Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 7 Maret 2023

Jakarta, ICMES. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Hossein Bagheri menyatakan negaranya telah mampu mengembangkan rudal balistik yang dapat menghancurkan target berupa armada maritim bergerak.

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei meminta para pejabat Iran serius menyelidiki kasus berantai peracunan siswi yang terjadi di beberapa kota negara ini.

Sekjen Hizbullah, Sayidd Hassan Nasrallah menyatakan bahwa Rezim Zionis berusaha memperluas perbatasan darat antara Palestina pendudukan (Israel) dan Lebanon, tapi orang-orang Lebanon yang terkucil berani menghadangnya.

Berita Selengkapnya:

Jenderal Bagheri: Iran Sudah Mampu Memroduksi Rudal Balistik untuk Target Kapal Bergerak

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Hossein Bagheri menyatakan negaranya telah mampu mengembangkan rudal balistik yang dapat menghancurkan target berupa armada maritim bergerak.

Dalam pernyataan pada kunjungan inspeksi ke kamp pelatihan untuk lulusan universitas yang melakukan dinas militer, Senin (6/3), Bagheri mengatakan bahwa rudal tersebut telah berhasil diuji dan sekarang diproduksi dalam jumlah besar.

Menurutnya, Iran sekarang Iran adalah satu di antara tiga negara yang memiliki pengetahuan untuk memproduksi rudal jenis ini.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran menekankan bahwa dengan pencapaian ini, Iran akan menikmati keamanan penting di perairan sekitarnya dalam radius 1.000 kilometer.

Menurutnya, rudal balistik ini berkecepatan 8 mach dan berjarak jangka 1.500 kilometer, dan dengan rudal ini maka kapal induk dan armada penyerang tidak lagi aman pada jarak 1.500 kilometer dari pantai Iran.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Iran Brigjen Mohammad Reza Ashtiani menyatakan negaranya telah mencapai swasembada di bidang pertahanan udara, dan karena itu dia menepis laporan Bloomberg bahwa Teheran sedang berusaha untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia.

Sembari memuji hangat hubungan persahabatan antara Iran dan Rusia di berbagai bidang, Ashtiani dalam konferensi pers, Senin, mengatakan, “Teheran telah mencapai teknologi tingkat tinggi dan memperoleh swasembada dalam industri pertahanan udara.”

Dia menambahkan, “Jika diperlukan untuk membeli (sistem) ini, kami akan melakukannya, tapi saat ini kami tidak membutuhkannya.”

Menurutnya, Iran telah membuat sistem pertahanan udara yang “unik di dunia”, “dapat memenuhi kebutuhan Iran”, dan bahkan beberapa negara berminat memiliki sistem pertahanan udara Bavar-373 buatan Iran.

Ashtiani juga memuji kemajuan Iran dalam industri pesawat nirawak (UAV/drone), dan mengatakan bahwa beberapa negara juga tertarik untuk membeli drone buatan Iran.

“Semua orang mengakui bahwa kekuatan drone Iran tidak tertandingi. Karena itu, kami membantu beberapa negara untuk memperkuat kekuatan pertahanan mereka dengan pertimbangan kami sendiri,” ujarnya.

Sembari memuji prestasi Iran dalam pengembangan drone pengintai, tempur dan siluman, Ashtiani menyebutkan bahwa para ahli Iran telah menerapkan kecerdasan buatan pada jet tempur berawak yang melakukan serangan tunggal ataupun terbang dalam skuadron.

Iran meluncurkan sistem pertahanan udara  canggihpermukaan-ke-udara Bavar 373 (Belief-373) pada Agustus 2019. Para petinggi militer Iran menyebut sistem rudal ini sebagai salah satu pencapaian pertahanan terpenting negara pasca-revolusi Islam.

Mereka percaya sistem rudal Bavar-373 jauh lebih baik daripada sistem Patriot AS dan mitranya dari Rusia S-300. Sistem ini menggunakan rudal berjarak jangkau maksimal 300 kilometer, serta mampu mendeteksi hingga 300 target sekaligus, melacak 60 target sekaligus, dan menghantam enam target sekaligus. (mna/fna)

Ayatullah Khamenei Serukan Hukuman Berat bagi Pelaku Aksi Berantai Peracunan Siswi Iran

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei meminta para pejabat Iran serius menyelidiki kasus berantai peracunan siswi yang terjadi di beberapa kota negara ini.

Pada momen peringatan Hari Tanam Pohon Nasional, Senin (6/3), dia mendesak pihak berwenang agar memberikan hukuman seberat mungkin kepada para pelaku di aksi yang dia sebut sebagai “kejahatan besar dan tak termaafkan” itu.

