Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 30 April 2019

trump dan raja salmanJakarta, ICMES: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memeras sembari menghina Arab Saudi, meski menegaskan kembali dukungannya kepada negara kerajaan ini.

Gembong kelompok teroris ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, kembali muncul pertama kalinya sejak tahun 2014 dalam sebuah rekaman video yang disebar oleh kawanan ekstremis ini melalui aplikasi Telegram.

Komandan Pasukan Quds Korps Revolusi Islam Iran (IRGC), Jenderal Qassem Soleimani, memastikan Iran mustahil bernogesiasi dengan Amerika Serikat.

Berita selengkapnya:

Trump Kembali Memeras Saudi Dan Menghina Raja Salman

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memeras sembari menghina Arab Saudi, meski menegaskan kembali dukungannya kepada negara kerajaan ini.

Hal itu dia ungkap pada sebuah rapat umum “Make America Great Again” (MAGA) dengan para pendukungnya di Green Bay, Wisconsin, AS, sembari menjelaskan taktik negosiasinya dalam upaya meraup lebih banyak dana dari Saudi sebagai imbalan atas dukungan dan perlindungan militer AS untuk Saudi.

Dia mengaku akan tetap menjadi pendukung setia pemerintah Saudi, terutama karena besarnya belanja Riyadh dari perusahaan-perusahaan AS.

“Mereka tidak punya apa-apa selain uang tunai, bukan? Mereka membeli banyak dari kita, 450 miliar  Dolar yang mereka beli,” ujarnya dengan nada antusias di depan khalayak, sebagaimana dikutip al-Jazeera, Senin (29/4/2019).

“Anda memiliki orang-orang yang ingin memotong Arab Saudi… Saya tidak ingin kehilangan mereka,” lanjutnya.

Trump kemudian menceritakan bahwa belakangan ini dia telah menghubungi Raja Saudi Salman bin Abdulaziz  untuk  meminta lebih banyak uang dari negara kaya minyak itu sebagai imbalan atas layanan pertahanan yang diberikan oleh AS untuk Saudi.

“Kami kehilangan 4,5 miliar Dolar pada sebuah negara untuk membela mereka, dan mereka kaya,” seru Trump.

“Jadi saya memanggil mereka. Saya berkata: dengarkan, tidak baik. Mereka dalam keadaan terkejut karena mereka tidak pernah mendapat panggilan seperti ini dalam 25 tahun, kan,” imbuhnya ketika khalayak bersorak sorai.

Trump melanjutkan, “Saya katakan kita kehilangan $ 4,5 miliar setiap tahun, kita tidak bisa melakukan ini lagi. Ini gila. Dia (Raja Salman) menjadi sangat kesal, marah, dan mengatakan ini tidak adil. Saya katakan, tentu saja ini adil. Dia bilang kami akan memberi Anda $ 500 juta lebih … Saya bilang saya ingin lebih. Kami berdebat. Jadi mereka membayar kami lebih dari $ 500 juta untuk satu panggilan telepon, saya butuh satu panggilan.”

Trump juga menyebutkan bahwa Raja Salman kemudian bertanya kepadanya mengapa dia melakukan penggilan telefon, mengingat “tidak ada yang membuat panggilan seperti itu”.

“Itu karena mereka bodoh!” lanjut Trump.

Pernyataan Trump secara blak-blakan ini mengundang kecaman dan kemarahan para netizen Arab Saudi sehingga mereka memperlihatkan sikap penolakan atas penghinaan itu dengan membuat tagar berbahasa Arab dengan arti “Trump menghina Salman” dan “Trump menghina Saudi”. (aljazeera/mayadeen/nytimes)

Pertama Kali Sejak 2014, Abu Bakar Al-Baghdadi Muncul Dalam Rekaman Video

Gembong kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS/IS/ISIL/DAESH), Abu Bakar al-Baghdadi, kembali muncul pertama kalinya sejak tahun 2014 dalam sebuah rekaman video yang disebar oleh kawanan ekstremis ini melalui aplikasi Telegram, Senin (29/4/2019).

Dalam video propaganda yang diberi judul “Fi Dhiyafati Amiril Mu’minin” (Ramah Tamah Dengan Amirul Mukminin) itu al-Baghdadi tampak bugar dengan cambang lebat dan panjang yang separuhnya diberi pewarna merah dan dengan kepala bertutup kain hitam.

Dia duduk di atas permadani bersama beberapa orang lain yang bagian wajah mereka diburamkan. Tak jelas kapan rekaman itu diambil, namun di bagian awal video dia mengatakan bahwa “perang Baghouz sudah berakhir”, yang mengacu pada terusirnya ISIS dari kantung terakhir mereka di Suriah timur sejak hampir sebulan lalu.

