Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 4 Maret 2023

Jakarta, ICMES. Pemerintah Iran menyatakan bahwa terjadinya peristiwa misterius berantai di mana siswi di beberapa kota Iran keracunan tidaklah lepas dari perang hibrida musuh terhadap Iran.

Teheran menepis keras klaim Angkatan Laut Inggris telah menyita sebuah kapal yang menyelundupkan senjata Iran, termasuk rudal anti-tank, di lepas pantai Teluk Oman dalam operasi gabungan dengan pasukan AS.

Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dan kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Mohammad Eslami telah mengadakan pembicaraan penting di Teheran, ibu kota Iran.

Berita Selengkapnya:

Banyak Anak Sekolah Keracunan di Iran, Teheran: Ini Ulah Musuh

Pemerintah Iran menyatakan bahwa terjadinya peristiwa misterius berantai di mana siswi di beberapa kota Iran keracunan tidaklah lepas dari perang hibrida musuh terhadap Iran.

Insiden itu dimulai pada akhir November di kota suci Qom di mana sekitar 50 siswi sebuah sekolah jatuh sakit dan harus dibawa ke rumah sakit akibat keracunan. Insiden serupa kemudian terjadi di beberapa sekolah lain di Qom, Teheran, dan Kermanshah di barat dan Ardabil di barat laut. Puluhan siswi terkena dampak dalam setiap insiden, dan beberapa harus dirawat di rumah sakit.

Presiden Sayid Ebrahim Raisi, Jumat (3/3), mengatakan bahwa musuh sedang “berusaha menciptakan stres dan kecemasan di kalangan siswa dan orang tua sehingga terbentuk kekacauan”, sebagai bagian dari perang psikologis.

“Suatu hari, musuh menghasut kerusuhan jalanan, dan di lain hari mereka mencoba menciptakan masalah di bidang pendidikan dan sekolah, karena meski ada banyak plot, masyarakat di seluruh negeri ini tampil ke lapangan dan mengalahkan musuh pada 11 Februari”, ungkap Raisi, mengacu pada pawai puluhan juta rakyat di seantero Iran pada perayaan HUT ke-44  Revolusi Islam.

Presiden  Iran mengaku telah menugaskan menteri intelijen dan menteri dalam negeri untuk menindaklanjuti masalah ini sedini mungkin untuk kemudian segera mempublikasikan temuan mereka.

Di hari yang sama, Menlu Hossein Amir-Abdollahian mengecam pemerintah Barat karena “meneteskan air mata buaya atas peracunan tersebut”.

“Reaksi intervensi dari beberapa otoritas Barat terhadap pertanyaan tentang dugaan peracunan siswi tercinta Iran adalah kelanjutan dari perang hibrida musuh,” tulisnya dalam sebuah posting Twitter.

“Lembaga negara terkait menindaklanjuti dengan serius dan cermat memeriksa dimensinya. Bangsa besar Iran sangat mengenal air mata buaya!” sambungnya.

Sebelumnya, Jerman berkomentar bahwa peristiwa keracunan berantai siswi di Iran harus diselidiki sepenuhnya oleh pihak berwenang.

“Laporan siswi yang diracuni di Iran sangat mengejutkan,” cuit Menlu Jerman Annalena Baerbock di Twitter.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby juga angkat bicara dengan mengatakan masalah ini “sangat memprihatinkan” dan dunia perlu mengetahui apa yang menyebabkan penyakit tersebut.

Nasser Kanaani menyebut sikap Jerman terhadap masalah ini “munafik dan usil”.

 â€œSalah satu fakta pahit yang masih perlu klarifikasi adalah keracunan bahan kimia melalui gas beracun buatan Jerman selama perang yang dipaksakan Saddam (terhadap Iran) yang masih memakan korban jiwa,” tulisnya, mengacu pada penggunaan senjata kimia buatan Jerman terhadap rakyat Iran selama perang delapan tahun.

“Ekspresi keprihatinan Anda terhadap kasus ini munafik dan usil,” tambahnya.

Kanaani juga mengatakan bahwa pemerintah Iran sangat serius dalam “mengidentifikasi dan mencabut niat buruk ini,” dan bahwa Teheran tidak akan membiarkan orang lain dengan “motivasi politik” menimbulkan rasa tidak aman bagi siswi Iran.( presstv)

Teheran Bantah Klaim AL Inggris Sita Kapal Penyelundup Senjata Iran untuk Yaman

Teheran menepis keras klaim Angkatan Laut Inggris telah menyita sebuah kapal yang menyelundupkan senjata Iran, termasuk rudal anti-tank, di lepas pantai Teluk Oman dalam operasi gabungan dengan pasukan AS.

