Jakarta, ICMES. Pemerintah Iran menyatakan telah menerima beberapa surat dari Arab Saudi, namun Iran menghendaki adanya surat terbuka yang salah satunya berkenaan dengan penghentian perang Yaman.
Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyatakan bahwa penghancuran Israel sudah bukan lagi “impian” melainkan “tujuan” yang bisa dicapai.
Para pejabat Israel memperlihatkan ketakutan mereka terhadap kemungkinan dari arah Irak barat mendapat serangan seperti yang telah menerjang fasilitas minyak Aramco milik Arab Saudi.
Juru bicara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi Turki al-Maliki akhirnya angkat bicara setelah relatif lama bungkam terkait klaim kemenangan besar tentara Yaman dan kelompok pejuang Lijan al-Shaabiyah (Komite Rakyat) yang berafiliasi dengan Ansarullah (Houthi) dalam perang di provinsi Jizan di bagian selatan Saudi.
Berita selengkapnya:
Iran Mengaku Menerima Surat dari Arab Saudi
Pemerintah Iran menyatakan telah menerima beberapa surat dari Arab Saudi, namun Iran menghendaki adanya surat terbuka yang salah satunya berkenaan dengan penghentian perang Yaman.
Juru bicara pemerintah Iran Ali Rubaie dalam jumpa pers yang ditayangkan oleh televisi resmi, Senin (30/9/2019), mengatakan, “Telah sampai kepada kami surat-surat dari Saudi, tapi sebelumnya kami harus melihat surat terbuka darinya, yang satu di antara surat-surat terbuka itu ialah (mengenai) penghentian perang terhadap Yaman.”
Dia menambahkan, “Kami sejak awal telah meminta penghentian perang terhadap Yaman, dan kami melihat bahwa solusinya adalah gencatan senjata. Kami siap melakukan apa yang dapat kami lakukan dalam rangka ini.”
Seperti diketahui, sejak 26 Maret 2015 Saudi memimpin koalisi pendukung presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi melawan gerakan Ansarullah (Houthi) yang menguasai Sanaa, ibu kota Yaman.
Perang di Yaman telah menyebabkan pengungsian ratusan ribu orang, tersebarnya wabah penyakit di sejumlah kawasan, dan kehancuran banyak fasilitas infrastruktur negara.
PBB dan lembaga-lembaga dunia lainnya mencatat ratusan ribu orang tewas dan luka, dan terjadi krisis kemanusiaan yang parah. (raialyoum)
Komandan IRGC: Penghancuran Israel Bukan Lagi Impian, Melainkan Tujuan yang Bisa Dicapai
Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyatakan bahwa penghancuran Israel sudah bukan lagi “impian” melainkan “tujuan” yang bisa dicapai.
Dia menyebutkan bahwa revolusi Islam Iran dalam usianya yang ke-40 tahun pertama sudah mencapai “level kekuatan untuk penghancuran entitas Zionis.”
“Pada langkah kedua (revolusi Islam) entitas temporal ini harus terhapus dari geografi dunia, dan ini bukan lagi impian, melainkan tujuan yang dapat direalisasikan,” tegas Salami dalam sebuah pertemuan para komandan IRGC di Teheran, seperti dikutip Rai Al-Youm, Senin (30/9/2019).
Dia juga mengatakan bahwa meskipun Iran diterjang badai permusuhan dari berbagai pihak namun negara republik Islam ini semakin kuat dan “akan keluar sebagai pemenang atas musuh-musuhnya”.
Pernyataan ini disampaikan di saat umat Yahudi sedangkan merayakan tahun baru kalendernya pada Ahad (29/9/2019).
Dan karena pihak yang dimusuhi Iran bukanlah umat Yahudi, melainkan kaum Zionis penjajah Palestina, maka pemerintah Iran melalui juru bicara kementerian luar negerinya, Abbas Mousavi, mengucapkan selamat tahun baru kepada umat Yahudi, terutama warga negara Iran sendiri.
Pada Juni 2018 Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei menegaskan pendirian Iran yang tidak akan berubah bahwa Israel di Timteng merupakan “kanker ganas yang harus dibasmi”.
