Jakarta, ICMES: Ketua Liga Arab Ahmed Abul Gheit menyatakan bahwa negara-negara anggota Liga Arab belum mencapai konsensus mengenai kembalinya Suriah ke organisasi yang beranggotakan 22 negara Arab ini.
Pasukan relawan Irak membunuh satu anggota kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan melukai 35 teroris ISIS lainnya di wilayah Suriah.
11 orang tewas dan 10 lainnya luka-luka akibat ledakan di gudang amunisi yang dikendalikan oleh kelompok teroris Hay’at Tahrir al-Sham alias Jabhat al-Nusra di kota Idlib, Suriah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB memiliki kapasitas untuk menyelidiki kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Berita selengkapnya:
Lebanon Serukan Kembalinya Suriah Ke Liga Arab, Aboul Gheit Nyatakan Belum Ada Konsensus
Ketua Liga Arab Ahmed Abul Gheit menyatakan bahwa negara-negara anggota Liga Arab belum mencapai konsensus mengenai kembalinya Suriah ke organisasi yang beranggotakan 22 negara Arab ini.
“Ketika ada konsensus Arab, dan ketika kami yakin tidak ada keberatan dari satu sisi atau sisi lain, itu akan sesederhana menempatkannya dalam agenda pertemuan (para menteri luar negeri Arab),” katanya pada konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Lebanon, Jebran Bassil, di Beirut, ibu kota Lebanon, Jumat (18/1/2019).
Konferensi pers ini diadakan sebagai bagian dari KTT Pembangunan Ekonomi dan Sosial Arab yang diselenggarakan di Beirut.
Selumnya di hari yang sama Bassil menyerukan pembalian Suriah ke Liga Arab setelah lebih dari tujuh tahun keanggotaan Damaskus di organisasi negara-negara Arab ini dibekukan menyusul krisis yang melanda Suriah.
Selain itu, beberapa jam sebelum pernyataan Aboul Gheit Asisten Ketua Liga Arab Houssam Zaki mengatakan kepada wartawan bahwa “kembalinya Suriah tidak bisa dihindari,” dan ini menunjukkan bahwa Suriah tidak pernah diusir dari Liga Arab, dan hanya ditangguhkan keanggotaannya.
Masalah apakah KTT tersebut ini mengundang Suriah atau tidak dan seruan Libanon untuk mengembalikan keanggotaan Suriah di Liga Arab telah menimbulkan kontroversi di Libanon.
Masalah keikutsertaan Libya juga telah membangkitkan protes di lapangan yang ditandai dengan penurunan bendera Libya dari sebuah tiang di dekat tempat pertemuan puncak olehpara pendukung Gerakan Amal Lebanon.
Liga Arab menangguhkan Suriah pada November 2011 dengan dalih banyaknya angka kematian akibat apa yang diklaim oleh sebagian negara anggotanya sebagai “penindasan dan brutalitas” rezim Damaskus terhadap protes anti-pemerintah.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini Pasukan Arab Suriah (SAA) yang loyal kepada Presiden Bashar al-Assad berhasil mengalahkan kubu pemberontak dan teroris yang mengatasnamakan “jihad”, dan karena belakangan ini tampaknya sedang berlangsung upaya pemulihan keanggotaan Suriah di Liga Arab. (naharnet/abc)
1 Anggota ISIS Tewas Dan 35 Lainnya Terluka Digempur Relawan Irak Di Wilayah Suriah
Komandan Operasi Anbar pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Qassem Musleh, menyatakan pihaknya telah membunuh satu anggota kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan melukai 35 teroris ISIS lainnya di wilayah Suriah.
“Berbekal informasi intelijen yang akurat, pasukan artileri al-Hashd al-Shaabi berhasil melakukan serangan yang tepat terhadap sekelompok anggota ISIS yang berencana menyerang satuan kami di daerah al-Susah di wilayah Suriah,” kata Musleh.
Dia menambahkan, “Dalam operasi pre-emptive ini 1 teroris tewas dan 35 teroris lainnya terluka.”
