Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 23 Agustus 2022

Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 23 Agustus 2022

Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah meremehkan ancaman Rezim Zionis Israel terkait dengan sengketa perbatasan antara Lebanon dan Israel.

Iran menegaskan masih akan berusaha membalas kematian jenderal legenderis Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), di tangan pasukan AS, dan menepis anggapan bahwa Teheran mencabut sumpah pembalasan dendam ini.

Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Jihad Islam Palestina (OIJ) sepakat untuk memperkuat aksi bersama, dan memperingatkan Israel ihwal konsekuensi segala bentuk pengkhianatan terhadap Palestina.

Berita Selengkapnya:

Sayid Nasrallah Remehkan Ancaman Israel Soal Sengketa Perbatasan

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah meremehkan ancaman Rezim Zionis Israel terkait dengan sengketa perbatasan antara Lebanon dan Israel.

Dalam sebuah pidato pada acara menyongsong peringatan Arbain Husaini, Senin (22/8), Sayid Nasrallah mula-mula menyebutkan bahwa kemenangan Hizbullah dalam perang melawan Israel pada bulan Juli 2000 telah mengandaskan agenda besar Israel dan meruntuhkan mitos bahwa tentara Israel tak terkalahkan.

“Hasil keteguhan (kubu resistensi Lebanon/Hizbullah) yang melegenda dalam Perang Juli antara lain ialah runtuhnya ProyekTimteng Baru dan tamatnya riwayat agenda Israel Raya…. Hasil akhir keteguhan dalam Perang Juli ialah masuknya kubu resistensi ke garis pemulihan hak Libanon atas minyak dan gas,” ujarnya.

Dia menjelaskan, “Kami mengembangkan struktur dan kemampuan militer untuk mengimbangi perkembangan senjata dan teknologi…. Perimbangan tentara, rakyat dan kubu resistensi telah menjadi perimbangan yang konstan, baik disebutkan ataupun tidak dalam pernyataan menteri.”

Sekjen Hizbullah mengingatkan, “Aksi untuk pembebasan sisa tanah Libanon yang diduduki (oleh Israel) adalah tanggungjawab nasional… Tanggungjawab kami pada tahap mendatang antara lain ialah memperkuat perimbangan deterensi untuk melindungi tanah, rakyat dan kekayaan Libanon. “

Dia lantas mengingatkan, “Ancaman Israel mengenai pembuatan garis damarkasi tak bernilai sama sekali, sebab keputusan dan kepedulian kami sudah jelas, dan kami menantikan hari-hari mendatang untuk membuat sesuatu yang dibutuhkan.”

Mengenai Palestina dia menandaskan, “Isu Palestina adalah bagian dari agama, budaya, kehormatan dan martabat umat. Tak tempat bagi pengabaian, netralitas ataupun mundur darinya.  Hal yang prinsip dalam strategi kami mengenai isu Palestina ialah mengandalkan revolusi bangsa Palestina serta penolakan terhadap imigrasi (Zionis) dan normalisasi (hubungan  dengan Israel).”

Mengenai Suriah, Sayid Nasrlallah menyebutnya sebagai “fondasi bagi Poros Resistensi dan front keteguhan dan sikap pantang menyerang kepada persyaratan Israel”.

Dia menegaskan,“Semakin hari kami semakin yakin pada kebenaran opsi dan keputusan kami pergi ke Suriah. Jika Suriah berhadapan dengan gelombang baru yang serupa maka kami tak akan pernah ragu untuk terjun (lagi) ke medan-medan pertempuran.” (raialyoum)

Iran Tegaskan Tak Mengubah Kebijakan Pembalasan Darah Jenderal Soleimani

Iran menegaskan masih akan berusaha membalas kematian jenderal legenderis Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), di tangan pasukan AS, dan menepis anggapan bahwa Teheran mencabut sumpah pembalasan dendam ini.

Jubir Kemlu Iran Naser Kana’ani menegaskan, “Rakyat  dan pemerintah Iran tak akan pernah melupakan aski pengecut pembunuhan Letjen Soleimani, dan Teheran bertekad untuk menggunakan semua cara yang memungkinkan untuk menyeret para pembunuh ke pengadilan. Balas dendam tak bisa dilupakan,” tegasnya.

