Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 21 Maret 2020

iran dan ASJakarta, ICMES. Majelis Rendah Inggris meminta pemerintah AS agar membekukan sanksinya terhadap Iran.

Presiden Iran Hassan Rouhani memastikan sanksi AS, negara yang disebutnya sebagai teroris dunia, tak sanggup menundukkan Iran.

Ayatullah Sayid Ali al-Sistani, ulama panutan (marja’) Syiah di Irak, melarang segala kerumunan yang dilarang oleh pemerintah dalam upaya menanggulangi pandemi virus Covid-19.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menghubungi Presiden Suriah Bashar Al-Assad via telefon untuk membahas perkembangan situasi di Provinsi Idlib, Suriah.

Berita selengkapnya:

Inggris Minta AS Bekukan Sanksinya Terhadap Iran di Tengah Wabah Covid-19

Duta Besar Republik Islam Iran untuk Inggris Hamid Baeidinejad menyatakan bahwa Majelis Rendah Inggris meminta pemerintah AS agar membekukan sanksinya terhadap Iran selama negara ini dilanda wabah virus Covid-19.

Demikian dilaporkan website al-Alam, Jumat (20/3/2020), dalam sebuah laporan singkatnya tanpa memberikan keterangan lebih lanjut, kecuali bahwa sanksi itu telah menghalangi upaya Iran menanggulangi wabah tersebut karena mencegah masuknya perlengkapan medis ke Iran.

Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif Senin lalu dalam pembicaraan telepon dengan mitranya dari Inggris, Dominic Raab, mendesak Inggris supaya menentang sanksi itu sesuai dengan kewajibannya berdasarkan perjanjian nuklir Iran yang dinamai Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).

Sebagaimana dilaporkan Tehran Times, dia juga berterima kasih kepada Uni Eropa dan segi tiga Uni Eropa untuk JCPOA, yaitu Inggris, Prancis dan Jerman, karena mengirim bantuan ke Iran.

Percakapan telepon itu dilakukan Zarif tak lama setelah Baeidinejad mengumumkan bahwa Inggris telah setuju untuk membayar utang sebesar £ 400 juta plus  bunganya kepada Iran.

“Proses hukum dari kasus yang sudah berjalan lama ini, yang telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun, hampir berakhir,” kata Hamid Baeidinejad dalam wawancara dengan surat kabar Iran Etemad.

Dia menambahkan, “Pengadilan telah memerintahkan pemerintah Inggris untuk membayar utang plus bunga kepada Iran, dan ini tidak dapat diubah. Pada saat yang sama, para pengacara yang menentang telah mencoba menggunakan setiap kesempatan hukum untuk menunda pelaksanaan keputusan pengadilan tersebut.” (alalam/tehrantimes)

Sambut Tahun Baru, Rouhani Tegaskan Sanksi AS Gagal Tundukkan Iran

Presiden Iran Hassan Rouhani memastikan sanksi AS, negara yang disebutnya sebagai teroris dunia, tak sanggup menundukkan Iran.

“Sanksi paling keras sudah pernah dijatuhkan terhadap negara kita (pada tahun lalu) oleh teroris global… Industri minyak kita berada di bawah sanksi paling parah dalam sejarah dan tekanan meningkat pada ekonomi kita dari segala arah,” ujar Rouhani dalam sebuah pesan tahun baru kalender Iran kepada masyarakat negara ini, Jumat (20/3/2020).

Dia menjelaskan, “AS meningkatkan tekanan terhadap Iran melalui sanksi dalam upayanya memaksa negara ini menyerah kepada tekanan, tapi bangsa kita yang besar menolak, dan menciptakan epos lain… Sungguh kita tak terkalahkan, kita berdiri melawan dan melawan tekanan AS.”

Dalam pesan yang disiarkan televisi pemerintah itu, Presiden Rouhani juga berterima kasih kepada para personel medis negara ini, termasuk dokter, perawat, dan LSM atas jerih payah mereka membendung penyebaran Covid-19.

Iran sedang memerangi pandemi Covid-19 di tengah tekanan sanksi terkeras yang diterapkan AS setelah Washington keluar secara sepihak dari perjanjian nuklir penting yang didukung PBB antara Teheran dan negara-negara besar dunia pada 2018.

