Jakarta, ICMES. Iran mendesak Amerika Serikat (AS) menghindari tindakan “provokatif” di kawasan Teluk Persia dan sekitarnya, terutama yang dekat dengan perbatasan Iran, dan menekankan bahwa Teheran berhak untuk mengambil “tindakan pencegahan” di bawah hukum internasional.
Kemhan AS Pentagon mengumumkan pihaknya akan mengerahkan kapal perusak dan jet tempur F-35 dan F-16, ke Timur Tengah untuk mencegah Iran merebut kapal di perairan Teluk Persia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara belum menutup pintu negosiasi damai dengan Damaskus dan bahwa dia “terbuka” untuk pertemuan dengan sejawatnya dari Suriah, Bashar al-Assad, sebagai bagian dari upaya normalisasi antara kedua negaraâ€.
Berita Selengkapnya:
Tanggapi Pengerahan Jet Tempur AS di Teluk Persia, Iran Desak AS Hindari Provokasi
Iran mendesak Amerika Serikat (AS) menghindari tindakan “provokatif” di kawasan Teluk Persia dan sekitarnya, terutama yang dekat dengan perbatasan Iran, dan menekankan bahwa Teheran berhak untuk mengambil “tindakan pencegahan” di bawah hukum internasional.
“Iran memantau dengan sensitif dan akurat setiap tindakan ilegal dan tidak konstruktif yang memengaruhi keamanan kawasan, dan akan memberikan perhatian khusus pada setiap tindakan provokatif dan ilegal, terutama di dekat perbatasannya,†kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam konferensi pers mingguan di Teheran, Senin (17/7), sembari memastikan bahwa peran pemerintah AS mengenai masalah keamanan regional tidak pernah damai dan konstruktif.
Dia juga memperingatkan bahwa negaranya akan menggunakan “hak yang tidak dapat dicabut” sebagai tanggapan atas langkah AS.
“Iran berhak untuk mengambil langkah-langkah pencegahan di bawah hukum internasional, aturan dan peraturan mengingat kemampuan Angkatan Bersenjatanya dalam melindungi keamanan perbatasan, serta navigasi dan penerbangan di wilayah Teluk Persia,” tandasnya.
Pada hari Jumat lalu seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan AS akan mengirim jet tempur F-16 ke wilayah Teluk Persia akhir pekan ini dalam upaya untuk “melindungi kapal” dari “perampasan Iran.”
Dikutip AP, pejabat yang berbicara dengan syarat anonim itu mengklaim bahwa F-16 akan memberikan perlindungan udara ke kapal-kapal yang bergerak melalui Selat Hormuz yang strategis dan meningkatkan visibilitas militer AS di daerah tersebut.
Di sisi lain, Kanaani menekankan bahwa Iran tidak pernah mempertimbangkan negosiasi masalah integritas teritorial dan kedaulatannya atas tiga pulau Abu Musa, Tunbs Besar dan Kecil di Teluk Persia.
Dia memastikan bahwa dengan demikian, Iran “memandang campur tangan pihak mana pun, termasuk UEA dan Rusia, sebagai tindakan yang tidak dapat diterima dan menolaknya.â€
Dia mencatat bahwa negaranya akan memberikan tanggapan yang kuat terhadap tindakan demikian.
Pekan lalu, Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) dalam pernyataan bersama dengan Rusia mempermasalahkan kedaulatan Iran atas ketiga pulau tersebut.
Dalam pernyataannya, para menteri GCC dan Rusia mengatakan bahwa masalah tersebut harus diselesaikan melalui perundingan bilateral atau Mahkamah Internasional, sesuai dengan aturan hukum internasional dan Piagam PBB.
Menanggapi hal ini, Kanaani mengatakan Teheran telah secara resmi memprotes pemerintah Rusia dalam masalah ini.
Dia menegaskan bahwa pernyataan “politis, tidak akurat dan tidak konstruktif tidak akan merusak kedaulatan Iran yang tak terbantahkan dan tidak dapat dinegosiasikan atas tiga pulau Iran.†(presstv)
Gertak Iran, AS akan Rilis Gambar Kapal Perusak dan Jet Tempurnya di Timteng
Kemhan Amerika Serikat (AS) Pentagon, Senin (17/7), mengumumkan pihaknya akan mengerahkan kapal perusak dan jet tempur F-35 dan F-16, ke Timur Tengah untuk mencegah Iran merebut kapal di perairan Teluk Persia.