Al-Baghdadi juga terlihat mengancam bahwa ISIS akan membalas kematian dan pemenjaraan para ektremisnya.

“Para kombatan Negara Islam melancarkan 92 operasi di delapan negara sebagai pembalasan atas saudara-saudara mereka di Syam (Suriah),” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa perang di Baghouz, Suriah timur, sudah berakhir, dan bahwa “perang Negara Islam sekarang adalah perang atrisi (dengan menguras energi dan kekuatan lawan) dan gangguan terhadap musuh.”

Dalam video berdurasi 18 menit itu juga terlihat seorang pria yang duduk bersama al-Baghdadi di atas permadani, sebagaimana juga tampak beberapa pria lain yang diduga sebagai para asistennya.

Di bagian awal video terdapat catatan bahwa rekaman diambil pada bulan April ini, namun belum ada konfirmasi pihak independen soal ini.

Di bagian akhir video, satu pria yang berada di dekat al-Baghdadi itu menunjukkan kepadanya berkas-berkas yang menyebutkan 12 nama negara dan kawasan di mana ISIS bercokol, yaitu; Irak, Suriah, Turki, Khorasan, Afrika Barat, Sinai, Libya, Somalia, Yaman, Afrika Tengah, Kaukasus, dan Tunisia.

Video al-Baghdadi ini merupakan yang kedua setelah video yang disebar ISIS pada tahun 2014 ketika kawanan teroris berfaham Salafi/Wahhabi ini baru berhasil menguasai banyak kawasan di Irak dan Suriah.  Dalam video pertama dia terlihat berpidato di atas mimbar Masjid al-Nouri di kota Mosul, Irak utara.

Di luar rekaman audio visual, ISIS juga telah beberapa kali memublikasi reakaman audio yang diklaim sebagai suara al-Baghdadi ketika beredar kabar simpang siur mengenai keterbunuhan dan keterlukaan pria asal Irak itu. (raialyoum/rt)

Jenderal Soleimani: Mustahil Iran Sekarang Sudi Berunding Dengan AS

Komandan Pasukan Quds Korps Revolusi Islam Iran (IRGC), Jenderal Qassem Soleimani, memastikan Iran mustahil bernogesiasi dengan Amerika Serikat (AS), sebab dalam situasi seperti sekarang negosiasi tak ubahnya dengan menyerah.

Hal ini dia disampaikan dalam pidato pada hari kedua konferensi umum para pemimpin, kepala dan direktur Pasukan Keamanan Dalam Negeri di Iran, Senin (29/4/2019), sebagaimana dilaporkan kantor berita mahasiswa Iran, ISNA.

Soleimani menjelaskan bahwa rakyat Iran memandang negosiasi Teheran dengan Washington dalam situasi saat ini sama halnya dengan penyerahan diri.

Jenderal tersohor Iran ini lantas menekankan bahwa negaranya pantang menyerah pada tekanan AS, dan menyebutkan bahwa Washington berusaha menyeret Teheran ke meja perundingan melalui sanksi ekonomi AS terhadap Iran.

“Musuh bermaksud membidik Iran melalui tekanan ekonomi dan sanksi, dan menyasar keamanan di negara ini sehingga mengerahkan segenap kemampuannya untuk mewujudkan hal ini,” ujar Soleimani.

Pada 8 April, Washington mencantumkan IRGC dalam daftar organisasi teroris asing. Tindakan demikian tercatat sebagai pertama kalinya AS memasukkan entitas militer sebuah negara sebagai organisasi teroris.

Di pihak lain, Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran membalas keputusan Trump itu dengan  mencantumkan Komando Sentral AS (CENTCOM) dalam daftar organisasi teroris versi Iran. CENTCOM adalah pasukan AS yang bercokol di Timteng dan sekitarnya.

IRGC didirikan setelah revolusi Islam di Iran pada 1979, dan menjadi organisasi keamanan paling kuat di negara republik Islam ini. Pengaruh IRGC bahkan merambah ke kawasan Timteng terutama setelah memainkan andil besar dan bahkan peran kunci dalam operasi-operasi militer penumpasan kelompok-kelompok teroris, termasuk ISIS, di Irak dan Suriah.

Ketegangan antara Washington dan Teheran meningkat sejak Trump mengumumkan penarikan AS dari perjanjian nuklir sejumlah negara terkemuka dunia dengan Iran tahun 2015. (raialyoum)