Rangkuman Berita Utama Timteng  Selasa 16 November 2021

Jakarta, ICMES.  Kemhan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa sebuah helikopter Angkatan Laut Iran pada hari Kamis pekan lalu terbang pada jarak 25 yard (sekira 22 meter) dari kapal perang USS Essex, yang sedang berlayar melalui perairan internasional di Teluk Oman.

Majalah Amerika Serikat (AS) National Interest menyatakan bahwa AS tidak bisa meremehkan AL Iran.

Amerika Serikat (AS) mengutuk keras apa yang dianggapnya tindakan Rusia menguji coba senjata anti-satelit, yang membuat anggota awak di Stasiun Luar Angkasa Internasional terpaksa bergegas ke pesawat ruang angkasa untuk keselamatan.

Menteri Informasi Lebanon George Kordahi mengaku terbuka untuk solusi apa pun demi kepentingan Lebanon dan pemulihan hubungan negara ini dengan negara-negara Arab Teluk Persia.

Berita Selengkapnya:

Pentagon: Helikopter Iran Tiga Kali Kitari Kapal Perang AS Sejarak 20-an Meter

Kemhan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa sebuah helikopter Angkatan Laut Iran pada hari Kamis pekan lalu terbang pada jarak 25 yard (sekira 22 meter) dari kapal perang USS Essex, yang sedang berlayar melalui perairan internasional di Teluk Oman.

Juru bicara Pentagon John Kirby, Senin (15/11), menyatakan peristiwa tersebut sembari menjelaskan bahwa helikopter Iran itu terbang dekat dengan sisi pelabuhan kapal dan, pada satu titik, “serendah sekitar 10 kaki dari permukaan laut”.

Dia menambahkan bahwa Helikopter itu mengitari kapal sepanjang 820 kaki itu tiga kali sebelum berangkat. Essex adalah kapal serbu amfibi kelas Wasp.

“Tanpa menjelaskan secara spesifik, awak Essex mengambil tindakan perlindungan pasukan yang sesuai, yang mereka rasa perlu, dan mereka bertindak sesuai dengan hukum internasional,” kata Kirby.

Dia juga mengatakan, “Pada akhirnya tidak ada dampak pada transit Essex atau operasinya, tapi itu tidak berarti bahwa ini bukan tindakan yang tidak aman dan tidak profesional.”

Kirby menyebut insiden itu “berbahaya” karena komandan kapal AS “memiliki hak untuk membela diri.”

“Ketika Anda memiliki angkatan bersenjata lain – dalam hal ini, Angkatan Laut Iran – yang terbang seperti ini, Anda pasti menghadapi risiko semacam eskalasi dan salah perhitungan di kedua sisi di sini, dan itu tidak membantu. Yang ini berakhir damai, tapi bukan berarti aman dan profesional,” katanya.

Sebelumnya, telah beredar penggalan video peristiwa itu, yang diambil oleh pasukan Iran dari helikopter tersebut.  Namun para pejabat Iran belum membuat pernyataan mengapa helikopter itu terbang sedemikian dekat jaraknya dengan Essex.

Insiden demikian sudah berulang kali terjadi di tengah ketegangan antara AS dan Iran yang sudah berlangsung lama.

Dilaporkan bahwa pada bulan April dan Mei lalu AS melepaskan tembakan peringatan terhadap kapal Korps Garda Revolusi Islam IRGC) Iran yang mendekati kapal Angkatan Laut dan Penjaga Pantai AS dengan kecepatan tinggi.  (ss/fna)

National Interest: AL AS Tak Bisa Diremehkan AL Iran

Majalah Amerika Serikat (AS) National Interest menyatakan bahwa AS tidak bisa meremehkan AL Iran.

Dalam artikel berjudul “Angkatan Laut AS Tidak Dapat Meremehkan Angkatan Laut Iran”, Senin (15/11), National Interest menyebutkan, “Teheran tampaknya berhasil menjerat negara adidaya terkemuka dunia dalam sebuah teater yang ingin ia tinggalkan; melakukannya dengan biaya rendah dengan menggunakan angkatan laut ringan; menuntut harga tinggi dari negara adidaya untuk hak istimewa tinggal di teater yang tidak dicintai itu; dan menyedot sumber daya yang dibutuhkan negara adidaya untuk persaingan strategis di teater yang lebih penting.”