Langkah itu dilakukan setelah Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran belakangan ini menyita kapal di Selat Hormuz dan Teluk Oman.
“Mengingat ancaman yang sedang berlangsung ini dan berkoordinasi dengan mitra dan sekutu kami, Kemhan memperkuat kehadiran dan kemampuan kami untuk memantau selat dan perairan sekitarnya,” kata wakil juru bicara Pentagon Sabrina Singh.
Singh meminta Teheran untuk “segera menghentikan tindakan destabilisasi yang mengancam arus bebas perdagangan melalui jalur air strategis ini.”
Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan pada hari Jumat lalu bahwa AS menerbangkan jet-jet tempur A-10 Warthog di atas Teluk, dan bahwa mesin perang itu dilengkapi dengan “jenis amunisi yang berguna untuk menghadapi speedboat dan target bergerak.”
Pejabat itu menyebutkan, “Kapal serang cepat telah meningkat sebagai ancaman maritim…. Kami mencoba sejumlah cara berbeda untuk melawan mereka. Dan A-10 telah membuktikan kemampuannya untuk melakukan itu.â€
Di pihak lain, di hari yang sama, Iran dengan tegas memperingatkan AS agar menghindari aksi “provokatif” di kawasan Teluk Persia, dan menekankan bahwa Teheran berhak untuk mengambil “tindakan pencegahan” di bawah hukum internasional.
Sebelumnya, Washington mengklaim bahwa pasukannya telah mencegah dua upaya Iran untuk merebut dua kapal tanker komersial di perairan internasional Oman pada 5 Juli, sementara Teheran menyita kapal komersial lain keesokan harinya.
Dilaporkan bahwa pada bulan April dan awal Mei, Iran menyita dua kapal tanker dalam waktu seminggu di perairan teritorial, dan juga dituduh melancarkan serangan drone ke kapal tanker milik Israel pada November 2022.
Insiden demikian telah tercatat sejak 2018, ketika Presiden AS saat itu Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksi berat terhadap Iran, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan. (raialyoum)
Erdogan Mengaku Masih Terbuka untuk Pertemuan dengan Presiden Suriah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara belum menutup pintu negosiasi damai dengan Damaskus dan bahwa dia “terbuka” untuk pertemuan dengan sejawatnya dari Suriah, Bashar al-Assad, sebagai bagian dari upaya normalisasi antara kedua negaraâ€.
â€Kami dapat mengadakan pertemuan puncak empat pihak (dengan Suriah, Rusia dan Iran), dan saya juga terbuka untuk pertemuan dengan Assad. Yang penting di sini adalah pendekatan mereka terhadap kami,” kata Erdogan kepada wartawan di Bandara, Istanbul ,Turki, menjelang keberangkatannya untuk safari ke Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab, Senin (17/7).
Dia menekankan pihaknya tidak pernah “menutup pintu” untuk berdiskusi dengan pemerintah Suriah, namun menambahkan bahwa pihaknya juga tak dapat menerima syarat yang dikemukakan Damaskus untuk pertemuan demikian, yaitu penarikan penuh pasukan Turki dari wilayah di utara Suriah.
Mengesampingkan kemungkinan Turki menarik diri dari wilayah di Suriah utara, Erdogan mengklaim, “Kami memerangi terorisme di sana. Bagaimana kami bisa menarik diri ketika negara kami berada di bawah ancaman terus-menerus dari teroris di sepanjang perbatasan kami… Kami mengharapkan pendekatan yang adil.”
Awal tahun ini, Erdogan mengaku bisa jadi mengadakan pertemuan dengan Al-Assad sebagai bagian dari proses perdamaian baru, namun Al-Assad pada bulan Maret menyatakan tidak ada gunanya bertemu dengan Erdogan sebelum “pendudukan ilegal” Turki berakhir.
Turki memutuskan hubungannya dengan Suriah pada Maret 2012, setahun setelah Suriah dilanda pemberontakan dan terorisme militan yang didukung asing.
Sekarang, setelah lebih dari satu dekade, kedua negara bertetangga itu mengambil langkah menuju rekonsiliasi.
Pada Oktober 2019, Turki melanggar kedaulatan Suriah dengan mengerahkan pasukan di Suriah. Turki juga mengerahkan militan yang didukungnya ke Suriah timur laut setelah pasukan militer Turki melancarkan invasi dengan dalih untuk memukul mundur militan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) agar menjauh dari daerah perbatasan Suriah-Turki. (presstv)