“Jika terbukti para siswi diracun, maka pelaku kejahatan ini harus dihukum seberat-beratnya,” tegasnya, sembari menekankan “tak ada ampunan” bagi orang-orang sebiadab itu.

Dalam tiga bulan terakhir, terjadi ratusan kasus gangguan pernapasan di kalangan siswi di beberapa kota, dan beberapa di antaranya memerlukan perawatan rumah sakit.

Media asing lantas gencar menyebarkan desas-desus dan informasi yang salah untuk memicu kekhawatiran di masyarakat, terutama di kalangan orang tua yang anaknya terkena dampak.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi juga telah berbicara mengenai  aksi misterius itu dan menyebutnya “kejahatan dan tindakan tidak manusiawi” yang dilakukan oleh musuh, serta menyerukan penyelidikan secara intensif agar segera didapat informasi yang akurat dan tepat waktu tentang insiden tersebut.

Presiden Iran memperingatkan bahwa tindakan itu adalah “mata rantai lain dalam rantai plot musuh” yang telah dilakukan untuk menciptakan kekacauan di negara itu, memanipulasi opini publik, dan menanamkan ketakutan di kalangan siswa.

Menurutnya, pihak-pihak musuh Iran “berusaha menciptakan stres dan kecemasan di kalangan siswa dan orang tua sehingga kekacauan terbentuk”, sebagai bagian dari perang psikologis.

Dia menekankan pentingnya menemukan pelaku utama perbuatan tersebut dan menanganinya secara serius. (alalam)

Sayid Nasrallah: Tak Ada yang Membantu Hizbullah melawan Isrfael Kecuali Iran dan Suriah

Sekjen Hizbullah, Sayidd Hassan Nasrallah menyatakan bahwa Rezim Zionis berusaha memperluas perbatasan darat antara Palestina pendudukan (Israel) dan Lebanon, tapi orang-orang Lebanon yang terkucil berani menghadangnya.

Dalam pidato pada momen peringatan keagamaan, Senin (6/3), dia menekankan keberadaan “formula pencegah hari ini, yang terdiri dari orang-orang di Garis Biru, tentara, dan kubu resistensi”. Dia menekankan, “Perimbangan ini sekarang melindungi perbatasan kita, tanah kita, dan laut kita, dan itu akan melindungi sumur minyak nanti.”

Dia memastikan pasukan pencegah ini tidak mendapat dukungan kecuali dari Iran dan Suriah,  dan dalam perang Hizbullah melawan Israel  selama 33 hari pada tahun 2006, jika operasi darat Israel berhasil maka sebanyak 80,000 -100,000 tentara Israel akan telah mengalir ke Libanon selatan.

Mengenai perbatasan maritim, dia mengatakan, “Di perbatasan laut, kami tidak pernah mempercayai musuh, dan saya ingin mengingatkan Anda tentang perimbangannya. Ketika perjanjian diumumkan, kami mengonfirmasi bahwa jika terjadi pencegahan atau penundaan dalam ekstraksi minyak dan gas Lebanon, maka ini akan terefleksi pada musuh.”

Sayid Nasrallah menambahkan, “Perjanjian demarkasi maritim bukanlah normalisasi, dan kami tidak pernah mencari apa pun yang disebut pemuasan AS. Dalam pendirian apa pun yang kami ambil dan tindakan apa pun yang kami ambil ketika kami merasa AS puas dengannya, maka kami menyangsikan diri kami.”

Dia menjelaskan, “Kami tidak merasa kecewa atau menyesal, dan apa yang terjadi terkait demarkasi perbatasan adalah pencapaian bersejarah dan penting. Kami tak kan pernah menyerahkan satu inci atau satu meter pun di wilayah pertanian Shebaa dan perbukitan Kfar Shuba, dan kami tak kan pernah menyerahkan sebutir tanah atau setetes air di laut kita.”

Dia menambahkan bahwa Hizbullah tak pernah berhenti melawan, termasuk di tengah kesulitan hidup masyarakat akibat sanksi musuh, yang “ingin merampas kekuatan kami melalui pembunuhan, pencemaran nama baik, penghasutan opini publik dunia terhadap kami, pelaparan, dan pembangkitan kekacauan.”

Mengenai berlanjutan kebejatan kaum Zionis Israel di tanah-tanah pendudukan Palestina, dia memastikan Hizbullah mengikuti apa yang terjadi belakangan ini di Al-Quds, Hawara, Nablus di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina.

“Ketika kita berbicara tentang apa yang terjadi di kota Hawara dan penderitaan rakyat Palestina di Tepi Barat, kita mengatakan inilah fakta para pemukim (Yahudi Zionis),” ungkapnya. (raialyoum)