Jakarta, ICMES. Sebanyak lebih dari 100 orang Suriah dilaporkan tewas akibat keterlibatan mereka dalam perang di wilayah Nagorno-Karabakh yang sudah berjalan lebih dari satu minggu.
Rusia menyatakan bahwa Armenia dan Azerbaijan menghadiri pembicaraan damai di Moskow untuk menyudahi konfrontasi militer yang masih berlangsung di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan.
Pemerintah Mesir membantah pernyataan beberapa media Barat yang menyebut Rezim Zionis Israel sebagai pemenang Perang Oktober 1973.
Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap sektor perbankan Iran sebagai upaya ‘teror, kejam dan tidak manusiawi’ serta bertujuan untuk menghalangi dana Iran untuk belanja obat-obatan dan makanan di tengah pandemi Covid-19 .
Berita selengkapnya:
100-an Militan Suriah Terbunuh dalam Perang Karabakh
Sebanyak lebih dari 100 orang Suriah dilaporkan tewas akibat keterlibatan mereka dalam perang di wilayah Nagorno-Karabakh yang sudah berjalan lebih dari satu minggu.
Lembaga Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), Jumat (9/10/2020),  mencatat jumlah total pasukan bayaran asal Suriah yang terbunuh dalam pertempuran antara Azerbaijan dan  Armenia itu mencapai 107 sejak mereka pertama kali dikerahkan ke Azerbaijan pada akhir September lalu.
“Jumlah total kematian di antara pasukan bayaran Suriah yang didukung Turki sejak Turki melemparkan mereka ke dalam konflik antara Azerbaijan dan Armenia telah mencapai 107,” lapor lembaga pemantau perang Suriah itu.
SOHR merinci bahwa sedikitnya 26 orang di antara seratusan orang itu tewas dalam 48 jam terakhir pertempuran di Karabakh.
“Ketika jumlah korban tewas tentara bayaran Suriah yang didukung Turki dan bertempur di Azerbaijan meningkat, aktivis SOHR telah mendokumentasikan kematian 26 petempur Suriah yang tewas dalam 48 jam terakhir dalam pertempuran sengit di Nagorno-Karabakh yang diperebutkan di sisi Azerbaijan melawan Armenia, â€ungkap SOHR.
SOHR juga menyebutkan bahwa sebanyak 400-an pasukan bayaran Suriah lainnya sedang bergerak menuju ke Azerbaijan untuk terlibat dalam perang tersebut. (amn)
Rusia: Azerbaijan dan Armenia Bersedia Hadiri Perundingan Damai di Moskow
Rusia menyatakan bahwa Armenia dan Azerbaijan bersedia menghadiri pembicaraan damai di Moskow untuk menyudahi konfrontasi militer yang masih berlangsung di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, Jumat (9/10/2020), mengatakan bahwa kedua pihak telah mengonfirmasi kesediaan mereka mengirim delegasi untuk perundingan itu.
“Baku dan Yerevan telah mengkonfirmasi partisipasi mereka dalam konsultasi di Moskow. Persiapan aktif sedang dilakukan,†katanya kepada wartawan.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengundang para menteri luar negeri dari kedua belah pihak untuk melakukan perundingan damai di ibu kota Rusia.
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, namun jatuh ke bawah kendali Armenia sejak awal dekade 1990-an ketika pemberontak di wilayah itu menyatakan pemisahan diri hingga kemudian memicu konflik berdarah.
Sementara itu, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menyatakan bahwa Baku menawarkan kepada Yerevan “kesempatan terakhir” untuk kembali ke perundingan dan menarik pasukannya dari wilayah Karabakh.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Aliyev mengatakan bahwa Armenia harus menerima prinsip-prinsip dasar untuk menyelesaikan konflik Karabakh dan meninggalkan “wilayah pendudukan Azerbaijan.”
