Rangkuman Berita Utama Timteng, Selasa 4 Juli 2017

seminar ulama pakistanJakarta, ICMES: Sekumpulan alim ulama dan cendikiawan Muslim Sunni dan Syiah Pakistan menyatakan kesiapannya membantu menyelesaikan perselisihan antara Iran dan Arab Saudi.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengaku berharap Qatar memberikan tanggapan “positif” atas permintaan sejumlah negara Arab yang menuduhnya mendukung teroris dan mengecam kedekatan Qatar dengan Iran.

Qatar yang semula menolak desakan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir belakangan ini dikabarkan telah mengendurkan sikapnya setelah ultimatum 10 hari yang mereka tetapkan untuk Qatar diperpanjang selama 48 jam dan berakhir pada Selasa malam ini.

Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus menyatakan keberadaan militernya di Qatar tak ada kaitannya dengan krisis hubungan Qatar dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir yang terjadi belakangan ini.

Berita selengkapnya;

Alim Ulama Sunni Dan Syiah Pakistan Siap Mediasi Iran – Saudi

Sekumpulan alim ulama dan cendikiawan Muslim Sunni dan Syiah Pakistan menyatakan kesiapannya membantu menyelesaikan perselisihan antara Iran dan Arab Saudi. Dalam rangka ini mereka berharap dapat mengirim delegasi ulama dan cendikiawan terkemuka Pakistan ke Iran dan Saudi demi meredakan ketegangan Teheran – Riyadh.

Hal ini terungkap dalam seminar bertema “Persatuan Antarmazhab Islam Dan Pembudayaan Kesabaran” yang diselenggarakan oleh Dewan Ulama Dan Cendikiawan Nasional Pakistan yang bernaung di bawah Kementerian Agama Pakistan, Senin (3/7/2017).

Dalam seminar yang juga dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi Pakistan ini para peserta menekankan keharusan memberantas terorisme dan menggalang persatuan umat Islam demi melawan konspirasi musuh bersama Dunia Islam.

Mereka merilis deklarasi yang merekomendasikan pengiriman delegasi ulama dan cendikiawan Muslim Pakistan ke Iran dan Saudi dengan tujuan membantu mengatasi perselisihan antara kedua negara.

Resolusi ini juga menyebutkan bahwa sebuah delegasi pimpinan Menteri Agama Pakistan akan segera dikirim ke kota Parachinar, Pakistan,  yang mayoritas penduduknya bermazhab Syiah.

Penjabat Menteri Agama Pakistan Pir Muhammad Aminul Hasnat Shah dalam pidatonya pada seminar ini mengingatkan bahwa teroris tak mengenal agama apapun. Dia meminta kepada para tokoh agama dan cenderikiawan supaya berjuang menyebar luaskan prinsip toleransi dan saling pengertian antarmazhab demi terwujudnya persatuan.

Menyinggung tragedi teror yang menewaskan lebih dari 100 orang di Parachinar, dia mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang bermaksud menghentikan pembangunan di Pakistan dengan cara menebar aksi teror. (irna)

Saudi Nyatakan Tanggapan Qatar Masih Dipelajari 

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengaku berharap Qatar memberikan tanggapan “positif” atas permintaan sejumlah negara Arab yang menuduhnya mendukung teroris dan mengecam kedekatan Qatar dengan Iran.

“Kami berharap ada tanggapan positif untuk penyelesaian krisis,” ungkapnya dalam konferensi pers dengan sejawatnya dari Jerman, Sigmar Gabriel, di Jeddah, Arab Saudi, Senin malam (3/7/2017).

Dia menekankan bahwa tanggapan tertulis Qatar yang telah diserahkan kepada Kuwait selaku mediator “akan dipelajari secara cermat.”

Seperti diketahui, Saudi bersama Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir telah memutus hubungan dengan Qatar dan mengenakan sanksi ekonomi terhadap negara ini sejak 5 Juni lalu. Al-Jubeir mengatakan bahwa tindakan ini harus dilakukan demi “mendorong Qatar agar mengubah kebijakan yang merugikan Qatar sendiri dan negara-negara regional.”

Dia mengaku telah mengadakan pembicaraan dengan Gabriel mengenai “keharusan menghentikan dukungan kepada terorisme, radikalisme, ujaran kebencian, dan campur tangan urusan orang lain.”

