Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 4 Juni 2022

Jakarta, ICMES. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh menegaskan bahwa tidak ada yang boleh tinggal diam soal program nuklir militer rahasia Rezim Zionis Israel.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bersumbar bahwa negaranya dapat mengambil tindakan sendiri terhadap Iran.

Kelompok Pejuang Hizbullah Lebanon menyebut Iran sebagai “pembela garis depan perjuangan Palestina” untuk pembebasan dari agresi dan pendudukan Rezim Zionis Israel.

Pasukan Rusia yang dikerahkan di pangkalannya di Bandara Qamishli, Suriah, dikabarkan terus membawa bala bantuan militer ke pangkalan mereka di bandara tersebut.

Berita Selengkapnya:

Iran: Tak Ada yang Bisa Tinggal Diam Soal Proyek Nuklir Israel

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh menegaskan bahwa tidak ada yang boleh tinggal diam soal program nuklir militer rahasia Rezim Zionis Israel.

“Sebagai salah satu penandatangan asli (Traktat Non Proliferasi Nuklir) NPT, Iran meminta semua untuk berhati-hati terhadap erosi lebih lanjut dari kredibilitas IAEA,” cuit Khatibzadeh, Jumat (3/6).

“Tak ada yang bisa bungkam pada program senjata nuklir rahasia Israel dan kemudian mengklaim tak berpihak dan berbicara tentang kegiatan nuklir damai Iran,” lanjutnya.

Sehari sebelumnya, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi tiba di Israel (Palestina pendudukan 1948) untuk menemui para pejabat Israel.

Kunjungan Grossi ke Israel ini dilakukan setelah Israel melakukan sepak terjang untuk mempengaruhi negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS), agar mereka tidak menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran tahun 2015, yang lazim disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Menanggapi kunjungan itu pula, Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan bahwa kunjungan menjelang pertemuan Dewan Gubernur IAEA pada Senin mendatang itu bertentangan dengan prinsip-prinsip IAEA  untuk mempertahankan status teknis dan profesionalnya dan tidak berpihak.

Dalam panggilan telepon dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell,  Jumat, Amir-Abdollahian menyatakan hal tersebut sembari menyinggung tindakan-tindakan “destruktif” Israel, yang merupakan “pelaku utama kegiatan nuklir ilegal di dunia. .”

Pertemuan Dewan Gubernur IAEA akan dilakukan Senin mendatang sebagai jeda dalam negosiasi maraton untuk merevitalisasi JCPOA. Teheran menyalahkan AS dan tiga sekutu Eropanya – Prancis, Inggris, dan Jerman – karena gagal bertindak secara konstruktif.

Iran dalam banyak kesempatan sebelumnya telah memperingatkan IAEA agar tidak membiarkan Israel mempengaruhi mandat independen  dan pengambilan keputusan badan nuklir PBB tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat, Israel mengatakan kepada pengawas nuklir PBB bahwa mereka akan lebih memilih diplomasi untuk mengakhiri kebuntuan pada program nuklir Iran. Namun, pernyataan itu mengatakan Israel berhak membela diri dan dapat mengambil tindakan independen jika komunitas internasional gagal menghentikan program nuklir Iran dalam “kerangka waktu yang relevan.”

Menurut pernyataan itu, perdana menteri Israel “menekankan (kepada Grossi) pentingnya Dewan Gubernur IAEA menyampaikan pesan yang jelas dan tegas kepada Iran dalam keputusannya yang akan datang.”

Grossi mengatakan di Twitter bahwa dia telah bertemu Bennett di Tel Aviv atas undangannya dan mengadakan “pertukaran penting tentang isu-isu topikal.”  (irna/presstv)

Bennett: Israel Dapat Bertindak Sendiri terhadap Iran

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bersumbar bahwa negaranya dapat mengambil tindakan sendiri terhadap Iran.

Sesumbar itu dia nyatakan kepada Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi yang berkunjung ke Israel,  menyusul seruan negara-negara Barat di Dewan Gubernur IAEA agar ada teguran terhadap Iran karena Teheran dinilai gagal menjawab pertanyaan tentang jejak uranium di situs yang tidak diumumkan.

Pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel, Jumat (3/6),  menyebutkan bahwa Bennett “menekankan pentingnya Dewan Gubernur IAEA menyampaikan pesan yang jelas dan tegas kepada Iran dalam keputusannya yang akan datang.”

Dia menambahkan, “Meskipun lebih memilih diplomasi untuk menolak kemungkinan Iran mengembangkan senjata nuklir, Israel berhak membela diri dan bertindak terhadap Iran untuk menghentikan program nuklirnya jika komunitas internasional gagal melakukannya dalam kerangka waktu yang relevan.”

Tidak ada komentar langsung dari kantor Grossi.

Kepala negosiator nuklir Iran, Ali Bagheri Kani, Kamis lalu mengatakan kepada NRK Norwegia bahwa Israel “hanya dapat menyerang Iran dalam mimpinya”.

