Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 19 Mei 2020

kapal tanker minyak iran2Jakarta, ICMES. . Pemerintah Iran mengkonfirmasi pihaknya mengekspor minyak ke Venezuela, dan memperingatkan lagi kepada AS untuk tidak mencoba mengusik kapal tanker Iran di perairan internasional.

Iran memastikan tidak mengurangi eksistensi pasukannya di Suriah, negara Arab pimpinan Presiden Bashar al-Assad yang dibantunya dalam memerangi terorisme.

Kepala Kehakiman Iran Ebrahim Rayeesi menyatakan AS dan Israel gagal melicinkan plot mereka di kawasan, dan memperingatkan mereka ihwal akan terjadinya lagi Intifada Palestina berskala besar.

Kementerian Luar Negeri Iran membantah laporan yang beredar bahwa Teheran menerima permintaan dari Arab Saudi melalui pemerintah Irak agar Baghdad menengahi perselisihan antara Iran dan Saudi.

Berita selengkapnya:

Iran Siap Balas Serang Kapal AS di Teluk Persia dan Samudera Hindia

Pemerintah Iran mengkonfirmasi pihaknya mengekspor minyak ke Venezuela, dan memperingatkan lagi kepada AS untuk tidak mencoba mengusik kapal tanker Iran di perairan internasional.

“Iran telah mengirim tanker bensin atas permintaan pemerintah Venezuela. Tidak ada negara yang terikat kewajiban menerapkan sanksi yang diinginkan AS, ”ungkap Juru Bicara Pemerintah Iran Ali Rabiyee kepada wartawan di Teheran, Senin.

Dia mengimbau masyarakat internasional agar bereaksi terhadap rencana AS mengusik kapal tanker minyak Iran tersebut.

“Masih akan segera ada pernyataan tentang reaksi, tapi kami mempertimbangkan semua opsi dan berharap Amerika tidak akan membuat kesalahan,” imbuhnya.

Belum lama ini Reuters mengutip pernyataan seorang pejabat senior anonim AS bahwa Washington mempertimbangkan tindakan atas pengiriman bahan bakar Iran ke Venezuela.

Sumber-sumber informasi mengatakan kepada website Nour News, yang dekat dengan Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran (SNSC), bahwa AS telah mengirim empat kapal perang dan jet tempur Boeing P-8 Poseidon miliknya ke Karibia.

Menanggapi ancaman  itu, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, Ahad, mengirim surat kepada Sekjen PBB Antonio Guterres berisi penegasan mengenai konsekuensi tindakan yang mungkin akan dilakukan AS.

Wakil Menlu Iran Abbas Araghchi kemudian memanggil duta besar Swiss, dan mendesaknya agar menyampaikan peringatan serius Iran tersebut kepada AS.  Dia menegaskan bahwa ancaman terhadap kapal tanker minyak Iran akan langsung direaksi tegas oleh Iran.

Rabiyee mengecam campur tangan AS dalam pertukaran dagang antara Iran dan Venezuela, dan menekankan bahwa Iran tidak akan ragu dalam menjual minyaknya.

Laman berita Fars yang dekat Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Senin, memberitakan bahwa tindakan AS terhadap kapal tanker minyak Iran di Karibia dapat memicu aksi balasan Iran terhadap kapal-kapal kargo AS di Teluk Persia, Laut Oman, Samudera Hindia, dan Laut Merah.

Dipastikan pula bahwa peringatan politik Iran akan diikuti oleh peningkatan kontrol terhadap pelayaran di perairan terdekat dan jauh serta kesiapan ekstra Iran untuk memberikan respons yang tepat terhadap berbagai kemungkinan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi juga telah memperingatkan bahwa tindakan agresif AS terhadap kapal tanker minyak Iran di perairan internasional akan mendapat balasan telak.

“Apa yang dikatakan orang Amerika tentang kapal tanker minyak kami adalah ilegal, dan jika mereka bergerak maka mereka akan menghadapi reaksi Iran,” ancamnya. (fna)

Iran Pastikan Tak Kurangi Pasukannya di Suriah

Iran memastikan tidak mengurangi eksistensi pasukannya di Suriah, negara Arab pimpinan Presiden Bashar al-Assad yang dibantunya dalam memerangi terorisme.

