Jakarta, ICMES. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian memastikan Israel dan AS tidak akan pernah bisa menumpas dan melenyapkan Hamas bahkan seandainyapun keduanya menghabiskan waktu satu dekade.
Media Israel untuk kedua kalinya melaporkan bahwa kelompok pejuang Hizbullah masih berada di atas angin di wilayah utara, mengacu pada situasi lapangan di perbatasan antara Lebanon dan Palestina pendudukan.
Media militer yang berafiliasi dengan Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, pada hari Senin (11/12) merilis kompilasi video terbaru serangan detasemen mortir terhadap pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza.
Berita Selengkapnya:
Menlu Iran: Berperang Satu Dekade pun, Israel dan AS Takkan Bisa Musnahkan Hamas
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian memastikan Israel dan AS tidak akan pernah bisa menumpas dan melenyapkan Hamas bahkan seandainyapun keduanya menghabiskan waktu satu dekade.
“Baik Israel maupun Amerika, bahkan seandainyapun mereka menghabiskan 10 tahun lagi di Gaza, tidak akan mampu melenyapkan Hamas,” kata Amir-Abdollahian dalam pidatonya di Forum Doha di Qatar melalui konferensi video, Senin (11/12).
Dia menilai keliru anggapan bahwa operasi militer Hamas, yang dimulai pada 7 Oktober, memicu serangan Israel di Gaza, karena ini merupakan kelanjutan dari agresi Zionis selama 75 tahun terhadap Palestina.
Dia menyebutkan pertempuran telah meluas ke front Lebanon dan Yaman, mengacu pada operasi yang dilakukan oleh militer Yaman dan gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon sebagai pembalasan atas pembantaian Israel di Gaza.
Israel mengobarkan perang di Gaza setelah Hamas melancar Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel sebagai pembalasan atas intensitas kekejaman rezim Zionis itu terhadap bangsa Palestina.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban gugur warga Palestina sejak dimulainya agresi Israel meningkat menjadi 18.205 orang, yang sebagian besarnya adalah kaum perempuan dan anak-anak, sementara lebih dari 49.645 orang terluka.
Selain itu, ribuan orang hilang dan diperkirakan gugur di bawah reruntuhan di Gaza.
Menlu Iran kembali menegaskan penolakan negara ini terhadap apa yang disebut solusi dua negara terhadap masalah Palestina, dan mengatakan bahwa hal iini tidak akan membantu menyelesaikan konflik.
“Israel telah menduduki tanah Palestina dan kami yakin solusi dua negara tidak akan membantu menyelesaikan masalah Palestina. Di tanah Palestina, hanya pemerintahan Palestina yang boleh dibentuk berdasarkan referendum,” kata Amir-Abdollahian, sembari menekankan bahwa referendum harus diadakan dengan partisipasi penduduk pribumi Palestina, termasuk orang-orang Yahudi.
Amir-Abdollahian mengecam tindakan AS yang memveto resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan yang mendesak di Gaza.
Dia menilai penggunaan hak veto oleh Washington untuk mendukung kontinyuitas kejahatan Israel di Gaza membuktikan dukungan penuh dan teguh AS terhadap rezim tersebut.
AS Jumat lalu menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk memblokir rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza.
Tiga belas anggota Dewan Keamanan menyetujui resolusi yang diajukan oleh Uni Emirat Arab, sementara Inggris abstain.
Majelis Umum, di mana AS tidak mempunyai hak veto, sangat mendukung gencatan senjata kemanusiaan. Pada tanggal 26 Oktober, majelis menyetujui gencatan senjata dengan 120 suara mendukung, dan hanya 14 suara menentang resolusi yang tidak mengikat tersebut.
Menanggapi veto AS di Dewan Keamanan PBB, Presiden Iran Sayid Ebrahim Raeisi dalam postingan di akun X-nya pada Ahad lalu mengecam AS sebagai “pendukung utama pembantaian perempuan dan anak-anak Gaza yang tidak bersalah”. (presstv)
Media Israel Sebut Hizbullah Berada di Atas Angin di Utara
Media Israel untuk kedua kalinya melaporkan bahwa kelompok pejuang Hizbullah masih berada di atas angin di wilayah utara, mengacu pada situasi lapangan di perbatasan antara Lebanon dan Palestina pendudukan.
