Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 21 September 2019

sayid nasrallahJakarta, ICMES. Pemimpin Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa insiden Aramco yang mengguncang kawasan Timteng memperlihatkan betapa dunia memandang minyak lebih berharga daripada darah manusia.

Teheran menegaskan bahwa badai serangan balasan Iran akan menjangkau Laut Tengah hingga Samudera India jika negara republik Islam ini sampai mendapat serangan dari AS.

Petinggi kelompok pejuang Ansarullah (Houthi), Mahdi Al-Mashat selaku Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman mengumumkan penghentian serangan drone dan rudalnya ke wilayah Arab Saudi.

Twitter mengumumkan pihaknya telah memblokir ribuan akun yang dianggap telah menyebar berita-berita hoax, termasuk akun-akun yang meretweet secara palsu dan masif pesan dan propaganda pro- Arab Saudi.

Berita selengkapnya:

Nasrallah: Insiden Aramco Buktikan Minyak Lebih Mahal daripada Darah!

Pemimpin Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa serangan yang menerjang dua pabrik minyak Aramco milik Arab Saudi telah mengguncang kawasan dan dari situ kemudian terlihat betapa insiden ini membuktikan bahwa dunia memandang minyak lebih berharga daripada darah manusia.

“Dunia tak terguncang ketika AS-Saudi membombardir Yaman selama bertahun-tahun,” ujar Nasrallah dalam pidatonya di Beirut, Jumat (20/9/2019).

Pemimpin kelompok pejuang yang berbasis di Libanon ini menyatakan bahwa orang yang bersimpati kepada Saudi atas insiden Aramco seharusnya juga bersimpati kepada para korban di Yaman, dan Saudi serta Uni Emirat Arab (UEA) lebih baik menghentikan perang daripada menghamburkan banyak dananya untuk membeli sistem pertahanan udara.

Dia mengingatkan bahwa Poros Resistensi sangatlah tangguh, dan insiden Aramco merupakan salah satu tanda ketangguhan ini dan jauhnya jangkauan mereka dalam pertahanan, dan Presiden AS Donald Trump sendiri, yang diandalkan oleh Saudi dan UEA, bahkan terobsesi mengadakan pertemuan dengan sejawatnya dari Iran, Hassan Rouhani.

Karena itu, kepada Saudi dan UEA Nasrallah lantas mengimbau, “Pertimbangkanlah kembali perhitungan kalian; perang terhadap Iran bukanlah jaminan, karena justru akan menghancurkan kalian.”

Dia menambahkan, “Menggantungkan diri pada upaya memotivasi Trump agar menyulut perang terhadap Iran adalah harapan yang gagal, dan Trump sendiripun gagal dalam segala hal sehingga berobsesi mengadakan pertemuan dengan Presiden Rouhani.”

Mengenai Israel dia menegaskan Hizbullah berhak melanjutkan upaya pencegatan drone Israel, dan upaya ini telah mengurangi volume pelanggaran udara Israel terhadap Libanon. (alalam)

Jika Diserang, Maka Badai Pembalasan Iran akan Menjangkau Laut Tengah Hingga Samudera India

Penasehat Pemimpin Besar Iran Yahya Rahim Safavi menegaskan bahwa badai serangan balasan Iran akan menjangkau Laut Tengah hingga Samudera India jika negara republik Islam itu sampai mendapat serangan dari AS.

“Jika AS berkonspirasi terhadap Iran maka bangsa negara ini akan membalasnya dari Laut Tengah hingga Samudera India,” tegas Safavi, Jumat (20/19/2019).

“Orang-orang AS tahu persis bahwa kami memiliki pemimpin yang bijaksana dan pemberani, dan bahwa kebijakan Iran merepresentasikan upaya penguatan keamanan dan perdamaian. Kami berharap musuh-musuh kami di kawasan dan dunia mengetahui bahwa Iran tidak berusaha melakukan ekspansi dan serangan terhadap negara manapun,” lanjutnya.

Sehari sebelumnya, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menanggapi pernyataan Menlu AS Mike Pompeo dengan mengingatkan AS dan Saudi untuk tidak mencoba menyerang Iran karena “akan menyebabkan perang total”.

