Jakarta, ICMES. Pasukan elit Israel Batalyon ke-13 Brigade Golani dilaporkan telah menyerahkan kendali atas sebuah lingkungan di Kota Gaza setelah menderita kerugian besar di sana.
Kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon dilaporkan mulai menggunakan sistem peluru kendali dengan kemampuan destruktif tinggi, yang mampu beroperasi untuk sasaran darat, udara, dan laut, baik yang diam maupun bergerak.
Faksi-faksi pejuang Irak yang tergabung dalam Aliansi Resistensi Islam Irak pada hari Jumat (22/12) mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa mereka telah menyerang target-target penting Israel di Laut Mediterania.
Berita Selengkapnya:
Keteteran di Shujaiya, Gaza, Pasukan Elit Israel Mundur dari “Perangkap Maut”
Pasukan elit Israel Batalyon ke-13 Brigade Golani dilaporkan telah menyerahkan kendali atas sebuah lingkungan di Kota Gaza setelah menderita kerugian besar di sana.
Pasukan itu menyerahkan kendali atas lingkungan kota Shujaiya kepada pasukan lain, lapor jaringan berita al-Araby al-Jadeed yang berbasis di London pada hari Jumat, mengutip Channel 13 Israel.
Laporan itu menyebutkan bahwa media Israel baru-baru ini merilis rekaman video yang memperlihatkan pasukan brigade infanteri itu sedang bersuka ria setelah mundur dari medan perang.
Lingkungan yang menjadi titik konflik tersebut telah mendapatkan reputasi sebagai “perangkap maut” bagi pasukan rezim Zionis.
Di daerah tersebut terdapat bukit strategis Tell al-Muntar , yang menghadap ke seluruh Kota Gaza, sehingga memberikan arti strategis tersendiri bagi wilayah tersebut dan dianggap sebagai “pintu gerbang ke Gaza”.
Pasukan elit Israel angkat kaki dari Al-Shujaiya setelah para pejuang Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas yang berbasis di Gaza, berhasil menimpakan kerugian besar pada mereka.
Serangan Brigade Al-Qassam dilaporkan merenggut nyawa sedikitnya 10 anggota Brigade Golani, dan melukai empat orang lainnya, termasuk perwira menengah.
Perkembangan ini terjadi di tengah kontinyuitas serangan Israel terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Israel memulai perang setelah operasi para pejuang Gaza tersebut menyebabkan ratusan orang Israel tertawan.
Sedikitnya 20.057 orang, termasuk sekitar 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita, gugur akibat serangan brutal Israel.
Kubu resistensi di Gaza bersumpah untuk pantang menyerah, dan akan terus bertahan melawan serangan gencar Israel, dan siap menjalani “perang panjang” melawan rezim pendudukan. (raialyoum)
Hizbullah Mulai Operasikan Rudal Berdaya Destruktif Tinggi
Kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon dilaporkan mulai menggunakan sistem peluru kendali dengan kemampuan destruktif tinggi, yang mampu beroperasi untuk sasaran darat, udara, dan laut, baik yang diam maupun bergerak.
Sistem ini memiliki kemampuan mengena dan menghancurkan target secara akurat pada jangkauan efektif 8-10 km.
Mengenai video operasi serangan terhadap bengkel Beit Hillel milik Israel yang dirilis Hizbullah tiga hari lalu, informasi yang diperoleh saluran Al-Mayaden menyebutkan bahwa operasi itu merupakan pesan kepada rezim pendudukan Israel mengenai “kemampuan Hizbullah mengumpulkan informasi intelijen dan target.”
Informasi tersebut juga mengungkapkan bahwa Hizbullah memiliki “puluhan target yang mirip dengan bengkel Beit Hillel,” termasuk sistem Iron Dome yang tersebar pada jarak 8-10 kilometer.
Bengkel Beit Hillel adalah bengkel pemeliharaan, yang berafiliasi dengan Unit Persenjataan Regional Utara di tentara pendudukan Israel, dan bekerja di bidang pemeliharaan mesin, peralatan mekanik dan teknik. Tempat itu menjadi sasaran peluru dari sistem yang belakangan ini mulai dioperasikan oleh Hizbullah.
Dalam video itu terlihat kendaraan pengangkut personil Zelda , yang memuat tentara Zionis, menjadi sasaran serangan yang menyebabkan terjadinya ledakan dan kehancuran kendaraan tersebut. Tentara Israel juga tampak melarikan diri di dekat lokasi serangan.
Informasi Al-Mayadeen menyebutkan bahwa beberapa hari terakhir ini terjadi peningkatan aktivitas udara gabungan AS dan Israel, di lepas pantai Lebanon, hingga ke pantai Suriah.
Narasumber Al-Mayadeen untuk urusan Lebanon dan politik, Abbas Fneish, menilai aktivitas itu bertujuan “mengumpulkan informasi dan memberikannya kepada petugas Israel,” baik di ruangan yang menerima informasi maupun di “tepi depan.”
Menurut Fneish, Hizbullah gencar melancarkan operasi untuk “membutakan dan memadamkan kepekaan” Israel di perbatasan, sementara rezim pendudukan berusaha dengan segala cara untuk mengkompensasi ketiadaan operasi intelijen setelah Hizbullah menggempur fasilitas intelijen Israel di sepanjang perbatasan.
Selama beberapa hari terakhir, Hizbullah mengintensifkan tanggapannya atas serangan Israel yang menimpa penduduk sipil di desa-desa di bagian selatan Lebanon, dan ini membuktikan bahwa Hizbullah melakukan reaksi setimpal dan tidak main-main dalam mempertahankan daerah-daerah Lebanon. (almayadeen)
Pertama Kali, Militan Irak Bertanggungjawab atas Operasi Anti-Israel di Laut Mediterania
Faksi-faksi pejuang Irak yang tergabung dalam Aliansi Resistensi Islam Irak pada hari Jumat (22/12) mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa mereka telah menyerang target-target penting Israel di Laut Mediterania.
“Kubu resistensi Islam di Irak, dengan menggunakan senjata yang diperlukan, mencapai sasaran penting Israel di Laut Mediterania, dan kubu ini tetap berkomitmen untuk melawan rezim pendudukan, mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza, dan mereaksi kekejaman Israel belakangan ini terhadap Palestina,” ungkap mereka.
Sebuah sumber di kubu resistensi Irak kepada Al-Jazeera mengatakan, “Sasaran serangannya adalah anjungan ladang gas Karish, milik Israel, di Laut Mediterania.”
Faksi-faksi pejuang Irak juga mengaku telah menyerang kota Eilat di Israel “dengan senjata yang tepat,” sebagai tanggapan atas pemboman Israel terhadap warga sipil di Gaza.
Mereka menyatakan, “Sebagai kelanjutan dari cara kami dalam melawan rezim pendudukan serta membela orang-orang kami di Gaza, dan sebagai tanggapan atas pembantaian entitas penjajah terhadap warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, perempuan dan lansia, para pejuang resistensi Islam di Irak membidik sasaran di wilayah pendudukan Umm al-Rashrash (Eilat) dengan senjata yang sesuai.”
Sejak Oktober lalu, kelompok-kelompok Perlawanan Islam di Irak telah melancarkan sekitar 80 serangan terhadap pasukan koalisi pimpinan AS di Suriah dan Irak. (raialyoum)