Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 27 Desember 2022

Jakarta, ICMES. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) bersikap kontradiktif mengenai negosiasi nuklir, dan menekankan perlunya melanjutkan negosiasi sampai kesepakatan akhir tercapai.

Jaksa Penuntut Umum Teheran, ibu kota Iran, Ali Alqasi-Mehr, mengumumkan bahwa 83% orang yang ditangkap terkait dengan kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di Teheran telah dibebaskan.

Mantan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menyebut negara Zionis ini kacau dan  bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah “perdana menteri terlemah yang pernah ada.”

Berita Selengkapnya:

Kemlu Iran Ungkap Rincian Baru Pendekatan Teheran-Riyadh dan Keterlibatan Iran di Ukraina

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) bersikap kontradiktif mengenai negosiasi nuklir, dan menekankan perlunya melanjutkan negosiasi sampai kesepakatan akhir tercapai.

“AS menunjukkan sikap kontradiktif mengenai negosiasi nuklir, dan tindakan non-konstruktifnya menunda pencapaian kesepakatan, karena tidak memberikan langkah positif untuk mengakhiri negosiasi nuklir dan mencapai kesepakatan,” ujar Kanaani dalam konferensi pers, Senin (27/12).

Dia menambahkan, “Kami percaya bahwa negosiasi nuklir harus dilanjutkan sampai kesepakatan final tercapai. Kesepakatan masih di atas meja, jendela untuk dialog dibuka oleh Iran, dan jika kemauan tersedia di pihak barat maka kesepakatan akan tercapai.”

Mengenai apakah ada tekad untuk mengubah arah negosiasi setelah KTT Baghdad 2 di Yordania, Kanani menjelaskan, “KTT tersebut merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan dialog antara Iran dan kepala negosiator Eropa, dan untuk mengadakan pertemuan penting antara (Menlu Iran Hossein) Amir-Abdullahian dan pejabat kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell.”

Menurutnya, kedua belah pihak telah membahas penghapusan sanksi selama dua jam, sementara pendekatan AS “menunjukkan kontradiksi, kebingungan, standar ganda dan sikap negatifnya.”

Ditanya mengenai kerusuhan di Iran dan mundurnya Barat dari meja perundingan, Kanaani mengatakan,  “Kami memperingatkan negara-negara yang berperan dalam masalah ini. Protes dianggap sebagai salah satu hak orang Iran, tapi Iran tidak menerima campur tangan asing dalam urusan ini dan pengubahan protes menjadi aksi rusuh.”

Dia menambahkan, “Mereka yang campur tangan dalam peristiwa yang terjadi belakangan ini di Iran salah dalam perhitungan mereka, mereka sekarang yakin bahwa perhitungan mereka salah, dan sekarang mereka mengumumkan bahwa mereka tidak mencari perubahan rezim di Iran.”

Kanaani menegaskan, “Iran tidak akan melupakan tindakan ilegal dan campur tangan Barat dalam urusan Iran, dan akan meminta pertanggungjawaban mereka. Saya mengimbau kepada beberapa negara Eropa Barat agar berhenti bersikeras memainkan peran campur tangan.”

Dia menyebutkan bahwa dalam kerusuhan yang terjadi di Iran beberapa waktu lalu, sejumlah warga negara Eropa ditangkap dengan berkas yang jelas dan diserahkan ke negaranya, dan bahwa peran warga sejumlah negara, terutama negara Eropa Barat, dalam kerusuhan belakangan ini sepenuhnya jelas.

Mengenai tuduhan otoritas Ukraina bahwa Iran mengirim senjata ke Rusia, Kanaani mengatakan,  “Kami telah menyatakan pendirian kami tentang masalah Ukraina, dan tuduhan terhadap Iran tidaklah menguntungkan Ukraina dan rakyatnya. Kami menolak tuduhan otoritas Ukraina, dan mengkonfirmasi kesiapan kami untuk membantu menyelesaikan krisis dan membangun perdamaian di sana.”

Dia memastikan Iran tak berpihak dalam krisis Ukraina, dan siap membantu mencarikan solusi untuk krisis tersebut. Dia juga menyebut ancaman Kyiv terhadap Teheran sebagai sikap yang  â€œtak bertanggung jawab”.

Menanggapi pertanyaan tentang peran mantan Perdana Menteri Irak, Mustafa Al-Kadhimi, dalam pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, Kanaan mengatakan bahwa Iran mengikuti kasus pembunuhan Soleimani dengan dimensi yang berbeda.

“Kami menganggap pemerintah AS bertanggung jawab untuk itu, dan kami mengikuti prosedur hukum dalam hal ini,” imbuhnya.

