Jakarta, ICMES. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Baqeri mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak lagi memainkan peran negara adidaya di kancah internasional, dan bahwa perkembangan terakhir menunjukkan bergesernya keseimbangan kekuatan dari Barat ke Timur.
Kepala Departemen Urusan Internasional Kementerian Pertahanan Iran, Brigjen Hamzeh Qalandari, memuji kecanggihan teknologi yang digunakan Iran dalm produksi senjata, dan mengatakan senjata Iran sekarang dianggap sebagai pengubah permainan di arena internasional.
Menteri Pertahanan Iran Brigjen Mohammad Reza Ashtiani memastikan negaranya siap membekali Suriah dengan senjata mutakhir.
Berita Selengkapnya:
Berada di Oman, Petinggi Militer Iran Sebut Perimbangan Kekuatan Bergeser ke Timur
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Baqeri mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak lagi memainkan peran negara adidaya di kancah internasional, dan bahwa perkembangan terakhir menunjukkan bergesernya keseimbangan kekuatan dari Barat ke Timur.
Baqeri menyatakan demikian dalam pertemuan dengan rekannya dari Oman, Letjen Abdullah bin Khamis Al-Raisi di Muscat, ibu kota Oman, Senin (8/5).
Baqeri mengatakan ada indikasi bahwa kekuatan AS dan sekutu Baratnya memudar dan keseimbangan kekuatan bergeser dari Barat ke Timur, dan bahwa masa depan adalah milik ke Asia, khususnya Asia Barat (Timur Tengah).
“Saat ini, muncul tanda-tanda baru pergeseran perimbangan kekuatan dari Barat ke Timur. Perlu dicatat bahwa masa depan adalah milik kawasan kita dan Asia,†ujarnya.
Kepala staf Angkatan Bersenjata Iran menyebut Teluk Persia dan Asia Barat sebagai salah satu kawasan paling sensitif di dunia, dan menilai AS telah memproyeksikan kekuatan di seluruh kawasan ini dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari upayanya memaksakan diri sebagai aktor dominan dalam urusan internasional dan regional.
Jenderal Baqeri juga mengatakan Teheran akan menjadi tuan rumah konferensi besar tentang tatanan dunia baru yang akan dihadiri oleh beberapa negara, termasuk Oman.
Dia memuji kerjasama militer antara Teheran dan Muscat, dan mengundang Oman untuk berpartisipasi dalam latihan maritim bersama dengan Iran.
Di pihak lain, Kepala staf angkatan bersenjata Oman menekankan bahwa persatuan dan solidaritas di antara negara-negara kawasan akan menjamin keamanan dan stabilitas di seluruh kawasan.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani di hari yang sama di Teheran mengatakan bahwa AS bertanggung jawab atas semua sabotase Israel dan serangan teror terhadap fasilitas dan ilmuwan nuklir Iran, dan memperingatkan bahwa Teheran tidak akan mentolerir tindakan agresi apa pun dan akan memberikan tanggapan yang menjerakan terhadap segala bentuk aksi permusuhan.
Kanaani mengutuk pernyataan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bahwa Washington akan mengizinkan Tel Aviv untuk mengambil tindakan militer terhadap program nuklir Iran jika Teheran mencoba mendapatkan bom nuklir,.
Kanaani menyebut pernyataan itu sebagai “tidak diperhitungkan” dan “provokatif”.
Dia mengecam ajudan Presiden Joe Biden itu, dan menekankan bahwa Washington, secara langsung dan tidak langsung, bertanggung jawab atas tindakan destruktif Tel Aviv.
Dia juga menyatakan bahwa komentar demikian tentang program nuklir Iran bertentangan dengan 15 laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang mengakui status damai aktivitas nuklir Iran. (fna)
Jenderal Iran: Dunia Terkesima dan Kepo Terhadap Kecanggihan Teknologi Persenjataan Iran
Kepala Departemen Urusan Internasional Kementerian Pertahanan Iran, Brigjen Hamzeh Qalandari, Senin (8/5), memuji kecanggihan teknologi yang digunakan Iran dalm produksi senjata, dan mengatakan senjata Iran sekarang dianggap sebagai pengubah permainan di arena internasional.
Menurutnya, dunia dikejutkan oleh senjata Iran setelah pencabutan embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama 13 tahun pada Oktober 2020.