Sebelumnya, Mantan kepala Divisi Intelijen Militer Israel, Amos Yadlin, menyebut Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah “berada di posisi teratas di utara” dalam konfrontasi yang sedang berlangsung dengan pasukan Israel.
Pengamat Arab di Channel 13, Tzivi Yehezkeli, Senin (11/12) mengatakan, “Hizbullah masih berada di atas angin di utara, karena merekalah yang ingin memberikan tekanan lebih besar, dan tahu bahwa Israel sedang menahan diri.”
Dia menambahkan, “Bagian utara, dari sudut pandang sipil, seolah-olah berada dalam perang yang hebat, dan jalanan kosong. Israel di utara telah jatuh ke dalam perangkap.”
Koresponden Channel 13 di utara, Shlomi Aldar, menyebut apa yang terjadi di utara sebagai “perang peluru melawan kendaraan lapis baja”.
Dia mengatakan, “Israel dalam Perang Lebanon Kedua (2006) tetap tinggal di rumah dan memandang Katyusha sebagai senjata yang paling mengancam, namun peluru anti-baja telah menjadi senjata yang paling mengancam saat ini.”
Dia juga mengatakan, “Penduduk di utara tidak akan kembali sampai kenyataan berubah, dan masing-masing dari mereka bercita-cita untuk pindah dari sini di masa depan karena kurangnya rasa aman, dan mereka merasa semuanya saat negara mengabaikan mereka.”
Sementara itu, menurut hasil penyelidikan Washington Post, Israel menggunakan amunisi fosfor putih yang dilarang secara internasional dan dipasok oleh AS dalam serangan bulan Oktober di Lebanon selatan.
“Seorang jurnalis yang bekerja untuk Washington Post menemukan sisa-sisa tiga peluru artileri 155 milimeter yang ditembakkan ke Dheira, dekat perbatasan Lebanon dengan Israel, yang melukai sedikitnya sembilan warga sipil dan membakar setidaknya empat rumah, kata warga,” lapor surat kabar tersebut.
Disebutkan bahwa kode produksi yang ditemukan pada peluru tersebut cocok dengan nomenklatur yang digunakan oleh militer AS untuk mengkategorikan amunisi yang diproduksi di dalam negeri, yang menunjukkan bahwa amunisi tersebut dibuat oleh depot amunisi di Louisiana dan Arkansas pada tahun 1989 dan 1992.
Foto dan video yang diverifikasi oleh kelompok HAM internasional dan ditinjau oleh Washington Post menunjukkan karakteristik pita asap fosfor putih yang jatuh di Dheira pada 16 Oktober. (almayadeen)
Pejuang Gaza Rilis Video Terbaru Serangan terhadap Pasukan Zionis di Gaza
Media militer yang berafiliasi dengan Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, pada hari Senin (11/12) merilis kompilasi video terbaru serangan detasemen mortir terhadap pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza.
Video itu memperlihatkan para pejuang Al-Qassam menempatkan mortir di proyektil, untuk diluncurkan ke arah pasukan Israel, yang mencoba untuk maju, di berbagai poros.
Bersamaan dengan ini, Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam, juga mendokumentasikan gempuran para pejuangnya terhadap kendaraan-kendaraan pasukan pendudukan Israel di bagian timur Gaza.
Dalam video itu terlihat para pejuang dari dalam gedung dan di tengah reruntuhan menggempur kendaraan Israel dengan peluru anti-baja hingga menyebabkan kehancuran.
Hal ini terjadi ketika faksi-faksi pejuang resistensi Palestina terus menghadapi pasukan Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza hingga menyebabkan banyak korban jiwa dan peralatan pada pihak Israel
Para pejuang Palestina menggempur pasukan Israel di berbagai tempat di mana mereka berada, dan menyerang mereka dari jarak dekat hingga menyebabkan banyak tentara Zionis tewas dan luka. (almayadeen)