Jakarta, ICMES. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengutuk pembunuhan kepala hubungan media Hizbullah Mohammed Afif dalam serangan Israel di pusat kota Beirut.
Para ulama Ahlussunnah Iran menulis surat yang ditujukan kepada para ulama di negara-negara Islam, termasuk Arab Saudi, Mesir, Yordania, Tunisia, Irak, Suriah, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Turki.
Pada hari ke-410 agresi, Israel terus melanjutkan serangan dan pembantaian di Gaza dan Lebanon, menyebabkan peningkatan jumlah syuhada di Jalur Gaza menjadi 43.922 orang, dan jumlah korban luka menjadi 103.898 orang.
Berita selengkapnya:
IRGC: Gugurnya Kepala Humas Media Hizbullah Tingkat Perlawanan terhadap Israel
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengutuk pembunuhan kepala hubungan media Hizbullah Mohammed Afif dalam serangan Israel di pusat kota Beirut.
“Tidak diragukan lagi, tindakan keji penjajah dalam melakukan kejahatan ini, yang merupakan serangan terhadap kebenaran dan transparansi, tidak akan mengganggu penyebaran suara perlawanan dan keteguhan Hizbullah secara global,” kata IRGC dalam sebuah pesan pada hari Senin, (18/11).
Ditambahkannya bahwa kejahatan keji itu akan memperdalam perasaan kebencian dan balas dendam para pejuang Hizbullah serta menimbulkan ketakutan di antara para Zionis.
Pada Minggu malam, Hizbullah secara resmi mengonfirmasi bahwa kepala hubungan medianya gugur akibat serangan udara Israel yang menghantam markas besar partai politik Baath di lingkungan Ras al-Naba yang padat penduduk di pusat kota Beirut.
Kementerian kesehatan Lebanon mengatakan empat orang gugur akibat agresi Israel tersebut.
IRGC menyebutkan bahwa Afif memainkan peran yang bijaksana pada saat yang sensitif dan menentukan, khususnya dalam mendukung rakyat Palestina dan Hamas, serta menyingkap tekad baja para pejuang perlawanan dalam melawan rezim Israel kepada dunia.
Afif adalah penasihat media untuk mendiang Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah, yang gugur dalam serangan udara Israel pada 27 September 2024.
Dia mengelola stasiun televisi al-Manar yang berafiliasi dengan Hizbullah selama beberapa tahun sebelum mengambil alih kantor media gerakan perlawanan ini.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan Afif berperan sebagai “suara lantang” bangsa Lebanon dan menekankan bahwa pembunuhan tersebut dimaksudkan untuk mengintimidasi media, dan memaksa mereka untuk berhenti melaporkan kekejaman rezim Israel.
Ketua Parlemen Iran Mohammad Baqher Ghalibaf juga mengatakan dalam sebuah pesan bahwa ia yakin bahwa jalan kepala hubungan media Hizbullah akan dilanjutkan dengan kehadiran aktivis media yang berpikiran bebas.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan terus beroperasi secara militer terhadap Hizbullah bahkan jika kesepakatan gencatan senjata dicapai di Lebanon.
“Yang terpenting bukanlah (kesepakatan yang) akan dituangkan di atas kertas. Kami akan dipaksa untuk memastikan keamanan kami di utara dan secara sistematis melaksanakan operasi melawan serangan Hizbullah, bahkan setelah gencatan senjata,” kata Netanyahu kepada parlemen Israel.
Israel menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata apa pun harus menjamin tidak ada lagi kehadiran Hizbullah di wilayah selatan yang berbatasan dengan Israel.
“Kami tidak akan membiarkan Hizbullah kembali ke keadaan seperti pada 6 Oktober 2023 – menjelang serangan oleh sekutu Palestina-nya, Hamas, ke Israel selatan,” katanya. (presstv/aljazeera)
Para Ulama Ahlussunnah Iran Menyerukan Dunia Islam Berjihad Membela Gaza
Para ulama Ahlussunnah Iran menulis surat yang ditujukan kepada para ulama di negara-negara Islam, termasuk Arab Saudi, Mesir, Yordania, Tunisia, Irak, Suriah, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Turki.