“Negara-negara yang telah menyebabkan kematian orang  (Yaman) dan kehancuran Yaman dengan mengirimkan senjata senilai miliaran dolar ke koalisi perang (yang dipimpin Saudi) tidak dapat membebaskan diri mereka sendiri dengan menuduh orang lain,” ungkap juru bicara Kemlu Iran Nasser Kan ani, Jumat (3/3).

Dia mengatakan negara-negara penghasut perang  serta pengekspor senjata dan peralatan terbesar ke zona kritis di dunia telah “membuat klaim palsu dan menyebarkan berita palsu” untuk menyesatkan opini publik global.

Juru bicara Iran mendesak negara-negara ini untuk mengakhiri pendekatan “oportunistik” mereka dalam perang yang dipimpin Saudi di Yaman alih-alih melalaikan tanggung jawab mereka dalam “perang yang dipaksakan terhadap rakyat Yaman yang tak berdaya dan tertindas.”

AL Kerajaan Inggris Kamis lalu mengklaim bahwa sebuah kapal Iran, yang berlayar dari Iran menuju selatan dengan kecepatan tinggi selama jam-jam gelap telah dicegat oleh pasukan dari fregat Inggris HMS Lancaster sebelum dapat berlayar kembali ke perairan teritorial Iran pada tanggal 23 Februari.

Menurut Armada Kelima AS yang berbasis di Bahrain, penyitaan itu terjadi di sepanjang rute yang secara historis digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Yaman.

Iran dalam beberapa kesempatan menolak klaim Barat tentang penyelundupan senjata ke Yaman, dan menegaskan kembali dukungannya untuk solusi politik, bukan solusi militer untuk konflik di negara Arab itu.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, Kanaani menolak klaim bahwa Angkatan Laut Prancis pada bulan Januari lalu telah menyita ribuan senjata dan amunisi yang dipasok Iran menuju ke Yaman karena bermotivasi politik.

Sebuah laporan oleh badan amal Oxfam pada bulan Januari mengungkapkan bahwa senjata yang dipasok oleh Inggris dan AS ke koalisi pimpinan Saudi di Yaman yang dilanda perang telah menewaskan sedikitnya 839 warga sipil dan melukai 1.775 lainnya hanya dalam waktu setahun.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa koalisi pimpinan Saudi menggunakan senjata yang dipasok hanya oleh Inggris dan AS dalam ratusan serangan yang menyasar warga sipil Yaman antara Januari 2021 dan akhir Februari 2022. (presstv)

Isu Nuklir Iran Memanas, Kepala IAEA Berkunjung ke Teheran

Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dan kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Mohammad Eslami telah mengadakan pembicaraan penting di Teheran, ibu kota Iran.

Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi tiba di Teheran pada hari Jumat (3/3) untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat senior Iran, terutama mengenai masalah teknis nuklir. Diplomat Argentina itu juga akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ebrahim Raeisi selama kunjungan dua harinya.

Kedatangan Grossi disambut di bandara oleh Behrouz Kamalvandi, juru bicara AEOI, dan Grossi kemudian bergegas menemui Mohammad Eslami.

Belum ada laporan mengenai rincian pembicaraan dalam kunjungan keempat Grossi ke Iran itu sejak dia menjabat pada Desember 2019, dan kunjungan itu dilakukan menjelang pertemuan Dewan Gubernur IAEA pada Senin mendatang.

Teheran dan IAEA berselisih mengenai beberapa isu mengenai kegiatan nuklir Iran. Pengawas nuklir PBB itu mengatakan dalam laporan triwulanan rahasianya bahwa dalam pemeriksaan fasilitas nuklir Fordow pada 22 Januari mereka telah mendeteksi partikel uranium yang diperkaya hingga 83,7 persen.

Rabu lalu, Eslami membantah tudingan itu

“Mengenai partikel 84%, yang merupakan sampel dari sisi keran dalam prosesnya, partikel tersebut bahkan tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Yang penting adalah jumlah material yang disimpan setelah produksi,” kata AEOI.

Kunjungan penting Grossi dapat membantu mengakhiri kebuntuan dalam pembicaraan tentang pemulihan kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) tahun 2015.

Iran menyambut baik kerjasama teknis dengan IAEA seperti yang diwujudkan dengan kunjungan rutin para inspektur ke fasilitas Iran, meskipun faktanya para inspektur ini tidak diizinkan untuk menginspeksi fasilitas nuklir di Israel.  (presstv)