Jakarta, ICMES: Stasiun televisi berita internasional berbahasa Arab dan Inggris al-Jazeera menolak tuduhan kubu Arab Saudi bahwa saluran yang berbasis di Doha, Qatar, ini bersikap anti pihak-pihak tertentu di Dunia Arab.
Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa jihad melawan Israel merupakan kewajiban yang mendesak bagi seluruh Dunia Islam.
Emir Kuwait Syeikh Sabah al-Ahmad al-Jabir al-Sabah, memuji apa yang disebutnya keberhasilan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani mencetak “prestasi peradaban dan pertumbuhan yang komprehensif”.
Berita selengkapnya;
TV Al-Jazeera Menolak Desakan Kubu Arab Saudi
Stasiun televisi berita internasional berbahasa Arab dan Inggris al-Jazeera menolak tuduhan kubu Arab Saudi bahwa saluran yang berbasis di Doha, Qatar, ini bersikap anti pihak-pihak tertentu di Dunia Arab.
Dalam siaran persnya yang dirilis Senin (26/6/2017) al-Jazeera menyatakan pihaknya “tidak menciptakan peristiwa” dan tidak pula “berpihak kepada yang satu dan anti yang lain dalam peliputan berita”, dan karena itu Al-Jazeera berjanji untuk terus bekerja secara profesional dan menolak desakan supaya stasiun ini ditutup.
Dalam surat terbuka berbahasa Inggris kepada kantor berita Jerman, DPA, al-Jazeera menjelaskan bahwa misi saluran berita berbahasa Arab dan Inggris ini ialah memberikan informasi secara akurat, dukomenter, dan netral kepada para pemirsanya di seluruh penjuru Arab dan dunia.
Menurut al-Jazeera, salurannya yang berbahasa Arab diluncurkan ketika sebagian besar media di Timteng berada di bawah kendali penguasa, sedangkan Al-Jazeera “berbeda, independen, dan membawa pesan dan kisah kemanusiaan yang akan sepenuhnya diabaikan seandainya misi ini tidak dijalankan al-Jazeera. Al-Jazeera meliput peristiwa secara seimbang dan berintegritas sehingga penguasa harus bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri.”
“Kami dikecam karena media kami menampakkan secara benar peristiwa yang terjadi, dan terkadang pemerintah, lembaga, atau oknum tidak ingin melihat apa yang mereka lakukan. Kantor-kantor kami pernah ditutup oleh sebagian negara yang tidak ingin melihat realitas, dan ini belakangan dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir,” lanjut al-Jazeera.
Stasiun ini melanjutkan, “Kami juga telah menyiarkan peristiwa-peristiwa berat dan mungkin memberatkan bagi Qatar ketika terjadi, termasuk tragedi para pekerja di situs-situs yang konstruktif, serta tuduhan-tuduhan melanggar hukum. Kami mendapat serangan dari Bahrain, UEA, dan Kerajaan Arab Saudi karena kami meliput aneka peristiwa dan menampakkan apa yang memang terjadi. Mesir bahkan tidak cukup menyerang Al-Jazeera dengan menutupnya saja, melainkan juga memenjarakan dan menistakan kru kami hanya lantaran mereka konsisten kepada jurnalistik elegan.”
Al-Jazeera juga menegaskan, “Negara semisal Saudi, Bahrain, Mesir, dan UEA bisa saja membungkam medianya sendiri dan kebebasan berekspresi rakyatnya, tapi ternyata mereka juga ingin menghilangkan kami karena al-Jazeera disaksikan oleh banyak orang di dunia Arab. Dan meskipun negara-negara ini menekan al-Jazeera, kami tetap meliput kawasan dan aneka peristiwa secara seimbang dan netral, dan kami terus melakukannya.”
Para pengecam Al-Jazeera menuding saluran ini tidaklah lebih dari sebuah sarana bagi negara kecil Qatar untuk mengembangkan pengaruhnya.
Di tengah ketegangan hubungan Qatar dengan Saudi, Bahrain, Mesir, dan UEA, Kamis pekan lalu negara-negara yang memutus hubungan dengan Qatar ini menyampaikan daftar permintaan kepada Qatar berisikan 13 poin antara lain penutupan saluran al-Jazeera, pembatasan hubungan diplomatik dengan Iran, dan penghentian kerjasama militer dengan Turki. (rayalyoum)
Pemimpin Besar Iran Serukan Jihad Melawan Israel
Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa jihad melawan Israel merupakan kewajiban yang mendesak bagi seluruh Dunia Islam.
