Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 11 Mei 2019

armada kapal perang iranJakarta, ICMES: Laman Global Firepower memuat tujuh informasi tentang armada kapal perang Iran yang dicatatnya  terbesar keempat di dunia.

Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat urusan Timur Dekat Timothy Linder King mengatakan bahwa AS dan negara-negara sekutunya di kawasan Teluk Persia siap menghadapi Iran jika keadaan menuntut demikian.

Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam memastikan AS tidak akan berani melakukan tindakan militer terhadap Iran, dan Iranpun tidak akan mengadakan pembicaraan dengan AS.

Juru bicara kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman mengecam keras tindakan Perancis memasok senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang menggunakannya dalam invasi militer ke Yaman.

Berita selengkapnya:

Global Firepower: Armada Kapal Perang Iran Keempat Terbesar Di Dunia

Laman Global Firepower memuat tujuh informasi tentang armada kapal perang Iran yang dicatatnya  terbesar keempat di dunia.

Disebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) sedang berada dalam perjalanan menuju konfrontasi dengan Iran di tengah eskalasi di mana kedua pihak berusaha saling  memamerkan kekuatan militer masing-masing, sementara kawasan Teluk Persia, terutama Selat Hormuz, merupakan titik panas dan lokasi yang berkemungkinan menjadi ajang konfrontasi antara kedua negara.

Global Firepower menambahkan bahwa dari segi jumlah AS memiliki armada kapal perang terbesar ketiga di dunia, sementara armada kapal perang Iran ada di peringkat berikutnya.

Laman ini kemudian memuat tujuh informasi AS tentang armada kapal perang Iran, sesuai statistik pada tahun 2019, sebagai berikut;

  1. Armada Iran menempati peringkat keempat di antara armada militer terbesar di dunia.
  2. Armada Iran berjumlah 398 unit kapal perang.
  3. Iran memiliki 6 kapal fregat dan 3 kapal korvet.
  4. Tentara Iran memiliki sejumlah besar kapal selam hingga 34 unit kapal selam.
  5. Armada Iran memiliki 3 kapal penyapu ranjau dan 88 kapal patroli.
  6. Tentara Iran mengandalkan perahu cepat sebagai bagian dari strategi khusus untuk menyerang unit-unit militer besar seperti kapal induk.
  7. Iran juga mengandalkan penggunaan kapal selam yang mampu beroperasi di perairan dangkal dan memiliki tiga pelabuhan utama di pantai yang panjangnya lebih dari 2.400 km. (sputnik)

4 Pesawat Pembom B-52H Tiba Di Qatar, AS Nyatakan Siap Hadapi Iran

Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) urusan Timur Dekat Timothy Linder King mengatakan bahwa AS dan negara-negara sekutunya di kawasan Teluk Persia siap menghadapi Iran jika keadaan menuntut demikian.

“Kami telah berlatih dengan para sekutu, bekerja dengan mereka, membekali mereka selama bertahun-tahun, dan banyak di antara negara-negara ini telah berpartisipasi dengan kami dalam perang di Afghanistan, Irak, dan di tempat lain, dan tentu saja mereka akan siap jika kami tiba di sana,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi, sebagaimana dikutip Rai al-Youm, Jumat (10/5/2019).

Linder King menekankan bahwa pamer kekuatan AS dengan pengerahan kapal induk USS Abraham Lincoln sangat penting, dan menyerukan kepada musuh AS agar berhati-hati.

Kementerian Pertahanan AS Pentagon Kamis lalu (9/5/2019) mengumumkan tibanya empat pesawat pembom strategis “B-52H” di pangkalan udara di Qatar, sementara sekelompok kapal perang  yang dipimpin oleh kapal induk USS Abraham Lincoln tiba di Terusan Suez dalam perjalanan menuju Teluk Persia, “setelah menerima” indikasi adanya ancaman nyata oleh rezim Iran. ”

Linder King mengklaim ada ancaman Iran untuk menggunakan proksinya di Yaman untuk menembakkan rudal ke Arab Saudi dan UEA, serta serangan terhadap kapal-kapal di Teluk Persia.

“Kami melihat kemampuan dan kemauan Iran dan para sekutunya untuk melakukan tindakan ini dan ini adalah ancaman dan mengacaukan kawasan, jadi kami ingin mereka menghentikan provokasi ini ,” ujarnya.

Dia menyebutkan bahwa pengiriman pasukan ofensif  AS itu bertujuan memberi pesan kepada Iran dan negara-negara sekutu AS di Teluk Persia bahwa “AS tidak akan mundur.”

Linder King menambahkan, “Ini bertujuan bukan untuk mencapai konfrontasi militer, (melainkan) kami ingin memastikan bahwa Iran mengurangi eskalasi dan menghentikan tindakan-tindakan  itu di kawasan.”

