Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 15 Januari 2019

hassan nasrallah lebanonJakarta, ICMES: Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah melalui rekaman audio telah membantah rumor yang beredar dalam beberapa hari terakhir bahwa kondisi kesehatannya memburuk.

Beredar kabar simpang siur mengenai rencana Arab Saudi untuk segera membuka kembali kedutaan besarnya untuk Suriah di Damaskus.

Aktivis media sosial Arab Saudi penmilik akun Twitter terkenal “@mujtahidd” mengungkap bahwa Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dalam beberapa minggu ke depan akan mengambil suatu keputusan mengejutkan.

Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan negaranya tidak melihat kebutuhan ataupun motivasi untuk menjalin lagi hubungan dengan Suriah.

Berita selengkapnya:

Sayyid Nasrallah Bantah Rumor Kondisi Kesehatannya Memburuk

“Saya ingin menekankan kepada semua orang agar tidak mendengarkan desas-dasus itu karena sama sekali tidak benar, hanya merupakan bagian dari perang urat saraf, dan tidak lebih dari upaya menciptakan tekanan mental bagi setiap orang yang mendengarkannya, “ bunyi pesan Nasrallah dalam rekaman yang diunggah di laman saluran al-Alam, Senin (14/1/2019).

Dia menambahkan, “Saya juga ingin menegaskan, pertama, bahwa umur ada di tangan Allah SWT, tapi berkenaan dengan kesehatan saya, saya sama sekali tidak mengalami masalah kesehatan. Segala puji bagi Allah, saya masih berada di jalur ‘dan atas nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan (QS. 93.11). Saya bahkan juga tidak memerlukan obat apapun, insya Allah.”

Sebelumnya, Wakil  Khusus Ketua Dewan Syura (parlemen) Iran Urusan Internasional, Hussein Amir Abdollahian, membantah klaim Rezim Zionis Israel bahwa Sayyid Nasrallah terkena serangan jantung.

Melalui halaman Twitter-nya, Abdollahian menyebut desas-desus yang berasal dari media Israel itu “kebohongan besar di tahun baru.”

Dia bahkan menegaskan, “Hari dimana Nasrallah dan para pemimpin perlawanan Palestina akan mendirikan shalat di Masjid Al-Aqsa, setelah dibersihkan dari cemar Zionis, pasti akan datang.”

Sebelumnya, seorang wartawan Israel me-retweet cuitan seorang wartawan Libanon yang menyebutkan bahwa “Hizbullah menolak pemindahan Nasrallah ke Suriah untuk mendapat perawatan di Damaskus oleh dokter Rusia, Iran mengirim tiga dokter ke Beirut, satu diantaranya tinggal di Eropa, untuk meninjau kesehatannya. ”

Saluran 20 Israel menyebutkan bahwa menurut media Libanon Nasrallah dirawat di rumah sakit setelah terkena serangan jantung serta menderita kanker sejak beberapa tahun yang lalu. (alalam)

Putra Mahkota Saudi Dikabarkan Akan Segera Perkenankan Miras Dan Klub Malam

Aktivis media sosial Arab Saudi penmilik akun Twitter terkenal “@mujtahidd” mengungkap bahwa Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dalam beberapa minggu ke depan akan mengambil suatu keputusan mengejutkan sebagai bagian dari program westernisasi atau apa yang selama ini dijargonkan sebagai “pembebasan” negaranya.

“Putra Mahkota Saudi sedang dalam proses implementasi fase berikutnya dari programnya dan diharapkan akan diimplementasikan dalam hitungan minggu,” cuit pengguna akun @mujtahidd yang memiliki lebih dari dua juta pengikut, Senin (14/1/2019).

Pemilik akun ini menyebutkan bahwa di tahap ini Bin Salman antara lain memperbolehkan penjualan dan konsumsi minuman keras secara bertahap, yaitu dimulai dari hotel kelas atas dan berakhir di restoran.

Dia melanjutkan, “Pemberian izin pendirian klub malam dalam arti yang sama persis dengan apa yang dalam bahasa Inggris disebut ‘nightclub’ dan pemberian izin untuk kasino yang mencakup perjudian.”

Menurut pengguna akun itu, penjualan minuman keras di beberapa hotel secara informal sudah ada di Saudi, dan bahkan klub malam pun secara rahasia juga sudah ada, tetapi yang baru “adalah penggambaran subyek, pemberlakuan peraturan untuknya, dan pemberian status hukum, peresmian, dan pemberian perlindungan hukum kepadanya.”

