemandirian serta jerih payah para ahli negara ini maka penyerahannya kepada pasukan pertahanan udara merupakan prestasi pertahanan dan perkembangan yang sejalan dengan teknologi terkini di dunia.”
Dia menjelaskan bahwa keberadaan pangkalan-pangkalan udara pasukan multinasional di negara-negara di sekitar Iran membuat negara ini waspada terhadap ancaman rudal dan serangan udara sehingga memberi skala prioritas pada kepemilikan sistem pertahanan udara canggih dan efektif.
“Karena itu, meski ada sanksi di berbagai bidang pertahanan dan militer, bangsa kita memandang tak ada penghalang apapun di depan kehendak dan tekad anak-anak bangsa Muslim pemberani Iran di bidang-bidang logistik Angkatan Bersenjata,” lanjutnya.
Amir Hatami memastikan negaranya mengalami perkembangan teknologi, logistik, dan sistem pertahanan udara pada level yang membuat Angkatan Bersenjata Iran sanggup mempertahankan perbatasannya di depan ancaman serangan udara dan rudal tanpa memerlukan bantuan negara lain. (alalam)
Menhan Yaman Permalukan Musuhnya Dengan Menyusup Ke Wilayah Saudi
Menteri Pertahanan Yaman dari kubu kelompok pejuang Ansarullah (Houthi), Mayjen Mohammad Nasir al-Atifi, kali ini memberi peringatan kepada Arab Saudi dengan cara tersendiri, yaitu dengan memasuki kedalaman wilayah selatan Saudi hingga mendekati kota Najran.
Seperti dilaporkan al-Alam, Ahad (9/6/2019), al-Atifi mendatangi medan-medan tempur di mana pasukan Ansarullah berada di front terdepan melawan pasukan Saudi di kedalaman wilayah selatan negara ini.
Pada kesempatan itu sembari menunjuk ke arah kota dan bandara Najran dia mengatakan,”Kemenangan sudah dekat, dan akan terealisasi dalam jangka waktu tidak lebih dari beberapa bulan ke depan.”
Al-Atifi meninjau medan pertempuran itu sehari setelah pasukan Ansarullah Yaman berhasil menguasai lebih dari 20 posisi militer Saudi.
Terkait penguasaan itu, pasukan Ansarullah telah merilis beberapa rekaman video yang mendokumentasikan kedatangan al-Atifi ke wilayah Saudi, penghancuran puluhan peralatan tempur Saudi, kaburnya pasukan Saudi, dan tertawannya beberapa pasukan Saudi.
Di bagian lain, Pasukan Pertahanan Udara Yaman melancarkan serangan sengit dengan menggunakan sejumlah pesawat nirawak ke Bandara Jizan dengan sasaran hanggar pesawat tempur dan drone Saudi hingga menimpakan banyak kerugian pada pihak Saudi.
Sebelum itu, pertahanan udara Yaman telah mengalami perkembangan signifikan di mana Pasukan Pertahanan Udara berhasil menembak jatuh tiga pesawat nirawak musuhnya dalam jangka waktu kurang dari 24 jam.
Pasukan Ansarullah dalam beberapa tahun terakhir juga telah melancarkan serangan ke wilayah Saudi dengan rudal balistik berjarak tempuh jauh dan menengah.
Sejak Maret 2015 Arab Saudi memimpin pasukan koalisi Arab yang menginvasi Yaman dengan dalih menumpas Ansarullah dan memulihkan pemerintahan presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi. Invasi ini menyebabkan krisis kemanusiaan yang dinilai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai yang terburuk di dunia. (alalam/raialyoum)
Jurnalis Israel Ungkap Pertemuan Delegasi Oposisi Suriah Dengan Para Pejabat Tel Aviv
Jurnalis senior Israel Edy Cohen mengungkap bahwa sebuah delegasi kelompok oposisi Suriah berkunjung ke Israel dan menemui para petinggi rezim Zionis penjajah Palestina ini.
Seperti dilaporkan al-Alam, Minggu (9/6/2019), Cohen melalui halaman Twitternya menyebutkan bahwa delegasi oposisi Suriah itu sedang berada di Tel Aviv dan mengadakan pertemuan dengan para pejabat Israel.
Dalam cuitan terpisah, Cohen memosting video yang merekam pertemuan delegasi pimpinan tokoh oposisi Suriah Issam Zeitoun dengan para pejabat Zionis untuk membahas “perdamaian”.
Issam Zeitoun adalah orang yang juga pernah menghadiri “Konferensi Herzliya untuk Keamanan Israel” pada Agustus 2016. Dia datang ke konferensi ini mewakili Pasukan Kebebasan Suriah (FSA) yang merupakan pasukan kelompok oposisi dan pemberontak Suriah.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Israel menjalin hubungan baik dengan kubu oposisi Suriah serta menyokongnya dengan senjata dan amunisi, terutama di kawasan Quneitra dan Daraa, Suriah selatan, serta merawat militan oposisi Suriah yang terluka di berbagai rumah sakit di Israel.
Beberapa waktu lalu tokoh oposisi Suriah Abdul Jalil al-Said tak segan-segan meminta Israel agar menyerbu Quneitra dan Daraa serta menyarankan kepada rezim Zionis itu agar bertindak seperti Turki di bagian utara Suriah.
Senada dengan ini, tokoh oposisi Suriah lain, Kamal al-Labwani, juga tanpa malu-malu mengatakan “Israel adalah harapan terakhir kami” dalam menghadapi Presiden Suriah Bashar al-Assad. (alalam)
Menlu Qatar Mengaku Berusaha Redakan Ketegangan antara Iran dan AS
Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdul Rahman al-Thani menyatakan bahwa Doha mengadakan pembicaraan dengan Teheran dan Washington secara terpisah untuk mengakhiri eskalasi antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
“Kami berusaha mengatasi perselisihan antara Iran dan AS. Kami khawatir perhitungan yang salah akan menyebabkan eskalasi… Setiap penyelesaian mengenai Iran berarti fleksibilitas di kedua pihak. Iran dan AS tidak menginginkan perang. Kami berharap dapat bertemu langsung antara Iran dan AS untuk mengakhiri eskalasi,” ungkapnya, Ahad (9/6/2019).
“Qatar menghormati kebijakan AS tentang Iran, tetapi kami memiliki penilaian yang berbeda untuk kondisi ini,”imbuhnya.
Mengenai embargo AS terhadap Iran dia mengatakan, “Ada tekanan besar pada ekonomi Iran, tetapi Teheran hidup di bawah sanksi selama 40 tahun dan ternyata masih hidup.”
Sedangkan mengenai krisis hubungan Qatar dengan sesama negara Arab Teluk Persia sendiri, Mohammed bin Abdul Rahman al-Thani mengatakan, “Tidak ada yang berubah pada negara-negara pemblokade.”
Menyinggung isu Palestina Menteri Luar Negeri Qatar menuturkan, “Tidak ada negara di dunia Arab yang dapat menerima rencana yang dipaksakan terhadap Palestina. Harus ada partisipasi oleh Palestina untuk mencapai solusi yang adil.”
Hubungan antara Iran dan AS telah tegang sejak Washington pada tahun 2018 keluar secara sepihak dari perjanjian nuklir Iran dan kemudian memperketat sanksi ekonomi terhadap Teheran. (raialyoum)