Jakarta, ICMES. Hizbullah mengumumkan pihaknya telah meluncurkan sejumlah roket ke sebuah pabrik bahan peledak yang terletak di sebelah selatan Haifa sebagai bagian dari operasi balasannya terhadap rezim Israel.
Kelompok Resistensi Islam Irak (IRI) mengaku telah melakukan enam operasi serangan drone terhadap target-target vital di wilayah Israel, tiga di antaranya di kota pelabuhan Haifa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat menteri pertahanannya, Yoav Gallant, dan menggantinya dengan Israel Katz, sehingga memicu gelombang aksi protes.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan pihaknya telah berulang kali memperingatkan Rezim Zionis Israel untuk tidak menjajal tekad dan kehendak negera republik Islam ini.
Berita selengkapnya:
Hizbullah Gempur Pabrik Bahan Peledak di Israel
Hizbullah mengumumkan pihaknya pada hari Selasa (5/11) telah meluncurkan sejumlah roket ke sebuah pabrik bahan peledak yang terletak di sebelah selatan Haifa sebagai bagian dari operasi balasannya terhadap rezim Israel.
Mereka juga melaporkan serangannya terhadap pangkalan Miron, yang mengelola operasi udara, dan pangkalan Ma’aleh Golani, pusat komando Brigade 810 Hermon, dengan menggunakan rentetan roket.
Selain itu, Hizbullah menggempur sistem artileri tentara Israel di pemukiman Neot Mordechai dengan satu skuadron pesawat nirawak serang, dan berhasil mengenai sasaran yang dituju.
Lebih jauh, kelompok pejuang Lebanon itu menyatakan mereka menembakkan rentetan roket ke konsentrasi pasukan Israel di pinggiran kota Maroun al-Ras di Lebanon, serta di berbagai lokasi termasuk Kiryat Shmona, Nahariyya, pangkalan militer Dovif, lokasi Ramtha, pemukiman Yiftah, dan pemukiman Margaliot.
Hizbullah juga mengaku telah meluncurkan roket ke beberapa permukiman Israel yang sebelumnya menjadi sasaran perintah evakuasi.
Menurut laporan media Lebanon, ratusan tentara Israel tewas sejak Rezim Zionis nekat melancarkan invasi darat ke Lebanon selatan pada awal Oktober.
Jumlah korban tewas yang meningkat dari pasukan penyerang juga telah diakui oleh media Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon, sedikitnya 2.986 orang tewas akibat serangan Israel terhadap Lebanon sejak Oktober 2023, termasuk 18 orang tewas dan 83 orang terluka dalam 24 jam terakhir.
Sementara itu, kelompok Resistensi Islam Irak (IRI) mengaku telah melakukan enam operasi serangan drone terhadap target-target vital di wilayah Israel, tiga di antaranya di kota pelabuhan Haifa pada hari Selasa (5/11).
Dua serangan lain menyasar wilayah pendudukan utara, termasuk satu target militer, dan satu lagi di wilayah pendudukan selatan.
IRI menyatakan operasi itu dilancarkan sebagai tanggapan atas pembunuhan warga sipil di Gaza dan Lebanon.
IRI adalah kelompok yang memayungi beberapa gerakan di Irak. Dalam beberapa bulan terakhir, kelompok itu telah melakukan operasi terhadap Israel atas agresinya di wilayah Asia Barat, terutama menargetkan kota pelabuhan utama rezim itu, Haifa dan Eilat.
Laporan oleh media Israel menunjukkan bahwa operasi perlawanan telah melumpuhkan kegiatan di dua pelabuhan itu.( presstv/irna)
Netanyahu Ganti Gallant dengan Katz sebagai Menhan, Aksi Protes Bermunculan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat menteri pertahanannya, Yoav Gallant, dan menggantinya dengan Israel Katz, sehingga memicu gelombang aksi protes.
