Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 8 Agustus 2020

sayid nasrallahJakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menegaskan keharusan dilakukan penyelidikan secara akurat dan transparan serta tanggungjawab secara adil atas peristiwa ledakan dahsyat pelabuhan Beirut.

Pihak berwenang Libanon mengeluarkan perintah penahanan seorang pejabat Lebanon dalam proses penyelidikan atas tragedi ledakan dahsyat yang terjadi di pelabuhan Beirut pada Selasa lalu.

Sebanyak 20 orang terbunuh, termasuk sedikitnya 7 anak kecil, akibat serangan udara Saudi dan sekutunya di Yaman utara.

Seorang wanita Palestina meninggal dunia akibat luka terkena tembakan di dekat lokasi bentrokan antara massa pemuda Palestina dan pasukan Zionis Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Berita selengkapnya:

Sekjen Hizbullah Serukan Penyelidikan Transparan atas Ledakan Beirut

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menegaskan keharusan dilakukan penyelidikan secara akurat dan transparan serta tanggungjawab secara adil atas peristiwa ledakan dahsyat pelabuhan Beirut. Dia juga membantah sepenuhnya laporan yang menyudutkan Hizbullah dan klaim bahwa di pelabuhan itu terdapat gudang senjata dan amunisi Hizbullah.

Dalam sebuah pidato televisi, Jumat (7/8/2020), Sayid Nasrallah mendesak semua pejabat pemerintah serius menjalankan penyelidikan untuk mengungkap fakta, dan mengadili orang-orang yang bertanggungjawab. Dia menekankan keharusan untuk tidak melindungi siapapun karena pertimbangan sektarian dan politik, dan mengusulkan penugasan Angkatan Bersenjata Libanon dalam penyelidikan karena, menurutnya, lembaga ini dipercaya oleh rakyat Libanon.

“Kita sungguh sedang mengalami tragedi besar nasional… Tragedi ini lintas golongan dan daerah, Beirut menampung semua orang Libanon, dan penduduk Beirut adalah miniatur seluruh orang Libanon,” ujarnya ketika menyampaikan belasungkawa atas tragedi ledakan yang terjadi Selasa lalu itu (4/8/2020).

Nasrallah menambahkan Hizbullah dengan semua komponennya terjun langsung ke lapangan sejak detik-detik pertama peristiwa untuk memberikan pertolongan dan menanggulangi dampak ledakan, dan organisasi pejuang ini juga mengerahkan semua fasilitasnya untuk membantu pemerintah dan masyarakat.

Sekjen Hizbullah mengapresiasi simpati dan bantuan negara-negara sahabat, termasuk kunjungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

“(Mengenai) kunjungan Presiden Prancis, kami memandang positif semua bantuan dan simpati serta setiap kunjungan pada hari-hari ini jika bertujuan membantu Libanon,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Ketika bencana besar nasional terjadi, setiap orang harus membekukan semua konflik, mengatasinya, berurusan dengan berbagai sudut pandang etika, orang-orang hendaklah bekerjasama mengatasi tragedi, dan inilah yang terjadi di seluruh dunia.”

Lebih lanjut dia menyayangkan adanya pernyataan dan klaim-klaim tendensius yang bertujuan menyudutkan Hizbullah di tengah bencana tersebut.

“Ironisnya, di Libanon sejak saat pertama tragedi, sebelum ada informasi dan keterangan mengenai apa yang terjadi dan bagaimana bisa terjadi, beberapa oknum dan media lokal dan Arab serta elemen politik, melalui pernyataan langsung para pejabatnya, menetapkan dalam pikiran mereka anggapan bahwa yang meledak adalah gudang rudal atau amunisi Hizbullah,” ungkapnya.

Dia menambahkan, “Tujuan dari semua itu ialah mengatakan kepada penduduk Beirut bahwa pelaku semua itu adalah Hizbullah, dan ini merupakan kezaliman dan kriminalisasi tingkat tinggi.”

Sayid Nasrallah memastikan bahwa sebagaimana orang Libanon lainnya, Hizbullah sangat prihatin, terluka, dan berdukacita atas tragedi ini.

“Saya umumkan dan tegaskan, sebagai bantahan secara mutlak, bahwa kami sama sekali tidak memiliki apapun di pelabuhan, tak ada gudang senjata, rudal, senapan, bom, peluru, maupun (amonium) nitrat, baik sekarang, dulu, maupun di masa mendatang. Penyelidikan esok akan membuktikannya,” tegas Nasrallah. (alalam)

Seorang Pejabat Ditahan dalam Proses Penyelidikan Ledakan Beirut

Pihak berwenang Libanon, Jumat (7/8/2020), mengeluarkan perintah penahanan seorang pejabat Lebanon dalam proses penyelidikan atas tragedi ledakan dahsyat yang terjadi di pelabuhan Beirut pada Selasa lalu.

Dirjen Bea Cukai, Badri Daher, ditahan pada Jumat malam setelah diinterogasi selama hampir 6 jam, atas perintah Hakim Ghassan Khoury, dan sebanyak 16 pejabat dan staf pelabuhan lainnya juga ditahan.