Di pihak lain, Gabriel mengatakan bahwa Jerman menyokong upaya mediasi Kuwait dan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat di tengah krisis Teluk Persia dewasa ini.

Gabriel mengawali safari ke sejumlah negara Teluk Persia dengan berkunjung ke Arab Saudi untuk kemudian berlanjut ke UEA dan Qatar.

Empat negara yang memutus hubungan dengan Qatar telah menyerahkan daftar permintaannya kepada Doha pada 22 Juni lalu. Mereka antara lain meminta penutupan stasiun televisi Al-Jazeera, penurunan taraf hubungan dengan Teheran, dan penutupan pangkalan militer Turki di Qatar.

Rabu besok (5/7/2017) para menlu dari empat negara itu akan mengadakan pertemuan di Kairo, Mesir, untuk mengambil keputusan lebih lanjut mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh secara sepihak terhadap Qatar. (rayalyoum)

Qatar Dikabarkan Mengendurkan Sikapnya Di Depan Tekanan Kubu Saudi

Qatar yang semula menolak desakan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir belakangan ini dikabarkan telah mengendurkan sikapnya setelah ultimatum 10 hari yang mereka tetapkan untuk Qatar diperpanjang selama 48 jam dan berakhir pada Selasa malam ini.

Dilaporkan bahwa Doha bersedia melakukan beberapa hal, yaitu; mengeluarkan para anggota Hamas dari Qatar; membungkam Ketua Persatuan Ulama Islam Sedunia, Syeikh Yusuf Qaradhawi, atau bahkan bisa jadi pemindahannya ke Istanbul, Turki; menghentikan kritikan channel Al-Jazeera terhadap pemerintah Mesir; memutus semua hubungan finansial dengan gerakan Ikhwanul Muslimin; mengasingkan sebagian pemimpinnya yang tinggal di Doha; dan menurunkan taraf hubungan dengan Iran dengan catatan harus didasari keputusan kolektif semua negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC).

Mengendurnya sikap Qatar ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) melakukan kontak telefon dengan Raja Saudi Salman bin Abdul Aziz, Emir Qatar Tamim bin Hamad, dan Putera Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed. (rayalyoum)

Turki Jelaskan Motivasi Keberadaan Militernya Di Qatar

Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus menyatakan keberadaan militernya di Qatar tak ada kaitannya dengan krisis hubungan Qatar dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir yang terjadi belakangan ini.

“Tema keberadaan pangkalan militer Turki di Qatar tak ada kaitannya dengan krisis ini. Ini adalah tema tersendiri, dan polemik antara Qatar dan Arab Saudi adalah persoalan lain…  Adanya pangkalan udara Turki di Qatar diperlukan bagi keamanan negara negara ini dan keamanan seluruh kawasan,” tuturnya, Senin (3/7/2017).

Sembari memastikan kelanjutan eksistensi militer Turki di Qatar dia mengatakan, “Mengaitkan keberadaan militer Turki ini dengan krisis politik antara Saudi dan Qatar adalah kesimpulan yang salah. Jika krisis politik negara-negara Arab dengan Qatar semakin mendalam maka semua negara regional akan terkena imbasnya.”

Sebelumnya, senada dengan ini Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Chavusoglu sepekan susudah kunjungan periodiknya ke negara-negara Teluk Persia mengatakan, “Pangkalan militer Turki di Qatar tak ada kaitannya dengan negara-negara lain, dan mereka seharusnya menghormati keputusan ini.”

Dia memastikan aktivitas militer Turki di Qatar adalah untuk kepentingan damai.

“Kegiatan militer dan pengadaan pangkalan militer Turki di Qatar bukan untuk mengganggu keamanan negara manapun, melainkan demi keamanan regional,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa pada tahun 2014 Turki dan Qatar telah meneken perjanjian kerjasama militer, dan pengadaan pangkalan militer Turki di Qatar merupakan bagian dari isi perjanjian ini.

Seperti diketahui, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir telah mengajukan 13 permintaan kepada Qatar antara lain penutupan pangkalan militer Turki di Qatar. Turki menentang permintaan ini  dan menyebutnya campurtangan dalam urusan internal negara lain. Selain itu Turki juga menyatakan dukungannya kepada Qatar. (irna)