Musleh juga mengatakan, “Situasi keamanan terkendali sepenuhnya dan pasukan al-Hashd al-Shaabi sedang memantau pergerakan musuh di wilayah Suriah.
Dilaporkan bahwa pasukan keamanan Irak dan al-Hashd al-Shaabi serta pesawat-pesawat tempur Irak melakukan operasi di dalam wilayah Suriah dengan tujuan menggempur konsentrasi dan markas ISIS hingga menyebabkan kawanan teroris ganas itu menderita kerugian besar. (alalam/rt)
Gudang Amunisi Meledak Di Idlib, 11 Orang Tewas, Termasuk 7 Teroris al-Nusra
11 orang tewas dan 10 lainnya luka-luka akibat ledakan di gudang amunisi yang dikendalikan oleh kelompok teroris Hay’at Tahrir al-Sham alias Jabhat al-Nusra di kota Idlib, Suriah barat laut, Jumat (18/1/2019).
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan bahwa peledakan bom telah menyasar gudang milik Jabhat al-Nusra, dan menewaskan tujuh anggota organisasi teroris ini, serta melukai 10 lainnya, sementara empat korban tewas lainnya tidak atau belum diketahui identitasnya.
Dia menambahkan bahwa jumlah korban tewas berkemungkinan meningkat, karena ” beberapa korban luka berada dalam kondisi kritis.”
SOHR juga menyebutkan bahwa menurut informasi awal, peledakan itu dilakukan dengan menggunakan bom mobil.
Pekan lalu, Jabhat al-Nusra secara operasional telah menguasai seluruh wilayah provinsi Idlib serta daerah-daerah yang berdekatan di provinsi Aleppo, Hama dan Lattakia.
Jabhat al-Nusra beranggotakan sekira 25.000 militan yang sebagian di antaranya warga negara asing, terutama negara-negara Arab semisal Arab Saudi, Yordania, Tunisia, dan Mesir. Namun, kelompok teroris ISIS masih mempertahankan pengaruhnya di wilayah tersebut.
Direktur SOHR Rami Abdul Rahman menyatakan bahwa besar kemungkinan serangan itu dilakukan oleh ISIS sebagai pembalasan atas eksekusi empat anggota ISIS oleh Jabhat al-Nusra pada Kamis lalu. (raialyoum)
Sekjen PBB: Tersedia Instrumen Untuk Penyeledikan Kasus Pembunuhan Khashoggi
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB memiliki kapasitas untuk menyelidiki kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
“Dewan HAM berkemungkinan mengambil keputusan terkait dengan peluncuran berbagai bentuk interaksi,” kata Guterres pada konferensi pers di markas PBB di New York, Amerika Serikat, Jumat (18/1/2019).
Dia menjelaskan, “Ada banyak instrumen yang dapat digunakan Dewan HM, diminta oleh negara-negara anggota, dan saya tidak dalam posisi untuk mendorong negara-negara anggota. Saya mengatakan instrumen-instrumen ini tersedia.”
Kepala Dewan HAM PBB Michele Bachelet pada Desember lalu mengatakan bahwa pembunuhan Khashoggi pantas diselidiki secara internasional, namun PBB tidak memiliki yurisdiksi untuk melakukannya.
Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang bekerja sebagai kontributor The Washington Post, hilang setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Setelah memberikan berbagai penjelasan yang kontradiktif, rezim Riyadh akhirnya mengakui bahwa dia terbunuh di dalam gedung Konsulat, dan menyebutnya sebagai kesalahan yang terletak pada kegagalan cara pelaksanaan misi.
Saudi melakukan penyelidikan dan persidangan atas kasus ini, namun PBB menilai penyelidikan yang ada belum memadai.
Sekjen PBB mengaku tidak memiliki kekuatan untuk memulai penyelidikan atas kasus ini.
“Saya tidak punya hak untuk memulai penyelidikan, ada kebingungan besar tentang apa yang tidak bisa dilakukan oleh Sekjen… Saya sendiri tidak memiliki hak untuk memulai penyelidikan kriminal dan tidak ada penyelidikan kriminal formal yang diminta kepada saya oleh negara anggota mana pun ,” pungkas Guterres. (anadolu)