Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 27 September 2022

Jakarta, ICMES. Drone buatan Iran dikabarkan mulai muncul pertama kalinya dalam perang di Ukraina kurang dari seminggu yang lalu, dan segera mengubah keadaan.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisimengecam media Barat dan menyebutnya berusaha memberikan persepsi yang menyimpang tentang realitas dunia.

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran kembali menyerang dan menghancurkan posisi-posisi kelompok teroris yang beroperasi di wilayah semi-otonom Kurdistan Irak.

Berita Selengkapnya:

Politico: Drone Iran Ubah Keadaan di Ukraina, Rusia Diuntungkan

Drone buatan Iran dikabarkan mulai muncul pertama kalinya dalam perang di Ukraina kurang dari seminggu yang lalu, dan segera mengubah keadaan.

Andriana Arekhta, seorang sersan pertama di angkatan bersenjata Ukraina, menyebutkan bahwa drone itu terbang dari Krimea untuk menyerang unit pasukan khusus yang bertempur di dekat kota selatan Kherson.

“Drone itu berhasil mengelak dari pertahanan tentara, menjatuhkan bom di posisinya, dan menghancurkan dua tank dengan awak di dalamnya,” tutur Arekhta kepada surat kabar AS Politico.

“Sangat sulit untuk melihat drone ini di radar, ini masalah besar,” lanjutnya.

Selama seminggu terakhir, Rusia telah mengerahkan drone tempur Shahed-136 dan Mohajer-6 buatan Iran di seluruh Ukraina, dengan hasil yang menghancurkan. Beberapa di antaranya menyerang posisi-posisi tempur serta menghancurkan tank dan kendaraan lapis baja.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataannya pada Jumat lalu mengatakan bahwa pasukan anti-pesawat negaranya telah menembak jatuh lebih dari sepuluh drone di wilayah Dnipropetrovsk timur dan Odessa.

Angkatan Udara Ukraina menyebut drone itu bertipe Shahed-136 dan Muhajir-6,yang membawa amunisi dan juga dapat digunakan untuk misi pengintaian.

Namun demikian, menurut Politico dalam laporannya pada hari Senin (26/9), tiga orang tentara Ukraina dalam beberapa wawancara mengatakan bahwa pesawat drone Iran menimbulkan ancaman besar.

Kedatangannya di medan perang, kata mereka, membuat kebutuhan Barat untuk mengirim tambahan senjata modern semakin mendesak.

Menurut Politico, drone Iran tampaknya telah menjadi “pengubah permainan” bagi Rusia. Drone itu relatif kecil, terbang rendah, dan menghindari radar Ukraina.

Arekhta juga mengatakan drone itu bisa ditembak jatuh dengan rudal anti-pesawat Stinger, tapi hanya pada siang hari, karena senjata yang disediakan oleh AS ini tidak dilengkapi dengan sistem penglihatan malam.

Ukraina membutuhkan pertahanan udara modern, seperti sistem kontra-roket, artileri dan mortar yang digunakan AS di Afghanistan, dan radar 360 derajat untuk melawan ancaman baru, kata kelompok itu.

“Saya harus berada dalam posisi melawan helikopter Rusia di satu sisi dan drone Iran yang datang dari sisi lain. Sangat sulit untuk mencakup area yang luas dengan Stingers, dengan senjata lain yang dapat mengenai drone ini,” keluhnya.

Arekhta menggunakan drone Switchblade 300 yang disediakan oleh Washington, namun pesawat nirawak ini pada dasarnya adalah sistem komersial yang tidak cukup kuat untuk bekerja melawan kendaraan lapis baja dan artileri.

Dia mengatakan bahwa Ukraina membutuhkan drone Switchblade 600 yang telah ditingkatkan, yaitu senjata yang dia sebut “Javelin terbang.” (politico)

Presiden Iran: Imperium Media Barat Mendistorsi Fakta dan Mengubah Definisi Terorisme

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi, Senin (25/9), mengecam media Barat dan menyebutnya berusaha memberikan persepsi yang menyimpang tentang realitas dunia.