Mengenai Arab Saudi, dia menilai pernyataan Riyadh belakangan ini mengenai pembicaraannya dengan Teheran sebagai bukti kesiapan Saudi untuk dialog.

Kanaani mengatakan, “Kami telah melakukan lima putaran negosiasi dengan Arab Saudi, dan kami optimis tentang jalannya negosiasi, karena pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi baru-baru ini mengenai negosiasi dengan kami adalah bukti kesediaan Riyadh untuk melakukan dialog.” (almayadeen)

Iran Bebaskan 83% Tahanan Insiden Kerusuhan Pasca Kematian Mahsa Amini

Jaksa Penuntut Umum Teheran, ibu kota Iran, Ali Alqasi-Mehr, mengumumkan bahwa 83% orang yang ditangkap terkait dengan kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di Teheran telah dibebaskan.

Alqasi-Mehr menekankan bahwa jumlah tahanan dalam kerusuhan itu sangat sedikit, dan mereka termasuk elemen utama dan pemimpin aksi kerusuhan.

Pada tanggal 13 Desember lalu, Jaksa Penuntut Umum Teheran mengumumkan hukuman penjara terhadap 400 orang atas keterlibatan mereka dalam kerusuhan.

Seperti diketahui, gelombang demonstrasi sempat melanda Iran menyusul kematian wanita muda Kurdi Iran, Mahsa Amini, pada 16 September, saat dia ditahan di kantor polisi untuk mendapat bimbingan setelah diketahui melanggar aturan berbusana Islami. Dua orang telah dijatuhi hukuman mati terkait aksi rusuh.

Iran memastikan negara-negara Barat, Israel dan Arab Saudi telah menebar hasutan dan mengobarkan kerusuhan.

Menanggapi pertanyan seorang jurnalis mengenai pengumuman Teheran pada Ahad lalu tentang penangkapan tujuh orang yang terkait dengan Inggris, juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani mengatakan, “Beberapa negara, terutama yang Anda sebutkan, memainkan peran non-konstruktif terkait perkembangan terakhir di Iran.”

Dia menambahkan bahwa peran negara-negara itu “sangat destruktif dan menghasut orang agar melakukan kerusuhan.” (raialyoum)

Lapid: Israel Berantakan dari Dalam, Negara Kacau dan Gila

Mantan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menyebut negara Zionis ini kacau dan  bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah “perdana menteri terlemah yang pernah ada.”

“Netanyahu adalah perdana menteri terlemah yang pernah ada, dan pemerintah berada dalam keadaan kacau. Ini bukan pemerintahan sayap kanan, melainkan kegilaan,” ujarnya, seperti dikutip kantor berita Palestina, Maan, Senin (26/12).

 â€œKami tidak akan tenang sementara Israel hancur dari dalam,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Knesset Yariv Levin mengumumkan bahwa pemerintahan baru akan dilantik pada Kamis depan pukul 11:00 waktu setempat.

Laporan lain menyebutkan bahwa perselisihan berkecamuk antara Kepala Staf Militer Israel, Aviv Kochavi, dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam panggilan telepon yang tergolong langka  antara keduanya.

Kochavi menegur Netanyahu karena mengalihkan kekuasaan dari Kementerian Keamanan dan Angkatan Bersenjata ke gerakan agama Zionis, yang diwakili oleh para pemimpin partai agama Zionis, Bezalel Smotrich, dan pasukan Yahudi, Itamar Ben Gvir.

Kontak telefon yang diprakarsai Kochavi itu dianggap langka, karena sudah menjadi kebiasaan di entitas Zionis bahwa kepala staf militer dan pejabat di lembaga militer tidak berkomunikasi dengan politisi, atau dengan perdana menteri yang ditunjuk sebelum pemerintahannya berjalan resmi.

Kochavi meminta Netanyahu menyimak sikap para pemimpin keamanan dan petinggi militer sebelum membuat keputusan yang relevan. Dia mengungkapkan “keprihatinan yang mendalam” atas serangan yang dilancarkan oleh politisi di kamp Netanyahu terhadap perwira.

Menurut perjanjian koalisi, tanggung jawab untuk “unit koordinasi tindakan pemerintah Israel di wilayah pendudukan” dan “administrasi sipil” pendudukan di Tepi Barat akan dialihkan ke menteri di Kementerian Keamanan yang ditunjuk oleh “Zionisme agama”, sedangkan pasukan penjaga perbatasan di Tepi Barat akan dipindahkan dari para komandan tentara ke para petinggi Kementerian Keamanan Nasional. (maan/almayadeen)