Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menegaskan bahwa jika mediator Amerika Serikat (AS) mengabaikan tuntutan yang diajukan oleh Libanon terkait perairan yang disengketakan dengan Israel maka akan terjadi eskalasi ketegangan di kawasan.

Panglima Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Mayjen Hossein Salami, mengungkap titik kelemahan Israel dan memastikan tak ada tempat aman bagi rezim Zionis ini dalam konfrontasi dengan para pejuang Palestina.
Republik Islam Iran tidak akan mundur di depan intimidasi negara-negara Barat terkait dengan perjanjian nuklir.
Seorang pria Palestina menderita luka ditembak pasukan Zionis Israel di kota Tubas, Tepi Barat utara, dan gugur seminggu menjelang acara pernikahan putrinya.
Berita Selengkapnya:
Sayid Nasrallah: Kawasan akan Bergolak Tuntutan Lebanon terhadap Israel Ditolak
Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menegaskan bahwa jika mediator Amerika Serikat (AS) mengabaikan tuntutan yang diajukan oleh Libanon terkait perairan yang disengketakan dengan Israel maka akan terjadi eskalasi ketegangan di kawasan.
Dalam pidato melalui konferensi video pada acara peletakan batu pertama kawasan wisata di Janta Bekaa, Jumat (19/8), Sayid Nasrallah mengatakan penanganan kasus perairan dan ladang gas yang disengketakan dengan rezim Israel tidak boleh dikaitkan dengan kesepakatan nuklir Iran, dan menekan bahwa Hizbullah akan menuntut hak dan perbatasan Lebanon.
“Ditandatangani atau tidak perjanjian nuklir Iran, jika utusan AS untuk Libanon tidak memberikan apa yang dituntut Libanon maka kami akan melakukan eskalasi. Mata di Libanon harus tertuju pada Karish dan perbatasan Libanon,†tegasnya.
Menurutnya, semua perhatian sekarang tertuju pada mediator AS yang “membuang-buang” waktu yang terbatas, dan beberapa hari mendatang akan menjadi masa “kritis†bagi kekayaan minyak dan demarkasi maritim Lebanon.
Surat kabar Lebanon Al-Akhbar di hari yang sama melaporkan bahwa Israel sudah menyerah pada tuntutan maritim Lebanon, sementara media Israel memberitakan bahwa seorang pejabat Israel akan berkunjung ke AS untuk membahas masalah ini dengan harapan dapat mencapai kesepakatan.
Pada pertengahan Juli, Nasrallah juga telah memperingatkan ihwal operasi pengeboran minyak dan gas yang dilakukan Israel di wilayah yang disengketakan.
“Tidak akan ada ruang untuk ekstraksi minyak dan gas di seluruh kawasan ini jika Lebanon tidak mendapatkan haknya,†ujarnya.
Kemudian, pada 9 Agustus lalu, Nasrallah memperingatkan bahwa “tangan yang lancang terhadap kekayaan Lebanon akan dipotong sebagaimana ketika (Israel) menjamah tanah Lebanon. Dalam beberapa hari mendatang, kami menunggu jawaban musuh untuk tuntutan Lebanon mengenai demarkasi perbatasan”.
Perbatasan maritim antara Lebanon dan Israel berada di Laut Mediterania yang membentang sekitar 860 kilometer persegi dan mencakup Blok No. 9 yang kaya migas. Israel sangat bergantung pada gas dan telah lama mengembangkan deposit gas lepas pantai di Laut Mediterania. (raialyoum)
Panglima IRGC Ungkap Titik Kelemahan Israel
Panglima Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Mayjen Hossein Salami, mengungkap titik kelemahan Israel dan memastikan tak ada tempat aman bagi rezim Zionis ini dalam konfrontasi dengan para pejuang Palestina.
“Tidak ada batasan yang aman kapanpun bagi Rezim Zionis dari tembakan Palestina,†kata Salami dalam sebuah wawancara, Jumat (19/8).
Dia menjelaskan, “Melalui logika keamanannya, Rezim Zionis telah membuat batasan tak tertembus, tapi meski ada isolasi dan blokade yang sangat kompleks, senjata diproduksi dan didistribusikan di Palestina.â€
Salami menambahkan,”Strategi resistensi adalah untuk mencekik entitas Zionis dalam strateginya sendiri, yaitu untuk membuktikan kepada Zionis bahwa mereka bahkan tidak memiliki kemampuan untuk terus berperang bahkan melawan satu faksi resistensi.”
Salami menambahkan, “Sejak awal tahun hingga hari ini, sejumlah Zionis tewas dalam operasi faksi perlawanan di wilayah pendudukan, dan ini hanya dapat dibandingkan dengan Perang Pedang al-Quds pada tahun lalu.”
