Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 2 Agustus 2022

Jakarta, ICMES. Pemimpin jaringan teroris Al-Qaeda, Ayman Zawahiri (71 tahun), dikabarkan tewas akibat serangan drone AS.

Sebuah sumber diplomatik Lebanon menyatakan Lebanon menolak tawaran Israel agar Beirut melepaskan bagian dari Blok 8 di utara Jalur 23″, dengan imbalan “Israel melepaskan ladang gas Qana.”

Juru bicara Badan Energi Atom Iran (AEOI) Behrouz Kamalvandi mengumumkan bahwa perintah telah dikeluarkan untuk mengoperasikan ratusan sentrifugal baru.

Unjuk rasa yang diserukan oleh kubu Kerangka Koordinasi digelar di Baghdad, ibu kota Irak, dan diikuti oleh berbagai elemen, termasuk sejumlah tokoh independen.

Berita Selengkapnya:

Pemimpin Al-Qaeda Ayman Zawahiri Dikabarkan Tewas Diserang Drone AS

Pemimpin jaringan teroris Al-Qaeda, Ayman Zawahiri (71 tahun), dikabarkan tewas akibat serangan drone AS.

Kabar itu diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden di televisi secara langsung pada Senin malam (1/8), sementara para pejabat AS menyebutkan serangan itu terjadi di ibu kota Afghanistan, Kabul, pada hari Minggu (31/7), dan menjadi pukulan terbesar bagi Al Qaeda sejak pendirinya, Osama bin Laden, tewas pada tahun 2011.

Zawahiri, yang merupakan seorang ahli bedah asal Mesir dinyatakan oleh AS terlibat dalam serangan 11 September 2001, yang menewaskan hampir 3.000 orang di New York, AS.

Belum jelas bagaimana AS, yang tidak memiliki pasukan AS di lapangan, mengklaim bahwa Zawahiri telah terbunuh.

 Zawahiri juga telah beberapa kali dikabarkan meninggal dalam beberapa tahun terakhir, dan juga telah lama dilaporkan dalam kondisi kesehatan yang buruk.

Pada tahun 1999, pengadilan militer Mesir menghukum mati Zawahiri secara in absentia. Saat itu dia menjalani kehidupan sederhana sebagai seorang militan setelah membantu Bin Laden membentuk al Qaeda.  (reuters)

Lebanon Tolak Tawaran Israel Soal Demarkasi Perbatasan

Sebuah sumber diplomatik Lebanon menyatakan Lebanon menolak tawaran Israel agar Beirut melepaskan bagian dari Blok 8 di utara Jalur 23″, dengan imbalan “Israel melepaskan ladang gas Qana.”

Sumber itu, Senin (1/8), mengatakan kepada kantor berita Sputnik Rusia; “Tawaran Israel mencanangkan pelepasan ladang Qana oleh Israel sebagai imbalan atas pelepasan Libanon wilayah utara Jalur 23, khususnya bagian barat-selatan Blok 8.”

Dia menjelaskan bahwa “tawaran Israel ini ditolak oleh Beirut,” dan  “Lebanon terjebak di ladang Qana dan menolak untuk menyerahkan di Blok No. 8 barang  satu meter persegi.”

Ahad lalu, mediator AS Amos Hochstein tiba di Beirut untuk menyelesaikan negosiasi tentang demarkasi perbatasan laut antara Lebanon dan Israel, sementara pembicaraan dimulai pada hari Senin.

Koresponden Al-Mayadeen melaporkan bahwa pertemuan Hochstein dengan tiga pemimpin Lebanon berakhir namun  “tidak ada kesepakatan sampai sekarang, melainkan berbicara tentang perlunya lebih banyak waktu.”

Sumber-sumber Lebanon mengatakan kepada wartawan Al-Mayadeen bahwa mediator Amerika, Hochstein, “ingin mencapai solusi cepat sebelum akhir musim panas,” dan bahwa “atmosfer yang dibawanya adalah positif.”

Sementara itu, media Israel melaporkan bahwa Rezim Zionis menekan AS agar mencapai kesepakatan sebelum ekstraksi gas dari ladang Karish dimulai pada kuartal terakhir tahun ini.

Beberapa hari lalu, Tel Aviv mengajukan proposal ke AS dan menyatakan kesediaannya untuk membuat konsesi mengenai wilayah sengketa dengan Lebanon.

Situs berita Israel Yediot Ahronoth melaporkan Israel optimis mengenai negosiasi perbatasan laut dengan Lebanon.

Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon Ahad lalu merilis video yang menampilkan koordinat anjungan gas Rezim Zionis di lepas pantai Palestina pendudukan 1948. Video ini diberi judul bernada ancaman terhadap Israel: “(Kalian) ada dalam bidikan kami… Percuma Mengulur Waktu”.

Beberapa waktu lalu, pemimpin Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menegaskan, “Ketika segala sesuatunya menemui jalan buntu, kami tidak hanya akan berdiri di hadapan Karish… Tandai kata-kata ini: kami akan mencapai Karish, di luar Karish, dan di luar, di luar Karish.” (mm/almayadeen)

Iran Operasikan Ratusan Mesin Sentrifugal Baru

Juru bicara Badan Energi Atom Iran (AEOI) Behrouz Kamalvandi mengumumkan bahwa perintah telah dikeluarkan untuk mengoperasikan ratusan sentrifugal baru, dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah diberitahu soal ini.

“ Ada perintah untuk menyuntikkan gas ke ratusan sentrifugal canggih,” ujarnya.

Dia menambahkan, ”Langkah ini dilakukan dalam konteks undang-undang strategis untuk membatalkan embargo, mempertahankan kepentingan Iran, dan mencapai tingkat pengayaan dengan kapasitas 190.000 sou.”

Kamalvandi menjelaskan bahwa mesin sentrifugal yang dipasang tergolong canggih dari generasi pertama IR-1 dan generasi keenam IR-6.

Hal tersebut diumumkan beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan Teheran sedang meninjau apa yang disebut sebagai teks akhir yang diusulkan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pekan lalu untuk “menyimpulkan” negosiasi yang dimulai di Wina, ibukota Austria, pada April 2021.

“Kami telah mengumumkan kesiapan kami sehingga dalam waktu tertentu delegasi Iran, 4+1 dan AS – secara tidak langsung – dapat menindaklanjuti pembicaraan mereka di Wina untuk mengejar hasil,” kata Amir-Abdollahian, mengacu pada pihak kesepakatan nuklir China, Rusia, Prancis, Jerman, dan Inggris.

Negosiasi di Wina untuk memulihkan perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) ditunda pada bulan Maret lalu setelah sebagian besar masalah dapat diselesaikan dan hanya tersisa beberapa poin yang perlu diputuskan secara politik. (alalam/aljazeera)

Di Tengah Kekhawatiran Bentrok, Demo Tandingan Digelar di Baghdad

Unjuk rasa yang diserukan oleh kubu Kerangka Koordinasi digelar di Baghdad, ibu kota Irak, dan diikuti oleh berbagai elemen, termasuk sejumlah tokoh independen.

Unjuk rasa itu merupakan demo tandingan karena dilakukan bersamaan dengan belanjutnya aksi duduk masa simpatisan Blok Sadr di gedung parlemen Irak yang terletak di kawasan Zona Hijau Baghdad.

Masa demo tandingan bergerak menuju salah satu gerbang Zona Hijau, sementara aparat keamanan terlihat berjaga-jaga di kawasan itu dengan tanpa membawa senjata.

Aksi itu mewakili sikap blok Kerangka Koordinasi yang mendukung pemerintah dan menjaga kehormataan lembaga-lembaga negara. Meski demikian, dalam aksi itu sama sekali tidak terlihat satupun tokoh partai.

Suasana Baghdad dilaporkan tenang mencekam di tengah kekhawatiran akan terjadi bentrok antara masa kedua kubu yang bersaing di pentas politik tersebut.

Kerangka Koordinasi merilis pernyataan yang mengajak kubu Sadr untuk berdialog, dan menilai apa yang dilakukan oleh kubu Sadr belakangan ini sebagai kudeta terhadap rakyat dan negara serta menyalahi proses politik, konstitusi dan pemilu.

Kerangka Koordinasi memperingatkan bahwa apa yang dilakukan oleh kubu Sadr berbahaya dan mengingatkan kepada kudeta-kudera berdarah yang pernah dialami Irak dalam beberapa dekade era diktatorisme di Negeri 1001 Malam ini.

Kerangka Koordinasi menekankan bahwa segala tindakan yang menyalahi undang-undang merupakan pelanggaran terhadap semua “garis merah” serta ancaman bagi kedamaian publik dan otoritas undang-undang.

Sebelumnya, Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi meminta kepada semua pihak untuk duduk di meja dialog nasional demi mencapai solusi politik bagi krisis yang ada. (alalam)