Konfrontasi militer antara pasukan Azerbaijan dan pasukan Armenia yang terjadi selama lebih dari satu pekan terakhir merupakan perkembangan terburuk dalam hubungan antara keduanya selama beberapa dekade terakhir. Konfrontasi itu meletus pada 27 September lalu manakala Yerevan dan Baku saling tuding melakukan provokasi. Â (presstv/amn)
Rouhani: Sanksi Baru AS Tidak Manusiawi dan Sia-Sia Belaka
Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap sektor perbankan Iran sebagai upaya ‘teror, kejam dan tidak manusiawi’ serta bertujuan untuk menghalangi dana Iran untuk belanja obat-obatan dan makanan di tengah pandemi Covid-19 .
“Semua orang menyaksikan bahwa langkah Washington itu merupakan pelanggaran penuh terhadap hukum internasional; dan di masa pandemi virus corona ini, sikap Gedung Putih sepenuhnya menyalahi kemanusiaan; dan apa yang disebut sebagai pendukung hak asasi manusia harus mengutuknya secara global, †kata Rouhani dalam kontak telepon dengan Gubernur Bank Sentral Iran (CBI) Abdolnaser Hemmati, Jumat (9/10/2020).
Rouhani memastikan pemerintah AS bertindak tindakan demikian demi tendensi politik di dalam negeri mereka.
Kamis lalu AS menyerang sektor keuangan Iran dengan menjatuhkan sanksi terhadap 18 bank Iran. Sanksi ini menyimpang dari keberatan kemanusiaan Eropa.
Rouhani menyinggung laporan Gubernur Bank Sentral Iran tentang pengamanan mata uang asing untuk pembelian bahan pokok dan obat-obatan sebagai bagian dari rencana pemerintah dalam menghadapi sepak terjang AS anti-Iran.
Dia juga memuji upaya Bank Sentral dan bank-bank yang aktif lainnya mengamankan barang kebutuhan pokok bagi rakyat.
Presiden Iran menilai tindakan AS terhadap Iran tetap akan sia-sia dan tak dari kelanjutan dari kesalahan strategis Trump dalam melanggar perjanjian nuklir Iran dengan beberapa negara terkemuka dunia.
Rouhani menegaskan bahwa pemerintah AS salah analisa sehingga berasumsi bahwa sanksi akan menggoyahkan perlawanan rakyat Iran, namun dengan berlalunya waktu terbukti bahwa analisa itu jauh dari kenyataan dan sia-sia. (presstv/alalam)
Kairo Bantah Anggapan Israel Menang Perang Melawan Mesir, Ini Alasannya
Pemerintah Mesir membantah pernyataan beberapa media Barat yang menyebut Rezim Zionis Israel sebagai pemenang Perang Oktober 1973.
Bantahan itu dinyatakan oleh Menteri Informasi Mesir Osama Heikal dengan mengatakan, “Peperangan itu dengan segala hasilnya, selagi Israel terpaksa meninggalkan Sinai yang semula diduduki maka ia kalah.â€
Heikal menepis “apa yang dikatakan oleh para pemimpin Israel dan diulangi oleh saluran Ikhwanul Muslimin” bahwa Mesir dan Suriah mengejutkan Israel dengan serangan mendadak, tapi kemudian Israel menang dalam perang ini akibat adanya celah.
“ Ini sama sekali tidak dapat diterima secara militer dan politik, dan bertentangan dengan logika dan akal,†katanya dalam pernyataankepada media Mesir, Jumat (9/10/2020).
Dia menjelaskan,“Singkatnya, keberhasilan dan kegagalan adalah terkait dengan pencapaian tujuan, dan tujuan dari Perang Oktober adalah untuk bergerak ke depan dan membebaskan tanah sehubungan dengan perkembangan dan kemampuan angkatan bersenjata. Karena itu Israel lantas duduk bersama kami dalam negosiasi, padahal sebelum itu menolak mentah-mentah negosiasi apa pun. Dengan demikian Mesir mencapai tujuannya 100% dan mendapatkan kembali tanah yang diduduki.â€
Dia menambahkan, “ Sedangkan tujuan Israel adalah untuk mempertahankan Sinai di bawah kendalinya, tapi tidak mampu melakukannya. Jadi, keberhasilan dan kegagalan diukur dengan pencapaian tujuan.” (raialyoum)
Â