AS Tak Berani Serang Iran

Wakil komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Urusan Politik Brigjen Yadollah Javani menegaskan bahwa AS tidak akan berani melakukan tindakan militer terhadap Iran, dan Iranpun tidak akan mengadakan pembicaraan dengan AS.

Sebagaimana dilansir kantor berita Fars, Jumat (10/9/2019), Javani mengatakan bahwa Trump mengembargo Iran dengan tujuan mengacaukan situasi internal Iran dan kemudian memaksa negara republik Islam ini duduk di meja perundingan dengan AS, namun hal ini ternyata tidak terjadi.

Dia menambahkan bahwa AS telah mencapai suatu kesimpulan yang membuatnya merasa harus  meningkatkan sanksi terhadap Iran, dan dari sini AS memasukkan IRGC ke dalam daftar terorisme dan mengirim kapal induk ke kawasan Teluk seolah mengisyaratkan kemungkinan akan mengambil tindakan militer serta  “menakut-nakuti rakyat dan para pejabat Iran demi memaksa mereka bernegosiasi, sebagaimana  apa yang dinyatakan Presiden AS Donald Trump dalam pernyataan terbarunya yang menyerukan kepada para pejabat Iran agar bersedia menghubunginya dan duduk di meja perundingan.”

“AS mulai mengalami sebentuk depresi dan kegugupan akibat ketidak berdayaannya sehingga mereka menggunakan semua fasilitasnya untuk mematahkan perlawanan bangsa Iran,” katanya.

Donald Trump Kamis lalu (9/5/2019) menyatakan terbuka kemungkinan dirinya melakukan dialog dengan petinggi Iran.

“Apa yang ingin saya lihat dari Iran ialah saya ingin mereka melakukan panggilan telepon kepada saya. Secara finansial, mereka memiliki potensi besar, ” tuturnya kepada wartawan di Gedung Putih.

Trump juga menyebutkan bahwa mantan menteri luar negeri AS John Kerry pernah meminta Iran tidak melakukan komunikasi telepon dengan Trump terkait masalah sanksi baru. Namun, Trump mengaku mengabaikan hal itu.

“Tapi mereka harus menelepon. Jika mereka melakukannya, kita terbuka untuk berbicara dengan mereka,” lanjut Trump. Dia kemudian mengklaim bahwa AS dapat “membantu memulihkan kondisi Iran.”

Trump membuat pernyataan demikian pada saat terjadi ketegangan yang intensif antara negaranya dan Iran terkait sanksi yang dikenakan oleh Washington terhadap Teheran setelah Trump mengumumkan penarikan dari perjanjian nuklir.

AS juga memperketat tekanan pada Teheran dengan menjatuhkan sanksi baru pada sektor pertambangan Iran pada hari Rabu lalu. (raialyoum/afp)

Ansarullah Minta Prancis Berhenti Jual Senjata Ke Arab Saudi

Juru bicara kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman mengecam keras tindakan Perancis memasok senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) yang menggunakannya dalam invasi militer ke Yaman.

“Kebersikerasan Presiden Prancis (Emmanuel Macron) menjual senjata ke Arab Saudi dengan dalih bahwa semua itu tidak akan digunakan terhadap warga sipil (Yaman) adalah kemunafikan yang jelas untuk berkelit dari kejahatan,” ungkap saluran TV al-Masirah, mengutip pernyataan juru bicara dan ketua delegasi perunding Ansarullah Mohammed Abdul  Salam di halaman Twitter resminya, Jumat (10/5/2019).

Abdul  Salam mendesak Prancis dan negara-negara lain berhenti menjual senjata ke Arab Saudi dan UEA, yang telah terlibat dalam agresi militer kejam terhadap Yaman selama lebih dari empat tahun.

“Tindakan ini merupakan upaya Prancis menghindari tanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Yaman,” tudingnya.

Sementara itu, kapal kargo Saudi “Bahri Yanbu” yang diduga akan memuat pasokan senjata kontroversial Prancis dari pelabuhan Le Havre di wilayah Normandia,  Prancis,  belum sempat merapat  di sana dan menyingkir tanpa memuat senjata itu.

Menurut data pelacakan kapal dan komentar dari pejabat Prancis setempat kepada  Reuters, Bahri Yanbu kini berlayar menuju Santander di Spanyol.

Kamis lalu dua kelompok peduli HAM Perancis berusaha untuk memblokir pemuatan senjata ke kapal Saudi.

Hal ini terjadi beberapa pekan setelah situs investigasi Disclose menerbitkan bocoran dokumen yang menunjukkan bahwa Arab Saudi menggunakan senjata Prancis, termasuk tank dan sistem rudal yang dipandu laser, terhadap warga sipil dalam perang Yaman.

Macron lantas mengakui bahwa senjata itu memang digunakan dalam perang di Yaman, tapi dia berdalih bahwa senjata itu digunakan hanya di perbatasan Arab Saudi. (presstv)