Jakarta, ICMES. Suatu perkembangan signifikan terjadi dalam perlawanan para pejuang Gaza terhadap pasukan Zionis Israel di mana Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengungkap penggunaan rudal buatan China “Red Arrow”, (Panah Merah/Panah Api) dalam serangan terhadap kendaraan militer Israel.

Seorang pejabat Irak memperingatkan bahwa pejuang resistensi di negaranya akan bergerak melawan rezim Israel “dari jarak dekat” jika rezim Zionis mengobarkan perang terhadap Lebanon.
Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon menanggapi ancaman Israel dengan menegaskan bahwa aksi militer terhadap Lebanon tidak akan membantu Israel menebus kekalahannya.
Berita selengkapnya:
Brigade Al-Qassam Gunakan Rudal “Panah Api” di Rafah, Ini Spesifikasinya
Suatu perkembangan signifikan terjadi dalam perlawanan para pejuang Gaza terhadap pasukan Zionis Israel di mana Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengungkap penggunaan rudal buatan China “Red Arrow”, (Panah Merah/Panah Api) dalam serangan terhadap kendaraan militer Israel.
Brigade Al-Qassam pada hari Senin (24/6) merilis video yang merekam kendaraan rekayasa OVIK menjadi sasaran rudal Red Arrow, di sebelah barat daerah Tal Zoroub di kota Rafah, Jalur Gaza selatan.
Red Arrow adalah rudal anti-tank generasi kedua yang menggunakan sistem panduan kabel optik, dilengkapi proyektil anti-lapis baja yang terdiri dari hulu ledak, misil berbahan bakar padat, dan unit kontrol yang terhubung ke platform peluncuran melalui kabel untuk panduan visual ke target.
Rudal ini memiliki jangkauan akurasi tinggi pada jarak efektif antara 3 hingga 4 kilometer dan telah menjadi komponen kunci persenjataan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok sejak akhir tahun 1980-an.
Senjata yang diproduksi pada tahun 1980 ini telah digunakan dalam Perang Bosnia dan Herzegovina dan konflik setelah revolusi Suriah.
Dengan berat 25 kilogram, rudal tersebut dapat diluncurkan dari darat, kendaraan tempur, atau helikopter serang.
Laporan Sputnik sebelumnya pada tahun 2021 menyoroti bahwa industri militer Tiongkok telah mengembangkan beberapa sistem rudal anti-tank portabel generasi ketiga, termasuk yang sebanding dengan FGM-148 Javelin AS.
Pakar militer Kolonel Hatem Al-Falahi mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa rudal Red Arrow merupakan peningkatan yang signifikan bagi para pejuang Gaza, dan memungkinkan mereka untuk menyerang kendaraan dan unit lapis baja dari jarak hingga 4 kilometer.
Dalam analisisnya mengenai situasi militer di Gaza, Al-Falahi menekankan kemampuan rudal tersebut untuk secara efektif menargetkan kendaraan dan mobil lapis baja. Dia menyebutkan bahwa penggunaannya menunjukkan kepemilikan persenjataan canggih yang bertujuan untuk menyerang unit militer dari jarak jauh.
Al-Falahi menyimpulkan bahwa operasi tersebut menunjukkan fakta yang bertentangan dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menantang klaim para pemimpin militer Israel tentang kemenangan yang akan segera terjadi atas Brigade Qassam. (raialyoum)
Para Pejuang Irak akan Bertempur Melawan Pasukan Zionis dari Jarak Dekat
Seorang pejabat Irak memperingatkan bahwa pejuang resistensi di negaranya akan bergerak melawan rezim Israel “dari jarak dekat” jika rezim Zionis mengobarkan perang terhadap Lebanon.
Peringatan kepada Israel itu ditegaskan oleh Abu Alaa al-Walae, Sekjen Brigade Sayyid Al-Shuhada, pada hari Senin (24/6).
Brigade ini sendiri merupakan salah satu elemen pasukan relawan Irak Al-Hashd Al-Shaabi (Unit Mobilisasi Populer/PMU), dan bagian dari kelompok pejuang Resistensi Islam Irak (IRI), yang merupakan kelompok payung pejuang kontra-terorisme.
IRI telah melancarkan banyak serangan terhadap sasaran-sasaran yang terletak di wilayah pendudukan Palestina sejak 7 Oktober 2023 ketika rezim Israel mulai melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza.
Sejauh ini, para pejuang Irak telah “menyerang benteng-benteng musuh, Zionis, dari jarak lebih dari 800 kilometer,” kata Walae.