Para ulama Ahlussunnah Iran dalam surat itu menyatakan, “Sekarang ini, di negeri Kiblat Pertama umat Islam, yaitu Palestina, khususnya di wilayah Gaza yang penuh perlawanan, kita menyaksikan kejahatan rezim keji Zionis dengan dukungan Besar AS, yang menyerupai apa yang dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Ma’idah ayat 82:
‘Pasti akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.’”
Ulama Ahlussunnah Iran juga menyatakan bahwa mereka memutuskan untuk menulis surat kepada saudara-saudara Muslim mereka setelah menyaksikan kekejaman Rezim Zionis, yang dipersenjatai habis-habisan oleh AS dan beberapa pemerintah kafir Eropa.
Para ulama Ahlussunnah Iran memperingatkan rencana rezim Israel yang diumumkan sebelumnya untuk mencaplok Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan dukungan yang mungkin diterimanya dari pemerintahan Donald Trump yang akan datang.
Mereka menyerukan kepada para ulama dunia Islam untuk mengoperasionalkan protes mereka dan mengambil langkah-langkah praktis, alih-alih hanya sebatas mengeluarkan pernyataan untuk mengutuk kejahatan rezim Zionis.
Para ulama Ahlussunnah Iran terus menyerukan kepada rekan-rekan mereka di negara lain untuk berjihad dan mengangkat senjata sebagai tugas Islam untuk mempertahankan wilayah Islam.
Mereka menegaskan kembali seruan untuk dukungan finansial bagi pasukan perlawanan dan pemboiktan total produk dan ekspor rezim Israel ke rezim tersebut.
“Bergabunglah dengan orang-orang beriman Yordania, cegah ekspor barang melalui negara mereka agar tidak mencapai wilayah pendudukan, sebagai hal yang paling tidak dapat dilakukan kecuali perang di Gaza berhenti. Dan dengan kehadiran Anda, buka perbatasan Yordania bagi pemuda Yordania untuk memasuki Al-Quds yang suci,” seru mereka.
Para ulama Ahlussunnah Iran menambahkan, “Bergabunglah dengan orang-orang beriman Mesir di perbatasan Rafah dan jika Anda dapat membuka kembali perbatasan itu, dan jika tidak, setidaknya berkemahlah di sana sampai perang berhenti, dan berikan tekanan pada para penghasut perang rezim Zionis. Keluarkan fatwa perjuangan bersenjata (jihad) melawan Zionis dengan cara apa pun kepada Umat Islam, terutama para pemuda.” (mna)
Al-Qassam Tembak 5 Tentara Israel, Hizbullah Membom Tel Aviv
Pada hari ke-410 agresi, Israel terus melanjutkan serangan dan pembantaian di Gaza dan Lebanon, menyebabkan peningkatan jumlah syuhada di Jalur Gaza menjadi 43.922 orang, dan jumlah korban luka menjadi 103.898 orang.
Di pihak lain, Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas , mengumumkan pihaknya telah menembak 5 tentara rezim pendudukan di pusat Beit Lahia, sedangkan Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam, mengumumkan bahwa mereka telah mengebom pasukan pendudukan di Beit Lahia dan menghancurkan kendaraan pendudukan dengan bahan peledak tinggi.
Di front Lebanon, Hizbullah mengumumkan pengeboman terhadap pangkalan militer dan konsentrasi tentara pendudukan, dan seorang wanita Israel terluka oleh pecahan peluru rudal di Nahariya di Galilea Atas.
Perkembangan terbaru tercatat sebagai berikut;
• Israel kembali menyerang pusat kota Beirut, menggugurkan sedikitnya lima orang dan melukai 24 orang dalam serangan udara saat Hizbullah mempertimbangkan gencatan senjata yang didukung AS di Lebanon.
• Serangan Israel menewaskan 76 warga Palestina dan melukai 158 orang di Gaza saat sebuah kelompok bantuan memperingatkan “skenario terburuk mungkin sudah berlangsung” dengan kelaparan yang meningkat pesat.
• Israel terus menggempur Lebanon selatan, menewaskan delapan paramedis lagi.
• Genosida Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 43.922 warga Palestina dan melukai 103.898 orang sejak 7 Oktober 2023. Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu, dan lebih dari 200 orang ditawan.
• Di Lebanon, setidaknya 3.516 orang tewas dan 14.929 terluka dalam serangan Israel sejak perang di Gaza dimulai.
(aljazeera)