Dia kemudian menyebutkan nama Hizbullah dengan mengatakan, “Ketika Anda menambahkan Hizbullah Lebanon ke perimbangan ini, Anda akan mengetahui bahwa ratusan ribu rudal telah dijajar terhadap Rezim Zionis.â€
Jenderal Salami juga menyebutkan, “Titik utama kerugian Israel adalah pertempuran darat, tapi pertempuran rudal bukanlah titik utama pertempuran.”
Pada 6 Agustus lalu Salami menegaskan, “Israel akan membayar mahal sebagai akibat dari kejahatan terbarunya di Gaza.”
Dalam pertemuannya dengan Sekjen Jihad Islam Palestina, Ziyad al-Nakhala, Salami mengatakan, “Data saat ini menunjukkan runtuhnya Zionis dari dalam, dan perlawanan Palestina mungkin tidak memerlukan perang bahkan untuk menghapus entitas Zionis. â€
Dia menambahkan “Kekuatan kubu Palestina telah tumbuh, sekarang mereka memiliki kemampuan ganda yang memungkinkannya untuk mengelola perang besar.†(alalam/raialyoum)
Soal Nuklir, Iran Nyatakan Pantang Mundur di Depan Intimidasi Barat
Republik Islam Iran tidak akan mundur di depan intimidasi negara-negara Barat terkait dengan perjanjian nuklir.
Hal itu dinyatakan oleh Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagheri Ghalibaf, Jumat (19/8), sebagai peringatan terhadap negara-negara Barat yang terlibat dalam pembicaraan mengenai perjanjian nuklir 2015 yang lazim disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersam (JCPOA).
“Jika Barat tidak ingin menerapkan JCPOA dengan intimidasi, kami tidak akan membiarkan mereka membuat tuntutan yang berlebihan,” tulis Ghalibaf di akun Twitter-nya.
Dia menambahkan, “Kami telah menunjukkan bahwa jika mereka mematuhi kerangka kerja JCPOA, kami akan bertindak dengan cara yang sama.â€
Dia juga menyatakan, “Kami berharap pihak barat akan menyerah pada tuntutan bangsa Iran dalam negosiasi.”
Dalam putaran terbaru pembicaraan Wina pada awal Agustus setelah jeda lima bulan, Uni Eropa mengajukan “teks akhir” draft keputusan tentang pemulihan kesepakatan nuklir Iran dengan sejumlah negara terkemuka dunia tersebut.
Iran lantas mengirim tanggapannya ke UE dan sekarang sedang menunggu tanggapan AS terhadap proposalnya untuk mencapai kesepakatan akhir. (mna)
Tragis, Pria Palestina Gugur Ditembak Pasukan Zionis Jelang Pernikahan Putrinya
Seorang pria Palestina menderita luka ditembak pasukan Zionis Israel di kota Tubas, Tepi Barat utara, dan gugur seminggu menjelang acara pernikahan putrinya.
Kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan pria bernama Salah Tawfiq Sawafta, 58 tahun, itu ditembak di bagian kepala ketika berjalan keluar dari sebuah masjid di dekat rumahnya di Tubas usai menunaikan shalat subuh, Jumat (19/8).
Kementerian kesehatan Palestina dalam sebuah pernyataan pers menyebutkan bahwa Sawafta menderita luka kritis di kepala dan kemudian gugur syahid di rumah sakit.
Sebuah rekaman video memperlihatkan Sawafta yang tidak bersenjata mencoba memasuki toko sebelum ditembak.
Dilaporkan bahwa Sawafta telah menyebar undangan pernikahan putrinya, yang dijadwalkan akan diadakan pada minggu depan.
Media Palestina juga melaporkan seorang pria tak dikenal lainnya menderita luka di kakinya akibat tembakan peluru tajam Israel.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengutuk pembunuhan Sawafta, dan mengatakan rezim Israel akan terus melancarkan aksi teror selama khalayak dunia masih menerapkan standar ganda terhadap kejahatan Israel.
Senada dengan ini, Gubernur Tubas dan Lembah Yordan Utara, Younis al-Asi, mengatakan, “Rezim Pendudukan Israel berusaha mencapai proses perdamaian melalui serangan berulang terhadap rakyat kami dan pembunuhan warga setiap hari, tanpa dimintai pertanggungjawaban oleh masyarakat internasional.â€
Menurut kementerian kesehatan Palestina, sejak awal tahun ini Rezim Zionis telah merenggut nyawa 134 warga Palestina, termasuk 49 warga Palestina, 17 di antaranya anak kecil, yang gugur dalam serangan selama tiga hari ke di Jalur Gaza beberapa waktu lalu. (presstv)