“Namun, penghalang geografis akan dihilangkan jika entitas Zionis bertindak bodoh dengan mengobarkan perang terhadap Lebanon,” tambahnya.
Dia menjelaskan, “Dalam hal ini, pertempuran akan terjadi pada jarak nol, dan semua jenis persenjataan militer perlawanan akan dapat digunakan dan mampu mengenai sasaran mereka dengan presisi ekstrim.”
Rezim Israel mulai melancarkan serangan sporadis terhadap Lebanon setelah pecahnya perang Gaza, yang memicu konfrontasi dengan gerakan perlawanan Hizbullah di negara tersebut.
Baku tembak semakin intensif sejak terbunuhnya komandan senior Hizbullah Sami Taleb Abdullah oleh serangan Israel.
Hizbullah membalas dengan menembakkan ratusan roket ke bagian utara wilayah pendudukan.
Tentara Israel Selasa lalu mengaku telah menyetujui rencana serangan terhadap Lebanon, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa Israel mencoba mewujudkan sesumbarnya untuk mengubah Lebanon menjadi Jalur Gaza jilid II.
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah belum lama ini menegaskan bahwa “jika perang total diberlakukan terhadap Lebanon, maka kubu resistensi (Hizbullah) kan berperang tanpa batasan dan aturan.”
Dia menegaskan, “Siapa pun yang berpikir untuk berperang melawan kami akan menyesalinya.” (presstv)
Tanggapi Ancaman Israel, Hizbullah: Kami Menjangkau Semua Target Sensitif
Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon menanggapi ancaman Israel dengan menegaskan bahwa aksi militer terhadap Lebanon tidak akan membantu Israel menebus kekalahannya.
Wakil Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Sheikh Nabil Qaouq pada hari Senin (25/6) mengatakan, “Lebanon tidak akan menjadi tempat bagi Israel untuk menebus kekalahannya. Negara ini lebih baik tetap menjadi arena kekalahan musuh Zionis dan tempat kemenangan serta pencegahan terhadapnya (rezim Israel),” katanya.
“Rudal dan pesawat nirawak milik kubu resistensi mampu mencapai target sensitif mereka di mana pun yang mereka inginkan,” lanjutnya.
Rezim Israel mulai melancarkan serangan sporadis terhadap Lebanon setelah pecahnya perang Gaza, yang memicu konfrontasi dengan gerakan perlawanan Hizbullah di negara tersebut.
Baku tembak semakin intensif sejak terbunuhnya komandan senior Hizbullah Sami Taleb Abdullah oleh serangan Israel.
Hizbullah membalas dengan menembakkan ratusan roket ke bagian utara wilayah pendudukan.
Tentara Israel Selasa lalu mengaku telah menyetujui rencana serangan terhadap Lebanon, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa Israel mencoba mewujudkan sesumbarnya untuk mengubah Lebanon menjadi Jalur Gaza jilid II.
Namun Qaouq mengatakan ancaman yang kerap dilontarkan Israel itu justru menunjukkan “keputusasaan dan kelemahan rezim ini, bukan kekuatannya.”
Dia juga mengatakan, “Ancaman-ancaman ini tidak memberikan jaminan kepada rezim, namun malah menenggelamkan mereka (musuh) ke dalam lautan ketakutan.”
Dia menambahkan, “Pejabat senior musuh mengancam , padahal gemetar ketakutan.”
Qaouq memastikan Lebanon kuat dan tidak bergantung pada pihak asing mana pun dalam hal keamanan, dan mengaitkan keamanan negara ini dengan “perimbangan dan kejutan resistensi.”
Dia juga menyebutkan bahwa para pejuang resistensi di Irak dan Yaman berjanji untuk membantu pertahanan Lebanon jika terjadi perang dengan rezim Israel, dan bahwa ini menunjukkan betapa karakteristik Poros Resistensi yang saling berhubungan “telah mengubah wajah kawasan.”
“Musuh telah mengabaikan semua resolusi internasional, namun tidak dapat mengabaikan perlawanan dan berbagai drone, rudal, kekuatan, dan [kemampuan] untuk mengejutkan,” ungkapnya.
Pernyataan ini senada dengan pernyataan Sekjen Hizbullah Sayyed Hassan Nasralla beberapa hari lalu bahwa “jika perang totoal diberlakukan di Lebanon, maka kubu resistensi akan berperang tanpa batasan dan tanpa aturan”. (presstv)