Sejak itu AS mulai memaksa pihak-pihak lain agar mematuhi sanksi. Akibatnya, Inggris, Prancis, dan Jerman menghentikan transaksi mereka dengan Iran. (presstv)

Ayatullah Sistani Keluarkan Fatwa Haram Berkerumunan Saat Darurat Corona

Kantor Ayatullah Sayid Ali al-Sistani, ulama panutan (marja’) Syiah di Irak, mengumumkan kepada masyarakat Irak bahwa dia melarang segala kerumunan atau perkumpulan yang dilarang oleh pemerintah dalam upaya menanggulangi pandemi virus corona alias Covid-19.

Direktur kantor itu, Ala Abu al-Tabuq, melalui pesan suara yang dipublikasi oleh al-Sumaria News, Jumat (20/3/2020), mengatakan, “Marji’ tinggi Sayid Ali al-Sistani melarang segala perkumpulan yang dilarang oleh pemerintah… Ada perkara-perkara logis dan perkara-perkara kedokteran, dan Sang Marji’ menyatakan keharusan konsisten kepadanya.”

Al-Tabuq menambahkan, “Seandainya dalam suatu rumah ada lima orang yang tak keluar (dari rumah) selama satu bulan penuh maka dapat dilakukan shalat jamaah dalam rumah itu… Jika dokter membolehkan seseorang keluar dari rumah ini dan satu orang lainnya dari rumah kedua, lalu terjadi perkumpulan di (tempat) salah satu warga maka ini diperbolehkan. Sedangkan jika dokter tidak membolehkannya maka Marji’ al-Sistani menyatakan tidak membolehkan bepergian, demi melindungi warga dari penyebaran virus corona.”

Dia juga mengatakan, “Sebaiknya tidak ada perkumpulan, karena ada bahaya. Bisa meminta bantuan kepada ahlinya, yaitu dokter, ahli lingkungan, dan para dokter yang berspesialisasi di bidang ini.”

Menurut al-Tabuq, Ayatullah al-Sistani berfatwa bahwa pengidap corona yang menyalahi ketentuan ini tergolong “berbuat dosa, menunggung diyat (denda), berbuat haram, dan dianggap sebagai pelaku pembunuhan disengaja (terencana) karena dia tahu bahwa dirinya terjangkit virus ini dan dapat menular, sedangkan jika dia tidak tahu maka dia melakukan pembunuhan tidak disengaja.” (alalam)

Assad dan Putin Bahas Perkembangan Situasi di Idlib

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menghubungi Presiden Suriah Bashar Al-Assad via telefon untuk membahas perkembangan situasi di Provinsi Idlib, Suriah, dan berharap  seluruh warga Muslim Suriah dapat menikmati berkah peringatan Isra’ Mi’raj.

“Presiden Assad menerima panggilan telepon dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas perkembangan di seluruh Suriah dan implementasi perjanjian Rusia-Turki mulai 5 Maret, yang mengupayakan stabilitas ke wilayah Idlib,” ungkap Kantor Kepresidenan Suriah dalam pernyataan yang dirilis Jumat (20/3/2020).

Dalam percakapan telefon ini keduanya menyatakan bahwa pelanggaran atas perjanjian itu masih saja dilakukan oleh kawanan teroris.

“Presiden Putin mengucapkan selamat kepada Presiden Assad dan rakyat Suriah pada malam Isra’a Mi’raj, dan berharap Suriah akan dapat mengatasi kendalanya serta dapat  memulihkan keamanan dan stabilitas sesegera mungkin,” lanjut pernyataan itu.

Percakapan ini merupakan yang pertama kalinya antara Putin dan Assad sejak perjanjian itu dijalin di Moskow pada 5 Maret lalu.

Seperti pernah diberitakan, Pasukan Arab Suriah (SAA) Kamis lalu menghadang serangan kawanan teroris ke beberapa posisi SAA di daerah Hazarin, provinsi Idlib,  dan sementara dua tentara Turki tewas dalam kontak senjata dengan kawanan teroris. (raialyoum)