Pada tahun 2001 dia juga menyatakan bahwa jumlah korban Yahudi dalam Tragedi Holocaust pada Perang Dunia II “dilebih-lebihkan” oleh kaum Zionis agar entitas yang mengatas namakan umat Yahudi ini mendapat simpati dari dunia meskipun menebar segala bentuk keganasan di Palestina. (raialyoum)
Israel Kuatir Mendapat Serangan Seperti Insiden Aramco
Para pejabat Israel memperlihatkan ketakutan mereka terhadap kemungkinan dari arah Irak barat mendapat serangan seperti yang telah menerjang fasilitas minyak Aramco milik Arab Saudi.
Laporan dari channel 24 News milik Israel menyebutkan bahwa tragedi Aramco merupakan peringatan bagi Barat dan Israel.
“Kemampuan serangan demikian juga dapat digunakan terhadap Israel sehingga lembaga keamanan harus siap mengantisipasi serangan,” bunyi laporan itu.
Menurut laporan ini, para pejabat Israel telah menganalisa insiden Aramco dan mencapai beberapa kesimpulan, antara ialah bahwa “serangan itu sangat mengejutkan, dilancarkan dari jarak yang relatif jauh pada kedalaman 650 km”.
Laporan itu mengklaim Iran berada di balik serangan itu dan memiliki kemampuan intelijen yang handal, baik dalam memilih sasaran maupun dalam menentukan rute serangan dan senjata, serta dapat menerobos sistem pertahanan udara Saudi meskipun Riyadh telah menghamburkan dana miliaran dolar AS demi pertahanan di sepanjang kawasannya sehingga menunjukkan bahwa sistem itu ternyata tidak efektif bahkan dalam menghadapi “serangan kecil dan lambat”.
Para pejabat Israel terheran oleh tingginya presisi serangan hingga mencapai radius kurang dari tiga meter. Mereka menilai bahwa Iran sebagai negara berteknologi menengah telah sanggup mengembangkan rudal-rudal yang dapat dipakai untuk serangan jarak menengah secara akurat dan efektif.
Mereka juga menyebutkan bahwa upaya pencegahan yang dikerahkan selama ini untuk menjauhkan Iran dari teknologi dan perlengkapan ternyata gagal menghalanginya dari pengembangan kemampuan lokal. (raialyoum)
Ini Komentar Saudi Mengenai Klaim Kemenangan Besar Pasukan Yaman di Jizan
Juru bicara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi Turki al-Maliki akhirnya angkat bicara setelah relatif lama bungkam terkait klaim kemenangan besar tentara Yaman dan kelompok pejuang Lijan al-Shaabiyah (Komite Rakyat) yang berafiliasi dengan Ansarullah (Houthi) dalam perang di provinsi Jizan di bagian selatan Saudi.
Turki al-Maliki dalam sebuah jumpa pers di Riyadh, Senin (30/9/2019), membantah klaim itu dan menyebut rekaman-rekaman video yang dipublikasi oleh tentara Yaman yang bersekutu dengan Ansarullah itu sebagai “sandiwara fiktif dan klaim dari media penyesat”.
Dalam tanggapan awal Saudi atas klaim tentara Yaman itu al-Maliki menambahkan, “Tidaklah tepat menanggapi klaim-klaim demikian”.
Dia menegaskan lagi bahwa media milik Ansarullah “menyesatkan” dan bahwa operasi militer pada hari Sabtu lalu, yang diklaim tentara Yaman dan Ansarullah, hanyalah “sandiwara fiktif”.
Pada Sabtu lalu juru bicara militer Yaman Brigjen Yahya Saree menyatakan pihaknya berhasil “membebaskan kawasan seluas 350 km persegi pada tahap pertama operasi militer ‘Nasr min Allah’ (Pertolongan dari Allah), termasuk berbagai posisi dan kamp militer, serta jatuhnya tiga brigade pasukan lawan di zona Najran, Saudi, dan tertawannya ribuan pasukan lawan”. (raialyoum)