Bagheri Kani, yang sedang berkunjung ke Norwegia, menambahkan, “Jika mereka memiliki mimpi seperti itu, mereka tidak akan pernah bangun darinya,” kata (aljazeera)

Peringati Haul Imam Khomaini, Hizbullah: Iran Pembela Garis Depan Perjuangan Palestina

Kelompok Pejuang Hizbullah Lebanon menyebut Iran sebagai “pembela garis depan perjuangan Palestina” untuk pembebasan dari agresi dan pendudukan Rezim Zionis Israel.

Sheikh Hassan al-Baghdadi, anggota Dewan Pusat Hizbullah, menyebut Iran demikian pada haul ke-33 pendiri Revolusi Islam, Imam Khomeini, di Beirut, Jumat (3/6).

“Teheran mengulurkan tangan  bantuannya kepada setiap orang yang jujur, yang ingin melindungi negaranya atau membebaskannya dari pergolakan pendudukan,” ungkapnya.

Dia menyinggung teguhnya dukungan Iran kepada Lebanon dalam perang pembebasan bagian selatan Lebanon dari pendudukan militer Israel pada awal tahun 2000-an.

Rezim Israel mengobarkan dua perang di Lebanon pada tahun 2000 dan 2006. Pada kedua peristiwa itu Israel dapat dipaksa mundur secara memalukan oleh Hizbullah.

“Di Lebanon, Republik Islam berada di atas angin dengan mendukung kami dalam  pembebasan selatan dan melindunginya dari invasi,” kata al-Baghdadi.

Dia juga berbicara panjang lebar tentang kehidupan dan warisan Imam Khomeini dan memujinya karena telah meletakkan dasar sebuah revolusi yang independen dari timur dan barat.

Dia menyebut revolusi itu telah berubah menjadi “model reformasi dan pembelaan kepentingan umat Islam”, dan menyinggung slogan yang dipekikkan oleh Imam Khomeini pasca revolusi 1979, yang menolak blok kekuatan barat dan timur.

Imam Khomeini yang wafat pada 3 Juni 1989 mempelopori revolusi yang menggulingkan monarki yang didukung AS di Iran dan secara efektif menutup babak panjang campur tangan Barat di negara itu. (presstv)

Dilaporkan akan Kurangi Jumlah Pasukan di Suriah, Rusia Malah Sebar Sistem Pertahanan Udara

Pasukan Rusia yang dikerahkan di pangkalannya di Bandara Qamishli, Suriah, dikabarkan terus membawa bala bantuan militer ke pangkalan mereka di bandara tersebut.

Sebelumnya tersiar laporan bahwa jumlah pasukan Rusia akan dikurangi di Suriah dan secara bertahap akan ditarik dari beberapa daerah, termasuk wilayah utara dan timur laut Suriah. Bersamaan dengan ini, Turki  mengancam akan melancarkan operasi militer baru di wilayah perbatasannya dengan Suriah.

Dalam beberapa hari terakhir, beberapa konvoi peralatan, senjata dan tentara, termasuk sebagian besar peralatan pertahanan udara, telah tiba di Bandara Qamishli. Sekitar seminggu sebelumnya, Rusia mengerahkan enam helikopter dan dua pesawat tempur ke sana.

Sumber media mengatakan, “Pasukan Rusia yang hadir di Bandara Qamishli mulai memasang sistem pertahanan udara Pantsir-S1 di dalam bandara. Penyebaran sistem itu dilakukan setelah pangkalan diperkuat dengan sejumlah pesawat tempur dan helikopter.”

Rusia tampak jelas bermaksud  menyangkal semua berita Barat dan Amerika tentang penarikan Rusia dari Suriah, dan  mengirim banyak pesan dengan mengubah pangkalan di Bandara Qamishli menjadi pangkalan terbesar kedua di Suriah setelah pangkalan Hmeimim di Latakia.

Pengerahan militer di pangkalan yang berjarak sekira 5 km dari perbatasan dengan Turki itu seakan memberi penekanan bahwa peran Rusia di Suriah masih sangat penting, dan bahwa Rusia menentang operasi militer baru Turki di utara dan timur Suriah.

Kamis lalu Rusia mendesak Turki untuk tidak melancarkan serangan di Suriah utara setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperbarui ancaman operasi militer terhadap apa yang dia sebut “teroris” Kurdi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, “Kami berharap Ankara akan menahan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan berbahaya dari situasi yang sudah sulit di Suriah.”

Dia menyebutkan bahwa Rusia “memahami kekhawatiran Turki atas ancaman terhadap keamanan nasional yang berasal dari wilayah perbatasan” dengan Suriah, tapi dia segera menambahkan bahwa masalah itu hanya dapat diselesaikan jika pasukan Suriah dikerahkan di daerah tersebut. (almayadeen/aljazeera)