Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 12 November 2022

Jakarta, ICMES. Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan tak perlu berharap kepada AS, baik dari kalangan Demokrat maupun Republik, untuk persoalan Palestina, Lebanon dan lain-lain, karena kedua partai di AS itu sama-sama mendukung kejahatan Rezim Zionis Israel.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian menyebut sejumlah negara Barat berusaha menebar kekerasan di Iran dengan melatih para perusuh membuat senjata dan bom molotov dalam unjuk rasa.

Komandan Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, Brigejn Amir Ali Hajizadeh, menyatakan bahwa rudal hipersonik terbaru buatan negara ini akan dipamerkan.

Berita Selengkapnya:

Sayid Nasrallah: Demokrat maupun Republik di AS Sama Kejinya bagi Timteng

Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan tak perlu berharap kepada AS, baik dari kalangan Demokrat maupun Republik, untuk persoalan Palestina, Lebanon dan lain-lain, karena kedua partai di AS itu sama-sama mendukung kejahatan Rezim Zionis Israel.

“Pemerintah Republik maupun Demokrat sama-sama telah melancarkan perang dan invasi,” tegasnya dalam pidato pada peringatan Hari Syuhada di Lebanon, Jumat (11/11), ketika menyinggung pemilu paruh waktu AS.

Dia menambahkan, “Demokrat dan Republik selalu mendukung kejahatan dan pembantaian Israel terhadap rakyat Palestina. Tujuan semua pemerintahan AS serupa, hanya taktik mereka yang berbeda.”

Sayid Nasrallah menilai bahwa pihak pertama yang bertanggung jawab atas kelangsungan rezim Zionis di Timteng tersebut adalah pemerintahan AS.

“Kita harus mengandalkan kekuatan kita sendiri dan teman-teman kita daripada menggantungkan harapan pada orang Amerika,” ujarnya.

Dia menyerukan kepada orang-orang Lebanon untuk tidak menyerah pada “kutukan AS,” yang bermaksud melindungi Israel.

Mengenai perjanjian demarkasi antara Lebanon dan Israel, Sayid Nasrallah mengatakan, “Washington tidak menyimpulkan perjanjian demarkasi perbatasan maritim demi Lebanon, melainkan demi menyelamatkan kawasan dari perang karena prioritasnya sekarang adalah Ukraina, Rusia, dan energi.”

Mengenai pemilu di Israel yang berujung naiknya sayap kanan, Sekjen Hizbullah berkomentar, “Tidak masalah bagi kita siapa yang memenangkan pemilihan Israel, mereka semua sama-sama terburuk, dan mereka semua adalah penindas.”

Dia menjelaskan bahwa semua pemerintah Israel sejak masa Ben-Gurion sampai sekarang sama saja, dan segalanya tidak akan berubah meskipun koalisi sayap kanan menang.

Dia juga menyebutkan pemilu itu mempengaruhi konflik internal di dalam rezim Zionis dan akan memperburuk perpecahan Zionis serta  â€œmempercepat” keruntuhan Israel.

Sayid Nasrallah memastikan bahwa Netanyahu yang menang dalam pemilu Israel tidak akan dapat mencabut kesepakatan maritim dengan Lebanon.

Netanyahu yang pernah menjabat sebagai perdana menteri dari 2009 hingga 2021 telah memenangi pemilu baru-baru ini meskipun terjerat tuduhan korupsi dan penyalah gunaan jabatan.

Netanyahu dan sekutu sayap kanannya ditengara akan membentuk pemerintahan yang tergolong paling ekstrem dalam sejarah Israel. (almayadeen)

Teheran Tuduh Barat Melatih Para Perusuh di Iran

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian menyebut sejumlah negara Barat berusaha menebar kekerasan di Iran dengan melatih para perusuh membuat senjata dan bom molotov dalam unjuk rasa.

“Bertentangan dengan Piagam PBB, sejumlah kecil pemerintah Barat bersembunyi di balik slogan-slogan damai mendorong kekerasan dan mengajari (massa perusuh) bagaimana membuat senjata dan bom molotov di Iran melalui medsos dan media,” kata Abdollahian.

