Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 2 April 2022

Jakarta, ICMES. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan bahwa kelompok Ansarullah (Houthi) dan pasukan loyalis presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi, yang didukung oleh koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah menyetujui gencatan senjata untuk jangka waktu dua bulan.

Menteri Luar Negeri Yaman kubu presiden pelarian Mansour Hadi, Ahmed Awad bin Mubarak, yang didukung koalisi pimpinan Saudi, Jumat (1/4), menyebutkan rincian pengaturan telah dibuat terkait dengan gencatan senjata yang telah disepakati.

Satu pemuda Palestina gugur dan lebih dari 130 lainnya menderita diserang pasukan Zionis Israel.

Berita Selengkapnya:

PBB: Pihak-Pihak yang Bertikai di Yaman Setujui Gencata Senjata Dua Bulan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengumumkan bahwa kelompok Ansarullah (Houthi) dan pasukan loyalis presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi, yang didukung oleh koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah menyetujui gencatan senjata untuk jangka waktu dua bulan.

“Pihak-pihak yang berkonflik telah menanggapi positif usulan PBB untuk menyatakan gencatan senjata dua bulan yang akan mulai berlaku besok (Sabtu) 2 April pukul 19.00 waktu Yaman,” ungkap Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, dalam sebuah pernyataan, Jumat (1/4).

Dia menyebutkan “gencatan senjata itu layak untuk diperpanjang setelah jangka waktu dua bulan dengan persetujuan semua pihak yang bertikai”.

Sekjen PBB Antonio Guterres menyambut baik pengumuman gencatan senjata dua bulan yang disepakati oleh kedua pihak dalam konflik di Yaman, dan mengharapkannya memungkinkan proses politik untuk perdamaian yang permanen di negara ini.

“Hari ini harus menjadi awal dari masa depan yang lebih baik bagi rakyat Yaman,” katanya.

Guterres memperingatkan bahwa perjanjian semacam itu selalu rapu, sehingga “sekarang, kita harus memanfaatkan momentum ini untuk memastikan bahwa gencatan senjata ini sepenuhnya dihormati dan diperbarui, dan dengan pembaruan ini, proses politik yang sebenarnya diluncurkan di Yaman.”

Dia juga mengungkapkan harapan bahwa perjanjian gencatan senjata di Yaman akan menginspirasi kesepakatan damai lainnya.

“Saya pikir ini menunjukkan bahwa bahkan ketika segala sesuatunya tampak tidak mungkin, ketika ada keinginan untuk berkompromi, perdamaian menjadi mungkin…. Dan saya berharap bahwa perjanjian ini akan menginspirasi orang lain, di Ukraina dan bagian lain dunia, untuk memastikan bahwa kita mengatasi konflik dramatis yang merusak kesejahteraan begitu banyak orang di seluruh dunia,” paparnya.

Presiden AS Joe Biden menyambut baik gencatan senjata itu sembari menyebutnya “tidak cukup”, menurut pernyataan Gedung Putih.

Dia menjelaskan, “Saya menyambut baik pengumuman hari ini tentang gencatan senjata dua bulan dalam konflik Yaman. Inisiatif ini telah lama ditunggu oleh rakyat Yaman, dan meliputi penghentian semua kegiatan militer pihak mana pun di dalam Yaman dan di luar perbatasannya, masuknya kapal bahan bakar ke pelabuhan Hodeidah, serta pembaruan penerbangan komersial dari Sanaa dan ke tujuan-tujuan yang disepakati.”

Dia menambahkan, “Ini merupakan langkah penting, tapi itu tidak cukup. Gencatan senjata harus dipatuhi, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, penting bagi kita untuk mengakhiri perang ini. Setelah tujuh tahun konflik, para perunding harus melakukan pekerjaan yang serius dan perlu untuk mencapai penyelesaian politik yang dapat membawa masa depan perdamaian permanen bagi semua orang Yaman.”

Seperti diketahui, invasi militer Saudi dan sekutunya terhadap Yaman dengan dalih berusaha memulihkan pemerintahan Mansour Hadi telah berlangsung tujuh tahun. Selama itu koalisi militer Saudi mendapat dukungan senjata, logistik dan politik secara kontinyu dari pihak AS.

Namun demikian, invasi yang menyebabkan kematian ratusan ribu orang Yaman dan membuat negara ini menjadi kantung krisis kemanusiaan terburuk di dunia gagal mencapai tujuannya. (un/xinhua/alalam/presstv)

Gencatan Senjata Yaman, Kubu Saudi Jelaskan Pelonggaran Blokade

Menteri Luar Negeri Yaman kubu presiden pelarian Mansour Hadi, Ahmed Awad bin Mubarak, yang didukung koalisi pimpinan Saudi, Jumat (1/4), menyebutkan rincian pengaturan telah dibuat terkait dengan gencatan senjata yang telah disepakati.

Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook mengenai kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui,  Ben Mubarak menyebutkan; “Ini sejalan dengan sikap tegas pemerintah Yaman (pemerintah terguling Mansour Hadi) dalam mendukung setiap upaya untuk meringankan penderitaan orang dan menunjang suasana positif untuk perundingan Yaman-Yaman di Riyadh serta prakarsa-prakarsa  regional dan internasional untuk pengadaan gencatan senjata pada kesempatan bulan suci Ramadhan.”

Dia menambahkan bahwa Mansour Hadi sendiri telah memerintahkan supaya dilakukan semua pengaturan yang diperlukan untuk pembebasan semua tahanan, pembukaan bandara Sanaa, pencabutan panahanan semua kapal minyak di pelabuhan Hodaidah, pembukaan pintu-pintu masuk perbatasan di kota Taiz yang diblokade, dan segala yang sesuatu yang diperlukan untuk mengurangi penderitaan rakyat Yaman.

Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman di Sanaa telah memberi koalisi Saudi tenggat waktu tiga hari untuk mengakhiri agresi dan blokade terhadap Yaman. Tenggat waktu itu berakhir pada Rabu malam lalu.

Koalisi militer pimpinan Saudi pada Selasa malam lalu mengumumkan bahwa mereka telah menangguhkan operasi militer di Yaman. Mereka mengklaim keputusan itu diambil untuk merespon seruan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk menciptakan suasana yang mendukung perundingan damai di Riyadh, terutama menjelang bulan suci Ramadhan.

Namun, alasan sebenarnya bisa jadi adalah adanya ancaman kubu Sanaa untuk memulai lagi serangan ke Saudi jika Saudi dan sekutunya setidaknya masih terus memblokade Yaman. (mm/fna)

Pasukan Israel Bunuh Satu Pemuda Palestina dan Lukai 130 Lainnya di Tepi Barat

Satu pemuda Palestina gugur dan lebih dari 130 lainnya menderita diserang pasukan Zionis Israel, Jumat (1/4).

Sumber-sumber lokal yang dikutip kantor berita resmi Palestina Wafa menyebutkan bahwa pemuda Palestina Ahmad Younis al-Atrash, 29 tahun,  ditembak mati oleh pasukan Israel dalam bentrokan di pusat kota al-Khalil (Hebron), tepi Barat.

Wafa melaporkan, “Dia berpartisipasi dalam protes mingguan terhadap penjajahan Israel ketika dia ditembak dan terluka parah oleh tentara Israel. Al-Atrash dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk perawatan medis, di mana dia meninggal karena lukanya.”

Kantor berita Maan menyebutkan al-Atrash ditembak di bagian dada oleh penembak jitu Zionis yang dikerahkan di daerah dekat Jalan al-Shalala dan Jalan al-Shuhada di pusat kota al-Khalil.

Ayah Younis al-Atrash berkata, “Allah memuliakan kami dengan kesyahidannya, dan dia bergabung dengan pamannya, Syahid Akram, dan para sahabat syahid kami yang lain.”

Al-Atrash dilaporkan pernah mendekam di penjara Israel selama enam tahun sebagai tahanan politik.

Dalam kerusuhan di Al-Khalil itu puluhan pengunjuk rasa Palestina juga menderita sesak napas akibat menghirup gas air mata ketika bentrokan hebat meletus antara pemuda dan pasukan Zionis di dekat Jalan al-Shuhada.

Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa massa pemuda Palestina melemparkan batu ke pasukan Israel, yang membalasnya dengan peluru tajam dan gas air mata hingga menyebabkan lebih dari 130 pemuda terluka.

Menanggapi gugurnya Al-Atrash, faksi Jihad Islam Palestina justru menyerukan peningkatan aksi-aksi resistensi dengan semua bentuknya, termasuk dengan mengangkat senjata “demi mencegah pihak pendudukan dan warga pemukim (Zionis) membunuhi kita dan menghalalkan darah kita di semua tempat di tanah kita”.

Secara terpisah, tiga orang warga Palestina juga cedera di hari yang sama setelah pasukan Israel menyerang massa pengunjuk rasa anti-pendudukan di desa Qaryut di provinsi Nablus, dan desa Bil’in di provinsi Ramallah, Tepi Barat.

Gelora resistensi bangsa Palestina belakangan ini meningkat di semua bagian wilayah mereka sebagai reaksi atas berlanjutnya kejahatan Rezim Zionis berupa judaisasi Quds, penghancuran rumah, perampasan tanah serta penganiayaan dan penangkapan orang-orang Palestina.

Tak kurang dari 10 operasi serangan telah dilakukan oleh orang-orang Palestina selama bulan Maret hingga menewaskan 11 orang Israel tewas dan melukai 17 lainnya. (presstv/raialyoum)