Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Libanon, Sayid Hassan Nasrallah, telah mengadakan pertemuan dengan delegasi pejabat senior Hamas di Beirut, ibu kota Lebanon.
Menteri Pertahanan Lebanon Maurice Salim dalam pemerintahan sementara memastikan tentara negara ini siap berkonfrontasi dengan tentara Zionis Israel, dan memperingatkan bahwa eskalasi di Lebanon Selatan mengancam keamanan dan stabilitas negara.
Dua orang Israel tewas diserang kawanan bersenjata yang melepaskan tembakan ke sebuah kendaraan di Tepi Barat.
Berita Selengkapnya:
Israel Serang Al-Aqsa, Pemimpin Hizbullah Adakan Pertemuan dengan Para Pejabat Hamas di Beirut
Sekjen Hizbullah Libanon, Sayid Hassan Nasrallah, telah mengadakan pertemuan dengan delegasi pejabat senior Hamas di Beirut, ibu kota Lebanon.
Pertemuan itu diadakan di tengah memanasnya situasi di wilayah Palestina pendudukan akibat aksi pasukan Zionis Israel menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa sembari menebar kekerasan dan menyerang jamaah Palestina.
Media Palestina, Jumat (7/4), melaporkan bahwa Sayid Hassan Nasrallah bertemu dengan para petinggi Hamas, termasuk Kepala Biro Politik Ismail Haniyeh, wakilnya, Sheikh Saleh al-Arouri.
Dalam pertemuan itu Sayid Nasrallah dan para pejabat Hamas membicarakan perkembangan situasi politik dan lapangan di Palestina, Lebanon, dan Timur Tengah, terutama konfrontasi baru-baru ini di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Al-Quds.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant usai rapat keamanan mengatakan bahwa Israel siap di semua lini untuk mengobarkan perang baru.
“Semua institusi siap menghadapi pilihan berbeda di semua lini, kami tahu bagaimana bereaksi terhadap ancaman apa pun,†sumbar Gallant.
Sayid Nasrallah mengeluarkan peringatan pada hari Kamis lalu kepada Israel atas eskalasi rezim di kompleks Masjid al-Aqsa di Kota Tua Al-Quds.
“Poros Resistensi memiliki sejumlah besar rudal jarak jauh di gudang senjatanya; tetapi tidak menggunakannya saat ini,†ujarnya.
Dia mengancam, “Salah satu opsi yang akan diambil para pejuang perlawanan jika Zionis bertindak bodoh adalah peluncuran sejumlah besar rudal balistik di pusat-pusat sensitif Israel.†(presstv)
Tentara Lebanon Dinyatakan Siap Berperang Melawan Israel
Menteri Pertahanan Lebanon Maurice Salim dalam pemerintahan sementara memastikan tentara negara ini siap berkonfrontasi dengan tentara Zionis Israel, dan memperingatkan bahwa eskalasi di Lebanon Selatan mengancam keamanan dan stabilitas negara.
Dalam pertemuan dengan sejawatnya dari Italia Guido Crosetto, Salim menekankan bahwa tentara Lebanon dalam kesiapan maksimalnya untuk menghadapi agresi apa pun.
“Perkembangan terbaru di Lebanon Selatan merupakan ancaman langsung terhadap stabilitas dan keamanannya,†katanya.
Dia menegaskan kembali bahwa tentara Lebanon tetap siap mempertahankan kerjasama tingkat tinggi dengan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), untuk menjaga ketenangan di perbatasan di Lebanon Selatan.
Salim memuji Italia atas perannya dalam pemeliharaan perdamaian di Lebanon dan koordinasi berkelanjutan antara tentara Lebanon dan batalion Italia UNIFIL. Dia juga berterima kasih kepada Italia atas bantuan kemanusiaan dan militer yang telah diberikan kepada tentara Lebanon.
Sementara itu, Kemlu Lebanon pada hari Jumat (7/4) menyatakan bahwa setelah berkonsultasi dengan Perdana Menteri Najib Mikati, Menteri Luar Negeri Abdallah Bou Habib menginstruksikan Misi Tetap Lebanon untuk PBB di New York untuk mengajukan pengaduan resmi kepada Dewan Keamanan PBB.
Menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan di Twitter, pengaduan tersebut berkenaan dengan dampak pengeboman Israel dan “agresi yang disengaja” pada Jumat dini hari di daerah-daerah di Lebanon selatan.
Kemlu Lebanon mengingatkan bahwa Israel melakukan pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Lebanon dan mengancam stabilitas di Lebanon selatan.
Sumber lokal Lebanon mengatakan Israel menargetkan daerah Qlaileh yang terletak di antara dataran Ras el-Ain dan kamp pengungsi Rashidieh di selatan kota Tyre.
Sumber tersebut mengkonfirmasi bahwa tiga rudal Israel mendarat di selatan Tyre, dua di antaranya di daerah pertanian dan satu lagi di Dataran Qlaileh, namun Israel tidak menimbulkan kerugian yang signifikan.
Sebelumnya, militer Israel mengaku telah menyerang sasaran tertentu di Lebanon, yang menjadi tempat penembakan puluhan roket ke wilayah Israel (Palestina pendudukan) sebagai balasan atas kekerasan Israel terhadap jamaah Palestina di kompleks Masjid al-Aqsa. (presstv)
Dua Orang Israel Terbunuh di Tepi Barat
Dua orang Israel tewas diserang kawanan bersenjata yang melepaskan tembakan ke sebuah kendaraan di Tepi Barat, setelah Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon dan membombardir Jalur Gaza pada hari Jumat (7/4), eskalasi yang memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas setelah berhari-hari terjadi kekerasan di Masjid Al-Aqsa, Al-Quds.
Serangan itu menyasar sebuah mobil di dekat pemukiman ilegal Israel di Hamra di provinsi Jericho utara Tepi Barat.
“Serangan penembakan dilakukan pada kendaraan di Persimpangan Hamra. Tentara IDF (Israel) sedang melakukan pencarian di daerah itu,†kata militer Israel.
Layanan ambulans Magen David Adom mengatakan dua wanita berusia 20-an tewas dan satu lainnya berusia 40-an luka parah.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah terjadi serangan rudal Israel di Lebanon dan Gaza menyusul rentetan roket yang ditembakkan ke Israel dari Lebanon selatan.
Militer Israel mengatakan pesawat tempurnya menyerang infrastruktur milik kelompok bersenjata Palestina yang dituduh menembakkan hampir tiga lusin roket yang menghantam daerah terbuka dan kota-kota Israel utara pada hari Kamis lalu.
Tidak ada laporan tentang korban serius, tetapi beberapa penduduk kota Qlaileh di Lebanon selatan, termasuk pengungsi Suriah, menderita luka ringan.
Meningkatnya ketegangan terjadi setelah pasukan Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa di Al-Quds Timur selama beberapa hari berturut-turut pada minggu ini. Dalam peristiwa itu mereka menembakkan granat kejut dan menyerang warga Palestina saat mereka berkumpul untuk ibadah Ramadhan.
Serangan Israel di Lebanon selatan – yang oleh para apengamat dicatat sebagai kekerasan perbatasan paling serius sejak perang Israel tahun 2006 dengan kelompok Hizbullah – membangkitkan kekhawatiran akan resiko konfrontasi ke fase baru yang berbahaya. (aljazeera)