“Sebuah negara yang memiliki masalah di semua bidang dan dilarang menggunakan teknologi apa pun saat ini justru mencapai puncak teknologi, dan senjatanya digambarkan di media internasional sebagai ‘pengubah permainan’,†katanya kepada IRNA.
“Fakta ini menyebabkan banyak negara membeli senjata Iran atau merenovasi dan membangun kembali peralatan pertahanan mereka sendiri menggunakan teknologi dan peralatan Iran setelah pencabutan embargo,†imbuhnya.
Qalandari menyinggung pembicaraan antara Menteri Pertahanan Iran Brigjen Mohammad Reza Ashtiani dan rekan-rekannya di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di ibu kota India, New Delhi akhir bulan lalu.
“Sebagian besar pertemuan menampilkan keinginan serius untuk membentuk aliansi dan meningkatkan tingkat kerjasama pertahanan dan keamanan dengan Republik Islam,†katanya.
Dia menambahkan, “Semua negara SCO juga meminta untuk menggunakan pengalaman Iran dalam perang melawan terorisme dan penyebarannya ke kawasan dan dunia. Permintaan lain, yang dibuat di hampir semua pertemuan, adalah melihat dari dekat pencapaian pertahanan Iran.â€
Qalandari juga menyebutkan kesetaraan antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), aliansi militer pimpinan AS di satu pihak dan SCO, organisasi politik, ekonomi, keamanan internasional, dan pertahanan Eurasia di pihak.
Dia menilai bahwa tidak seperti NATO, SCO berfokus pada perluasan pengaruhnya berdasarkan kerjasama daripada kekuatan, dan bahwa organisasi Eurasia ini telah mencoba menjauhkan diri dari masalah militer dan mencari stabilitas di zona konflik serta kerjasama ekonomi kolektif.
“Mungkin krisis Ukraina adalah contoh praktis yang menunjukkan bahwa kemampuan NATO menurun seperti kekuatan AS. Ini kontras dengan jalur maju yang ditempuh oleh SCO,†katanya. (mna)
Berada di Damaskus, Menhan Iran Nyatakan Siap Bekali Suriah dengan Senjata Mutakhir
Menteri Pertahanan Iran Brigjen Mohammad Reza Ashtiani memastikan negaranya siap membekali Suriah dengan senjata mutakhir.
“Iran siap untuk menyediakan senjata pertahanan terbaru untuk angkatan bersenjata Suriah,†katanya dalam pertemuan dengan sejawatnya dari Suriah, Jenderal Ali Abbas, di Damaskus, Senin (8/5)
Dia menjelaskan, “Republik Islam Iran siap bekerjasama dengan Republik Arab Suriah dalam membangun pabrik dan meluncurkan lini produksi untuk produk pertahanan strategis, untuk meningkatkan keamanan rakyat Suriah, dan untuk membangun infrastruktur pertahanan multilateral dan memperkuat pangkalan senjata di Suriah.â€
Di pihak lain, Menteri Pertahanan Suriah, Jenderal Ali Abbas, menegaskan, “Keamanan dan stabilitas Suriah telah dibangun dengan dukungan saudara-saudara dari Iran dan teman-teman sejatinya. Memperkuat pangkalan pertahanan Suriah akan membuatnya lebih siap untuk memerangi terorisme sebagai salah satu sumbu perlawanan.â€
Ali Abbas menyampaikan penghargaannya atas dukungan yang diberikan oleh Kementerian Pertahanan Iran di bidang diplomasi pertahanan, dan menyebut pihak musuh berusaha keras untuk merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan antara Suriah dan Iran.
Kepala Organisasi Penerbangan Sipil Iran, Mohammad Mohammadi Bakhsh, mengkonfirmasi peningkatan penerbangan antara Iran dan Suriah, dan mencatat bahwa Teheran akan merehabilitasi dan memodernisasi bandara Suriah, termasuk bandara Damaskus.
Kamis lalu, Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sejawatnya dari Iran, Sayid Ebrahim Raisi, menandatangani berbagai nota kesepahaman untuk kerjasama strategis komprehensif jangka panjang antara Damaskus dan Teheran.
Kunjungan presiden Iran dan delegasi pendampingnya ke ibukota Suriah, Damaskus, adalah yang pertama dalam 13 tahun, sebagai tanggapan atas undangan resmi dari Presiden Suriah Bashar al-Assad. (raialyoum)