Saat itu Pompeo yang menuding Iran terlibat di balik insiden Aramco mengatakan bahwa serangan ke pabrik minyak Saudi itu merupakan “pernyataan perang”.

Sementara itu, Penasehat Presiden Iran Husamuddin Ashna di Twitter menyatakan ada satu opsi  yang seharusnya dipilih oleh Saudi, yaitu “perdamaian total” daripada terjerumus dalam “perang total”. (raialyoum)

Ansarullah Yaman Hentikan Serangan ke Saudi, Mengapa?

Petinggi kelompok pejuang Ansarullah (Houthi), Mahdi Al-Mashat selaku Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman mengumumkan penghentian serangan drone dan rudalnya ke wilayah Arab Saudi.

“Kami berharap kepada Riyadh agar merespon inisiatif ini dengan lebih baik darinya. Jika Saudi tidak meresponnya dan masih mengulangi pemboman maka kami berhak membalas. Kami menantikan pengumuman serupa untuk penghentian segala bentuk serangan udara ke wilayah kami,” ungkap Al-Mashat dalam sebuah statemen yang ditayangkan oleh saluran TV Al-Masirah milik Ansarullah, Jumat malam (20/9/2019).

Dalam statemen yang disampaikan berkenaan dengan peringatan tahun ke-5 untuk apa yang disebutnya “Revolusi September”, yaitu revolusi yang membuat Ansarullah menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, itu Al-Mashat menambahkan, “Mendekati masa lima tahun agresi keji (pasukan koalisi yang dipimpin Saudi) dengan segala fasilitasnya yang besar, lihatlah kami sekarang justru bertekad, tetap melangkah dengan kehendaknya, lebih solid, dan semakin maju di segala bidang.”

Menurutnya, pasukan revolusi Yaman mengalami kemajuan yang mencengangkan di front pertempuran, semakin terampil, dan dapat membentuk pasukan cadangan yang hebat.

“Kami merasa bangga atas membesarnya kekuatan di bidang industri militer dan apa yang masih akan masih terungkap di masa mendatang berupa kemajuan besar di bidang pertahanan udara dan rudal,” lanjutnya.

Dia kemudian menyerukan kepada masyarakat dunia agar berusaha menghentikan agresi dan serangan Saudi yang sudah terbukti membabi buta terhadap bangsa Yaman. (raialyoum/alalam)

Bendung Hoax, Twitter Blokir Ribuan Akun, Termasuk Akun Pendukung Saudi

Pihak pengelola jejaring sosial Twitter mengumumkan pihaknya telah memblokir ribuan akun yang dianggap telah menyebar berita-berita hoax, termasuk akun-akun yang meretweet secara palsu dan masif pesan dan propaganda pro- Arab Saudi.

Akun-akun pro-Saudi itu menjangkau Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) dan terkait dengan isu krisis Qatar dan Yaman.

Pemblokiran itu merupakan yang terbaru pada serangkaian tindakan yang ditempuh oleh situs-situs media sosial semisal Twitter dan Facebook untuk melawan aksi-aksi penyesatan opini yang biasanya dilakukan oleh entitas-entitas yang didominasi oleh rezim-rezim yang terkait dengan berbagai isu namun menyembunyikan identitasnya.

Pada bulan lalu, Facebook menghapus akun-akun palsu dari Mesir, Saudi, dan Uni Emirat karena telah menyebar informasi-informasi penyesatan opini terkait dengan berbagai konflik di Timteng, serta akun-akun dari Cina karena terlibat “operasi terkoordinir yang didukung pemerintah” terkait krisis politik di Hong Kong.

“Sesuai kebijakan kami terkait dengan tindakan main-main di ruang kami maka kami hentikan secara permanen akun-akun ini,” ungkap Twitter.

Twitter menyebutkan bahwa akun-akun dari Mesir dan UEA “terlibat dalam operasi penyesatan media” terkait dengan isu sejumlah negara, terutama Qatar dan Iran. Akun-akun itu dibuat dan dikelola oleh DotDev, sebuah perusahaan teknologi yang bermarkas di Mesir dan UEA dengan kegiatan perluasan zona penyebaran pesan-pesan pro-Saudi.

DotDev enggan berkomentar saat hendak dikonfirmasi oleh kantor berita Perancis, AFP. (raialyoum/skynews)