Dalam percakapan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis malam (10/11), Abdollahian menekankan bahwa tindakan negara-negara Barat itu “menyebabkan keterbunuhan polisi dan kekacauan di Iran, serta membuka jalan bagi aktivitas teroris ISIS.”

Sebanyak 13 orang, termasuk dua anak kecil, terbunuh akibat serangan teror ISIS di sebuah makam suci di Shiraz, Iran selatan, pada 26 Oktober lalu.  

Serangan itu terjadi ketika Iran dilandang gelombang protes menyusul kematian wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, pada 16 September, tiga hari setelah dia tahan oleh polisi untuk menjalani bimbingan moral di Teheran.

Pemerintah Iran menyatakan musuh-musuh Iran bermain di balik gelombang kerusuhan berkedok protes atas kematian Amini, yang diisukan meninggal akibat dianiaya, namun bukti-bukti medis membuktikan penyebab kematiannya adalah penyakit yang sudah lama diidapnya.  

Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Mayjen Hussein Salami menegaskan bahwa musuh tidak akan mengenal perdamaian.  

“Selama beberapa hari, mereka merasa takut dan mengirim pesan ke berbagai negara kepada kami meminta kami untuk tidak menyerang mereka,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Kajian Strategi Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Ahmad Reza Pourdastan, mengatakan bahwa AS tidak memiliki keberanian untuk menyerang Iran, dan upayanya untuk memprovokasi perselisihan di Iran adalah karena ketakutannya terhadap sains dan kekuatan militer Iran serta kehadiran dan kewaspadaan rakyat Iran.

“Semua musuh bersatu dalam hasutan belakangan ini di Iran, meski mereka berbeda pendapat (dalam berbagai persoalan lain),” ujarnya.

Dia mengingatkan bahwa Iran tetap solid meski AS sudah lebih dari 40 tahun mengembargo Iran.

“ Republik Islam berdiri teguh laksana gunung meskipun mendapat segala ancaman, sanksi dan hasutan, dan telah mengatasi krisis berkat kepemimpinan yang bijaksana Pemimpin Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei,” ujarnya. (alalam)

Jenderal Hajizadeh: Iran akan Pamerkan Rudal Hipersonik Terbaru Buatannya

Komandan Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, Brigejn Amir Ali Hajizadeh, menyatakan bahwa rudal hipersonik terbaru buatan negara ini akan dipamerkan.

Dalam wawancara dengan kantor berita Tasnim, Jumat (11/11), mengenai rudal IRGC yang diumumkan pada Kamis lalu tersebut, Hajizadeh mengatakan, “Rudal hipersonik ini akan diluncurkan di masa mendatang  pada waktu yang tepat.”

Seperti diketahui, Brigjen Amir-Ali Hajizadeh Kamis lalu menyatakan negara ini telah membuat rudal hipersonik baru.

“Rudal ini memiliki kecepatan yang amat dan sangat tinggi serta memiliki kemampuan manuver di dalam maupun di luar atmosfir Bumi,” katanya kepada wartawan di sela-sela acara peringatan gugurnya Syahid Tehrani Moghaddam, bapak industri rudal Iran.

Dia juga menyebutkan bahwa rudal baru dapat menerobos semua sistem pertahanan udara yang ada saat ini di dunia.

“Rudal baru Republik Islam Iran ini menerobos semua itu, dan saya kira sampai puluhan tahun lagi tidak akan ditemukan teknologi yang dapat menghadapi rudal ini,” tuturnya.

Pernyataan ini segera ditanggapi oleh Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dengan mengatakan bahwa pembuatan rudal balistik hipersonik Iran memperburuk “kekhawatiran” internasional terhadap Iran.

“Pengumuman ini memperburuk ketakutan dan menarik perhatian pada isu nuklir Iran. Pasti ada pengaruhnya,” katanya.

Para ahli dan teknisi militer Iran dalam beberapa tahun terakhir telah menghasilkan kemajuan besar dalam pembuatan beragam alutsista, dan membuat pasukan negara republik Islam ini mandiri di bidang alutsista.

Para pejabat Iran telah berulang kali menegaskan pihaknya  tidak akan ragu untuk terus memperkuat kemampuan militernya, termasuk kekuatan misil, tanpa bisa dinegosiasikan, dengan alasan bahwa  semua itu semata demi pertahanan. (tasnim)