Berada di bawah kekuasaan de facto Mohammed Bin Salman Arab Saudi dilaporkan oleh beberapa pers asing sedang menjalani proses pelanggaran tradisi keagamaan demi penerapan sekularisme, dan beberapa peristiwa yang telah terjadi di negara kerajaan itu menunjukkan validitas laporan tersebut. (alalam)

Simpang Siur Kabar Saudi Akan Segera Buka Lagi Kedubesnya Untuk Suriah

Beredar kabar simpang siur mengenai rencana Arab Saudi untuk segera membuka kembali kedutaan besarnya untuk Suriah di Damaskus.

Sebuah sumber resmi di Kementerian Luar Negeri Saudi, Senin (14/1/2019), membantah laporan bahwa  Menteri Luar Negeri Saudi Ibrahim bin Abdulaziz Al-Assaf telah membuat pernyataan mengenai pembukaan kedutaan negara kerajaan ini di Damaskus.

Menurut kabar sebelumnya, al-Assaf menyatakan bahwa peresmian pembukaan kembali Kedutaan Besar Saudi di Damaskus akan diselenggarakan pada hari Kamis mendatang (17/1/2019). Media online Sabq milik Saudi bahkan menyebut peresmian itu akan diselenggarakan pada hari itu pukul 13.30 waktu setempat.

Seorang pejabat Saudi menyatakan negaranya berniat membuka kembali kedutaan besarnya untuk  Suriah, namun belum diangkat siapa yang menjabat sebagai duta besarnya.

Dia juga menyebutkan bahwa pernyataan resmi Saudi tentang ini akan dikeluarkan pada hari Rabu, yaitu sehari sebelum peresmiannya yang akan diselenggarakan pada pukul 16.00 waktu Saudi.

Pemerintah Suriah sendiri menyatakan menyambut baik segala langkah negara-negara Arab menuju pembukaan kembali kedutaan besar masing-masing di Damaskus setelah sekian tahun ditutup menyusul krisis pemberontakan dan terorisme di Suriah

Uni Emirat Arab dan Bahrain sudah mengumumkan kembalinya duta besar masing-masing ke Damaskus.

Sebelum itu, Presiden Sudan Omar al-Bashir melakukan kunjungan mendadak ke Damaskus, menemui Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan mengadakan pembicaraan dengannya mengenai perkembangan situasi di Suriah dan kawasan Timteng. (raialyoum)

Qatar Belum Berminat Menjalin Hubungan Lagi Dengan Suriah, Mengapa?

Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan negaranya tidak melihat kebutuhan ataupun motivasi untuk menjalin lagi hubungan dengan Suriah.

Perselisihan antara Qatar dan Suriah dipicu oleh faktor perbedaan yang mendasar terkait sikap masing-masing terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin. Qatar mensponsori Ikhawanul Muslimin, sedangkan Suriah memusuhinya.

Namun, seiring dengan terbentuknya realitas baru Suriah yang tangguh dan menguatnya posisi negara-negara yang menghendaki normalisasi hubungan dengan Suriah di Liga Arab, maka kebutuhan untuk penjalinan kembali hubungan dengan Suriah mulai dirasakan oleh mayoritas negara Arab, dan Qatarpun bisa jadi juga merasakan hal yang sama.

Poros Qatar danTurki di satu pihak dan poros Saudi, Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab di pihak lain telah terbentuk dan bersaing ketat sehubungan dengan krisis Suriah yang mengguncang Timteng dan bahkan dunia selama tujuh tahun.

Kedua kubu ini sama-sama memainkan peran penting dalam memicu krisis Suriah dan mendukung proksi masing-masing berupa kelompok-kelompok pemberontak dan teroris anti-pemerintah Suriah.

Suriah didepak dari Liga Arab dalam pertemuan organisasi ini di Doha, Qatar. Menariknya, beberapa negara, termasuk Qatar, mendesak supaya pemerintah Suriah yang sah diganti dengan oposisi Suriah di Liga Arab.

Bertolak dari catatan ini, dan mengingat bahwa kelompok-kelompok teroris, terutama Jabhat al-Nusra, gagal dalam penentuan nasib sendiri Suriah, tampak bahwa kegagalan misi mereka di balik gejolak Suriah menjadi faktor utama keengganan sebagian negara Arab untuk segera memulihkan hubungan dengan Suriah.

Pada kenyataannya, tak ada bisa diharapkan dari para pemberontak dan teroris di medan perang melawan Pasukan Arab Suriah. Karena itu, pemulihan hubungan dengan Suriah tak ubahnya dengan pengakuan resmi atas kekalahan negara-negara yang mensponsori pemberontakan dan terorisme di Suriah. (alalam)