Kantor berita Libanon, NNA, tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang penangkapan yang dilakukan  tiga hari setelah sejumlah besar amonium nitrat meledak di pelabuhan Beirut dan menewaskan sedikitnya 154 orang, melukai lebih dari 5.000 orang, dan menyebabkan kerusakan yang fatal dan luas.

Kamis lalu Daher mengatakan kepada AP bahwa dia dan pendahulunya pernah mengirim enam surat, yang terakhir pada tahun 2017, kepada hakim, dan memperingatkan berulang kali bahwa timbunan besar amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan itu berbahaya. Mereka telah meminta pejabat pengadilan untuk memutuskan cara menghapusnya.

Daher mengatakan bahwa sudah merupakan tugasnya untuk “memperingatkan” pihak berwenang tentang bahaya itu, tapi hanya itu yang telah dia lakukan sehingga dia kemudian ditahan dan akan diinterogasi lebih lanjut di saat penyelidikan berlangsung. (the961)

Serangan Udara di Yaman Tewaskan 20 Orang, Termasuk 7 Anak Kecil

Peristiwa mengerikan kembali dipentaskan oleh Arab Saudi dan sekutunya dalam serangan udara mereka di Yaman. Kelompok Ansarullah (Houthi) maupun beberapa organisasi kemanusiaan, Jumat (7/8/2020), melaporkan sebanyak 20 orang terbunuh, termasuk sedikitnya 7 anak kecil, akibat serangan udara Saudi dan sekutunya di Yaman utara.

Pejabat Kementerian Kesehatan Ansarullah mengatakan bahwa serangan itu terjadi pada Kamis lalu di provinsi Jawf di timur laut Sana’a, ibu kota Yaman, yang dikendalikan oleh Ansarullah.

Kantor Berita Yaman, Saba, mengutip keterangan seorang pejabat lokal bahwa 20 orang, yang sebagian besar adalah wanita dan anak kecil tewas, dan tujuh lainnya menderita luka-luka.

Pejabat itu menjelaskan bahwa serangan itu menghantam konvoi empat mobil sipil di wilayah Jawf, sementara penduduk mengatakan kepada AFP bahwa warga sipil tak berdosa itu terbunuh dalam serangan udara yang menerjang beberapa rumah penduduk.

Organisasi kemanusiaan Save the Children mengkonfirmasi bahwa 20 orang tewas, termasuk tujuh anak, dan sejumlah orang lain yang sebagian besar perempuan dan anak kecil menderita luka parah.

“Dalam waktu kurang dari sebulan, setidaknya 17 anak tewas akibat serangan membabi buta di Yaman,” kata direktur Save the Children di Yaman, Javier Joubert.

“Kami mengutuk keras serangan itu dan meminta semua pihak yang bertikai untuk mematuhi hukum humaniter internasional,”lanjutnya.

Koordinator Kemanusiaan PBB, Lise Grande, mengatakan serangan itu terjadi “ketika para korban sedang bergerak di jalan.”

Dia juga menyebutkan angka 9 untuk jumlah korban anak kecil yang terbunuh.

“Meski jumlah korban tewas belum dikonfirmasi, lembaga mitra melaporkan bahwa sembilan anak tewas dan tujuh lainnya luka-luka,” imbuhnya.

Dia lantas memperingatkan, “Seperti semua tindakan kekerasan yang sia-sia terhadap warga sipil, masalah ini mengejutkan dan sama sekali tidak dapat diterima.” (raialyoum/ap)

Satu Wanita Palestina Terbunuh oleh Peluru Pasukan Israel

Seorang wanita Palestina meninggal dunia akibat luka terkena tembakan di dekat lokasi bentrokan antara massa pemuda Palestina dan pasukan Zionis Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat.

“Dalia Ahmed Suleiman Samudi, 23 tahun, meninggal karena luka parah terkena tembakan peluru pasukan pendudukan,” ungkap kementerian kesehatan Palestina dalam sebuah pernyataannya, Jumat (7/8/2020). Pasukan pendudukan adalah istilah yang digunakan oleh pejabat Palestina dalam menyebut tentara Israel.

Kementerian itu menjelaskan bahwa Samudi berada di dalam rumahnya ketika dia diterjang peluru di bagian dadanya. Dia dilarikan ke rumah sakit setempat, tapi kemudian meninggal dunia saat menjalani perawatan intensif.

Sumber keamanan Palestina mengatakan bahwa bentrokan antara pemuda Palestina dan pasukan Israel meletus sejak Kamis lalu di dekat kota Jenin di bagian utara Tepi Barat.

Seorang juru bicara militer Israel membantah pasukannya telah menggunakan peluru tajam dalam kerusuhan yang dipicu oleh operasi militer pasukan Zionis itu.

“Warga Palestina menembakkan peluru tajam, melemparkan batu dan alat peledak ke arah pasukan. Pasukan menanggapi dengan cara membubarkan kerusuhan,” sangkalnya.

Namun, beberapa penduduk setempat mengatakan bahwa massa Palestina tidak menggunakan senjata. Menurut mereka, massa hanya melemparkan batu ke pasukan Israel yang menyerbu daerah itu. (aljazeera/raialyoum)