Asisten Khusus Ketua Parlemen Iran untuk Urusan Internasional, Hossein Amir Abdollahian, dalam wawancara dengan TV Al-Alam , Ahad (17/5/2020), menjelaskan bahwa pasukan penasehat anti-teroris Iran datang ke Suriah atas undangan resmi pemerintah Suriah, dan tidak pula mengusulkan pengurangan volume kerja samanya dengan Suriah di bidang kontra-terorisme. .

“Penasihat kami masih mendampingi Angkatan Bersenjata Suriah, di samping bantuan yang diberikan oleh Angkatan Udara Rusia.  Mereka mengambil langkah untuk melanjutkan perjuangan melawan terorisme di Suriah. Tentu saja, terorisme masih ada dan belum tertumpaskan di Suriah. Ada konsekuensi gangguan terhadap stabilitas keamanan dan stabilitas yang bahkan mungkin dapat menjangkau Iran,” terangnya.

Dia menambahkan, “Tak ada alasan bagi Republik Islam (Iran) untuk mengurangi jumlah pasukannya di Suriah…. Pemerintah Suriah terus mengajak dan meminta kami membantunya dalam perang melawan terorisme. Kami akan mendampinginya dengan kekuatan penuh untuk memerangi terorisme dan menggalang stabilitas keamanan dan perdamaian di Suriah…. Kehadiran penasihat Iran akan terus berlanjut di Suriah selagi pemerintah Suriah memintanya kepada Teheran.”

Mengenai sepak terjang negara musuhnya, AS, Abdollahian mengatakan, “Amerika ingin menyingkirkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan menggulingkan sistem politik di Suriah, tapi mereka gagal, dan sekarang mereka mengirim pesan kepada Presiden Assad dan menawarkan kepadanya perjanjian demi mendapat peluang di Suriah.”

Abdollahian menyatakan demikian seminggu setelah ada laporan-laporan tentang klaim Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bahwa pasukan dan milisi Iran mulai menarik diri dari Suriah. (almasdarnews)

Iran Nyatakan Intifada Besar akan Tersulut di Palestina

Kepala Kehakiman Iran Ebrahim Rayeesi menyatakan AS dan Israel gagal melicinkan plot mereka di kawasan, dan memperingatkan mereka ihwal akan terjadinya lagi Intifada Palestina berskala besar.

“Kebebasan Quds masih menjadi prioritas umat Islam,” tegasnya dalam pertemuan para pejabat Kehakiman di Teheran, Senin (18/5/2020).

Dia menyebutkan bahwa sudah 72 Rezim Zionis Israel menebar kejahatan dan kesengsaraan di Palestina dan negara-negara sekitarnya, serta melanggar berbagai kesepakatan.

Rayeesi menyebut rencana Israel menganeksasi banyak daerah di Tepi Barat sebagai langkah awal rezim penjajah Palestina itu untuk mengimplementasikan prakarsa Kesepakatan Abad Ini yang diajukan oleh AS.

“AS dan rezim Zionis tidak akan pernah berhasil mengimplementasi prakarsa itu, dan intifada yang lebih masif di banding masa lalu akan tersulut di Palestina dan bahkan di seluruh kawasan,” pungkas Rayeesi. (fna)

Teheran Bantah Saudi Minta Pembicaraan Damai dengan Iran

Kementerian Luar Negeri Iran membantah laporan yang beredar bahwa Teheran menerima permintaan dari Arab Saudi melalui pemerintah Irak agar Baghdad menengahi perselisihan antara Iran dan Saudi.

Meski demikian, kementerian ini memastikan kesediaan Teheran berdialog dengan Riyadh, baik secara langsung maupun melalui penengah.

“Kami belum menerima apapun tentang permintaan (Putra Mahkota Saudi Mohamed) bin Salman kepada (Perdana Menteri Irak  Mustafa) Al-Kadhimi untuk menengahi antara Teheran dan Riyadh, dan kami hanya mendengar soal itu di media,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi, Senin (18/5/2020).

“Iran siap berdialog dan meningkatkan kesalahpahaman dengan Arab Saudi … Teheran siap berdialog dengan Riyadh, baik melalui mediator maupun tanpa mediator,” lanjutnya.

Dia juga menegaskan bahwa ketegangan di kawasan Teluk perlu dikurangi, termasuk melalui dialog Teheran- Riyadh, dan karena itu Iran menyambut setiap langkah ke arah ini. (almasdarnews)