Dalam pengumuman yang mengejutkan pada hari Selasa (5/11), Netanyahu mengaku kehilangan kepercayaan kepada Gallant dalam pengelolaan perang Israel di Gaza dan Lebanon.
“Selama beberapa bulan terakhir kepercayaan itu telah terkikis. Mengingat hal ini, saya memutuskan hari ini untuk mengakhiri masa jabatan menteri pertahanan,” ujarnya.
Kantor Netanyahu menyebutkan bahwa perbedaan antara Netanyahu dan Gallant “tumbuh lebih luas” dan diketahui oleh publik “dengan cara yang tidak biasa dan, lebih buruk lagi, diketahui oleh musuh-musuh kita, yang menikmatinya dan memperoleh keuntungan besar darinya”.
Tak lama kemudian, Gallant dalam sebuah posting di X mengaku bekerja untuk memastikan keamanan Israel “selalu menjadi misi hidup saya”.
Netanyahu menunjuk Menteri Luar Negeri Israel Katz untuk menggantikan Gallant sebagai menteri pertahanan, sementara Gideon Saar menjadi menteri luar negeri yang baru.
Katz di X mengaku berjanji untuk “mencapai tujuan perang”, dan menyebut pemulangan tawanan Israel di Gaza sebagai “misi nilai yang paling penting”.
Beberapa jam setelah pernyataan tersebut, ribuan pengunjuk rasa berkumpul di pusat komersial Israel, Tel Aviv, memblokir jalan raya utama kota dan menyalakan api unggun, sementara ratusan pengunjuk rasa berkumpul di depan kediaman Netanyahu di Al-Quds (Yerusalem). Para pengunjuk rasa juga memblokir jalan di beberapa lokasi lain di seluruh negeri.
Selama berbulan-bulan, telah terjadi perselisihan terbuka antara Netanyahu dan Gallant, yang mencerminkan perpecahan yang lebih luas antara koalisi pemerintahan sayap kanan Israel dan militer, yang telah lama mendukung tercapainya kesepakatan untuk menghentikan serangan di Gaza dan membawa pulang puluhan tawanan yang ditawan oleh Hamas.
Gallant mengatakan perang tersebut tidak memiliki arah yang jelas, sementara Netanyahu menegaskan kembali bahwa pertempuran tidak dapat dihentikan sampai Hamas disingkirkan sebagai entitas pemerintahan dan kekuatan militer di Gaza.
Setidaknya 43.391 orang telah tewas, dan 102.347 lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Israel memulai perangnya di Gaza setelah serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sedikitnya 1.139 orang, menurut statistik Israel. Sekitar 250 orang lainnya ditangkap sebagai tawanan. (aljazeera)
Araghchi: Kami Peringatkan kepada Zionis untuk Tidak Menguji Kehendak Iran
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan pihaknya telah berulang kali memperingatkan Rezim Zionis Israel untuk tidak menjajal tekad dan kehendak negera republik Islam ini.
“Saya mengulangi pesan kepada entitas Zionis beberapa kali selama kunjungan regional saya, untuk tidak menguji kemauan kami, karena kami telah berhasil melewati ujian tersebut,” katanya ketika diwawancara oleh Channel 1 Iran, yang disiarkan Senin malam (4/11) dalam rangka peringatan 40 hari kesyahidan pemimpin Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah.
“Pada tahun lalu, entitas Zionis telah berkali-kali mencoba memprovokasi Republik Islam (Iran) untuk menyeretnya ke dalam konflik, namun kami belum terprovokasi untuk terjerumus ke dalam permainan pihak lain, dan kami akan mengambil tindakan apa pun yang kami anggap perlu dalam hal ini,” lanjutnya.
Araghchi juga mengatakan, “Kami tidak mengakui keberadaan entitas Zionis karena merupakan elemen pendudukan, namun sebagai menteri luar negeri, saya mengulangi pesan tersebut beberapa kali selama kunjungan regional saya, dan pesan tersebut adalah jangan uji kemauan kami, jangan menguji kami, kami telah lulus ujian.” (alalam)