National Interest menuliskan, “Para ulama yang memerintah Republik Islam tampak terikat dan bertekad untuk tidak membiarkan Setan Besar mengosongkan halaman belakang mereka.”.

Majalah ini mencatat bahwa Teheran telah berulang kali berjanji untuk menutup Selat Hormuz bagi lalu lintas permukaan dan secara terbuka mempermainkan gagasan untuk membebankan biaya kepada kapal untuk melintasi jalur air yang sempit.

Menurut National Interest, Angkatan Laut Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) belum lama ini  telah menahan sebuah kapal tanker berbendera Panama yang berbasis di Uni Emirat Arab dengan tuduhan bahwa kapal bernama MT Riah itu menyelundupkan minyak Iran. ()

AS Kutuk Ujicoba Senjata Rusia Anti-Satelit

Amerika Serikat (AS) mengutuk keras apa yang dianggapnya tindakan Rusia menguji coba senjata anti-satelit, yang membuat anggota awak di Stasiun Luar Angkasa Internasional terpaksa bergegas ke pesawat ruang angkasa untuk keselamatan.

AS menyebut ujicoba itu “tindakan sembrono dan berbahaya” sehingga AS “tidak akan mentolerir” perilaku yang menempatkan kepentingan internasional dalam bahaya.

Komando Luar Angkasa AS, Senin (15/11), mengklaim Rusia menguji rudal anti-satelit pendakian langsung, atau DA-ASAT, dan menciptakan bidang puing di orbit rendah Bumi lebih dari 1.500 keping puing orbital yang dapat dilacak dan berkemungkinan menghasilkan ratusan ribu keping puing orbit yang lebih kecil.

Komando Luar Angkasa AS menyebutkan, “Kami secara aktif bekerja untuk mengkarakterisasi bidang puing-puing, dan akan terus memastikan bahwa semua negara yang bepergian ke luar angkasa memiliki informasi yang diperlukan untuk melakukan manuver satelit jika mereka terpengaruh.”

Seorang pejabat anonim AS menyatakan laporan awal menunjukkan bahwa Rusia telah melakukan tes anti-satelit selama akhir pekan.

Sejauh ini belum didapat komentar dari militer atau Kementerian Pertahanan Rusia.

AS sendiri pernah mengungicoba anti-satelit pertama pada tahun 1959, ketika satelit sendiri masing tergolong langka dan baru.

April lalu, Rusia melakukan uji coba rudal anti-satelit lainnya, dan para pejabat mengatakan ruang angkasa akan menjadi area perang yang semakin penting. (raialyoum/cnn)

Kordahi: Jangan Sampai Saya Mundur Sekedar Menjadi Tembakan ke Udara

Menteri Informasi Lebanon George Kordahi mengaku terbuka untuk solusi apa pun demi kepentingan Lebanon dan pemulihan hubungan negara ini dengan negara-negara Arab Teluk Persia.

Namun, justru karena itu dia juga menekankan bahwa dia tidak ingin pengunduran dirinya sekedar menjadi “tembakan ke udara” yang tidak mengarah pada hasil apa pun.

Pernyataan tersebut terkait dengan desakan Arab Saudi dan sejumlah negara Arab Teluk Persia lainnya agar Kordahi mundur setelah mengecam invasi militer Saudi dan sekutunya terhadap Yaman. Desakan negara-negara Arab itu membuat Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati memberikan isyarat harapan agar Kordahi mundur demi “kepentingan nasional”.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran Lebanon MTV, Senin (15/11), Kordahi mengatakan, “Saya merasa bersama orang-orang lain, memahami keprihatinan mereka, dan saya bukan batu sandungan, saya tidak keras kepala membangkang dengan bersikukuh pada kementerian. Sebab kementerian bukan milik saya dan bukan rumah saya.”

Mengenai desakan pengunduran dirinya menyusul krisis diplomatik yang terjadi antara Lebanon dan negara-negara Teluk atas pernyataannya tentang perang di Yaman tersebut, Kordahi mengatakan, “Saya terbuka untuk solusi apa pun yang akan menguntungkan Lebanon dan memulihkan hubungannya dengan negara-negara Teluk.”

Dia menekankan bahwa dia “tidak ingin pengunduran dirinya hanya menjadi tembakan di udara yang tidak mengarah pada hasil apa pun.” (raialyoum)