Kecaman itu dia ungkapkan dalam pertemuan dengan keluarga jenderal legendaris Iran, Qassem Soleimani, yang dibunuh pasukan AS di dekat Bandara Internasional Baghdad pada Januari 2020 atas perintah langsung dari presiden AS saat itu, Donald Trump.

“Hari ini, sistem hegemonik (dunia), yang bergantung pada imperium medianya, mencoba mengubah definisi terorisme dan menampilkan dirinya sebagai pahlawan perang melawan terorisme,” kata Raisi.

Raisi mengatakan Jenderal Soleimani telah berubah menjadi salah satu “simbol kemapanan Islam”, dan karena itu musuh menaruh dendam terhadap komandan anti-teror Iran ini.

Pada sidang ke-77 Majelis Umum PBB di New York Rabu pekan lalu Raisi menyerukan tuntutan hukum terhadap Trump, sembari menegaskan bahwa Iran akan mengejar kasus pembunuhan Soleimani.

Dalam pertemuan dengan keluarga Jenderal Soleimani, Raisi menyebutkan bahwa dalam berbagai pidato dan pertemuannya selama perjalanannya ke New York dia menekankan bahwa negara-negara Eropa dan AS sekarang berusaha melindungi kelompok teroris anti-Iran Organisasi Mujahidin-e-Khalq. (MKO), yang telah menumpahkan darah lebih dari 17.000 orang Iran yang tak bersalah.

Raisi mengatakan AS dan Eropa bukan hanya telah menghapus MKO dari daftar kelompok teroris, melainkan juga mendukung mereka.

Uni Eropa (UE), Kanada, AS, dan Jepang mencatat MKO dalam daftar hitam organisasi teroris.  Namun, pada 2012, AS dan UE mencoret nama kelompok itu dari daftar hitam.

MKO sekarang berbasis di Albania dan menikmati kebebasan beraktivitas di sana. (presstv)

Pasukan Iran Gempur Posisi Teroris di Wilayah Kurdistan Irak

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran kembali menyerang dan menghancurkan posisi-posisi kelompok teroris yang beroperasi di wilayah semi-otonom Kurdistan Irak.

Angkatan Darat IRGC melancarkan putaran baru serangan artileri dan drone terhadap kubu-kubu pertahanan militan di Irak utara pada Senin pagi (26/9). IRGC menggunakan senjata serangan pintar dan presisi selama operasi, dan menggempur tempat pertemuan, kamp pelatihan, dan ruang operasi kelompok teroris di wilayah Kurdistan Irak.

Perkembangan itu terjadi dua hari setelah IRGC juga telah menggempur pangkalan militan di wilayah Kurdistan setelah teroris berusaha memicu kerusuhan di kota-kota perbatasan barat Iran.

Dalam sebuah pernyataan saat itu IRGC menegaskan bahwa pasukan Iran memberikan tanggapan tegas terhadap “serangan teror” setelah pejabat Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) gagal mengambil tindakan yang tepat, dan tidak memperhatikan banyak peringatan yang diberikan kepada mereka.

IRGC menambahkan bahwa operasi akan berlanjut untuk “memastikan keamanan perbatasan yang berkelanjutan dan menghukum teroris kriminal” dan meminta pertanggungjawaban pejabat di Irak utara untuk memenuhi tugas hukum mereka sesuai peraturan internasional.

Teheran telah berkali-kali memperingatkan otoritas KRG bahwa Iran tidak akan mentolerir kehadiran dan aktivitas kelompok teroris di sepanjang perbatasan barat lautnya, dan karena itu Iran akan memberikan tanggapan tegas jika daerah-daerah itu menjadi pusat teroris anti Iran.

Mei lalu IRGC menyerang dan menghancurkan posisi kelompok teroris yang beroperasi di Erbil, ibu kota wilayah Kurdistan Irak.

September tahun lalu, IRGC melancarkan serangan di Irak utara, di mana mereka menghancurkan empat pangkalan kelompok-kelompok musuhnya.( mna)