Dalam pertemuan dan ramah tamah Idul Fitri dengan para pejabat dan masyarakat Iran serta para duta besar negara-negara Islam untuk Iran di Teheran, Senin (26/6/2017), Sayyid Khamenei, dia menegaskan hal tersebut sembari mempertanyakan mengapa sebagian negara Islam justru menghindari kewajiban ini, padalahal “melemahkan dan melupakan masalah Palestina merupakan bahaya besar.”
“Masalah Palestina merupakan persoalan substansial Dunia Islam, tapi sebagian negara Islam malah berbuat sesuatu yang menjurus pada pengabaian masalah ini… Masalah Palestina harus tetap menjadi isu pertama Dunia Islam, semua harus membantu Palestina dan jangan sampai melupakannya,” serunya.
Dia menambahkan bahwa sesuai fikih Islam, ketika musuh menguasai suatu wilayah Islam maka seluruh umat Islam berkewajiban melawan dan berjihad dengan berbagai cara.
“Karena itu jihad melawan Rezim Zionis sekarang menjadi urgen dan wajib bagi seluruh Dunia Islam,” tegasnya.
Sayyid Khamenei menjelaskan bahwa ketika sebagian negara Islam mengabaikan kewajiban ini maka sudah sepatutnya Iran berusaha membangkitkan kesadaran akan tanggungjawab serta mengingatkan keharusan Dunia Islam bersatu, berpadu dalam satu aliansi, solider satu sama lain, dan dalam hal ini pemerintahlah yang berkewajiban menunaikan tanggungjawabnya.
Dia mengingatkan musuh sengaja memanfaatkan isu sektarianisme untuk membangkitkan perselisihan Dunia Islam.
“Dukungan seorang senator AS kepada komunitas Sunni di depan Syiah ketika dia dan semisalnya sama sekali tidak meyakini prinsip Islam dan malah memusuhi negara-negara Islam tak lain adalah konspirasi, dan ini harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Sayangnya, para pejabat negara-negara Islam masih saja mengabaikan permusuhan ini,” sesalnya.
Dia kemudian menyebutkan bahwa pawai dan unjuk rasa jutaan rakyat Iran di seluruh penjuru negara ini pada peringatan Hari al-Quds yang jatuh pada hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan merupakan cermin tekad bangsa Iran untuk terus membela bangsa Palestina sekaligus merupakan contoh nyata semangat persatuan Islam.
“Inilah merupakan manifestasi makna persatuan Islam, karena kaum Syiah yang meskipun sedang berpuasa tapi bersedia turun jalan-jalan untuk menunjukkan solidaritasnya kepada saudara-saudara mereka bangsa Palestina yang Sunni,” terangnya. (alalam)
Dimusuh Saudi, Emir Qatar Malah Disebut Pemimpin Bijaksana Oleh Emir Kuwait
Emir Kuwait Syeikh Sabah al-Ahmad al-Jabir al-Sabah, memuji apa yang disebutnya keberhasilan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani mencetak “prestasi peradaban dan pertumbuhan yang komprehensif”. Pujian ini disampaikan al-Sabah dalam ucapan selamatnya atas HUT penobatan Tamim bin Hamad sebagai emir Qatar, Minggu (25/6/2017).
Seperti dilaporkan kantor berita Kuwait, Kuna, Al-Sabah memuji “apa yang telah diwujudkan oleh negara saudara, Qatar, berupa prestasi peradaban dan pertumbuhan yang komprehensif di bawah kepemimpinan Yang Mulia dan Bijaksana (Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani).”
Dalam ucapan selamat yang disampaikan kepada Emir Qatar melalui Putera Mahkota Kuwait, Nawaf al-Ahmad al-Jabir al-Sabah, Emir Kuwait mendoakan Emir Qatar tetap sehat dan mulia bersama pemerintahan dan rakyatnya.
Ucapan selamat Emir Kuwait mengundang perhatian karena Qatar sedang bermasalah dengan sejumlah negara jirannya sehingga diboikot oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, pemerintahan Abd Rabbuh Mansour Hadi di Yaman, Mauritania, dan Maladewa. Mereka menuduh Qatar sebagai negara penyokong terorisme, namun Qatar membantah keras tuduhan ini. (alalam)