Dia menjelaskan bahwa kasus ini tidak akan pernah diselesaikan dengan kompromi dan tidak ada hubungannya dengan perundingan nuklir Iran dengan sejumlah negara terkemuka dunia.

Menurutnya, AS dan Rezim Zionis akan terus dihantui sumpah pembalasan Iran karena keduanya tidak tahu kapan dan di mana mereka diserang.

Jenderal Soleimani dan rekan seperjuangannya dari Irak Abu Mahdi Al-Muhandis, mantan wakil komandan pasukan relawan Irak, gugur di dekat Bandara Internasional Baghdad terkena serangan drone yang diinstruksikan secara langsung oleh Gedung Putih pada Januari 2020. Dalam peristiwa beberapa anggota pasukan relawan Irak lain juga gugur.

Beberapa hari kemudian, IRGC merudal Pangkala Udara Ain Al-Assad yang ditempati oleh pasukan AS di Irak. Pentagon kemudian mengumumkan bahwa sedikitnya 110 tentara AS menderita “cedera otak traumatis” akibat serangan yang oleh Iran disebut sebagai “tamparan pertama” itu.

Iran telah meminta Interpol untuk mengeluarkan red notice untuk semua pelaku dan dalang pembunuhan Letnan Jenderal Soleimani.

Teheran juga telah mengidentifikasi lusinan orang terkait dengan serangan drone tersebut, termasuk mantan Presiden AS Donald Trump, para pejabat Pentagon, dan pasukan AS di kawasan Timteng.

Kementerian Luar Negeri Iran juga telah menyatakan sanksi terhadap beberapa orang, termasuk Trump, mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, yang telah memerintahkan melakukan atau bekerjasama dalam pembunuhan Jenderal Soleimani. (fna)

Hamas dan Jihad Islam Sepakat Perkuat Aksi Bersama dan Peringatkan Israel

Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Jihad Islam Palestina (OIJ) sepakat untuk memperkuat aksi bersama, dan memperingatkan Israel ihwal konsekuensi segala bentuk pengkhianatan terhadap Palestina.

Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan antara para pemimpin militer, politik dan keamanan Hamas dan PIJ pada hari Senin (22/8) di lokasi yang tidak disebutkan.

Dalam sebuah pernyataan bersama, Hamas dan PIJ menyebutkan, “Pertemuan pimpinan tingkat tinggi diadakan sore ini dengan partisipasi para pemimpin politik, militer dan keamanan kedua gerakan ini.”

“Resistensi adalah pilihan strategis kami. Tak ada kata mundur atau ragu-ragu di dalamnya, dan ini terus berlanjut dan dengan koordinasi yang tinggi dan maju antara kedua gerakan dan semua faksi,” bunyi pernyataan itu.

Ditujukan kepada Rezim Zionis Israel, Hamas dan PIJ menegaskan, “Kami memperingatkan musuh (Israel) ihwal pengkhianatan apa pun terhadap bangsa kami dan kubu resistensinya, bahwa tanggapan kami atasnya akan tegas, sengit, dan bersatu.”

Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa Hamas dan PIJ membahas “cara pengembangan agenda resistensi yang diadopsi dan dipelopori oleh kedua gerakan, di samping semua faksi nasional kita, serta mekanisme penguatan basis kerakyatan dan patriotiknya, dan pembukaan jalan bagi revolusi kerakyatan komprehensif dalam konfrontasi dengan rezim pendudukan di setiap inci tanah Palestina.”

Hamas dan PIJ juga sepakat untuk “memperkuat aspek-aspek aksi bersama dan mengaktifkan komite bersama antara kedua gerakan di tingkat politik, militer, dan keamanan.”

Mereka menekankan “keinginan mereka untuk mencapai persatuan nasional Palestina melalui pembentukan Dewan Nasional Palestina baru yang mewakili seluruh bangsa kami di dalam dan luar negeri.” (raialyoum)