Jakarta, ICMES. Israel telah melancarkan serangan udara di Beirut dengan mengincar Muhsin Shukr, seorang komandan senior Hizbullah, dan serangan ini mengakibat sejumlah orang gugur. Beberapa fakta terkait serangan ini telah terangkum.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah resmi menjadi presiden Iran ke-9 setelah diangkat sumpah jabatan di depan Parlemen Majelis Permusyawatan Islam, yang juga dihadiri oleh para wakil lebih dari 80 negara
Berita selengkapnya:
Israel Nekat Serang Beirut, Ini Beberapa Fakta yang Perlu Diketahui
Israel telah melancarkan serangan udara di Beirut dengan mengincar Muhsin Shukr, seorang komandan senior Hizbullah, dan serangan ini mengakibat sejumlah orang gugur.
Militer Israel mengatakan serangan pada hari Selasa (30/7) itu menyasar komandan Hizbullah Muhsin Shukr.
Serangan itu terjadi tiga hari setelah serangan terhadap Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, yang menurut Israel dilakukan oleh Hizbullah.
Berikut beberapa hal yang patut diketahui tentang serangan udara tersebut sejauh ini:.
Kapan dan di mana Israel menyerang Beirut?
Ledakan itu terdengar di pinggiran selatan Beirut sekitar pukul 19:40 waktu setempat (16:40 GMT) pada Selasa malam.
Serangan ini terjadi di lingkungan Haret Hreik, dekat Dewan Syura Hizbullah, yang merupakan pusat pengambilan keputusan Hizbullah.
Separuh dari bangunan yang menjadi sasaran di lingkungan padat penduduk itu runtuh dan sebuah rumah sakit di dekatnya mengalami kerusakan ringan. Jalan-jalan di sekitarnya dipenuhi puing-puing dan pecahan kaca saat ambulans bergegas menuju lokasi kejadian.
Mengapa Israel membom Beirut?
Militer Israel mengatakan serangannya menargetkan komandan Hizbullah, Muhsen Shukr yang juga dikenal sebagai “Haj Muhsen.” Mereka mengklaim Muhsen bertanggung jawab atas serangan di Dataran Tinggi Golan yang menewaskan 12 orang dan melukai 30 lainnya pada hari Sabtu pekan lalu.
Israel telah menduduki wilayah barat Dataran Tinggi Golan sejak perang tahun 1967, sementara sisanya berada di bawah kendali Suriah.
Serangan roket pada hari Sabtu itu menghantam Majdal Shams, di bagian timur laut wilayah yang diduduki Israel.
Hizbullah membantah terlibat dalam serangan itu.
Berapa yang terbunuh?
Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan, pada Selasa malam, bahwa 3 orang terbunuh dan 74 lainnya luka-luka.
Tentara Israel pada Selasa malam mengumumkan terbunuhnya “komandan militer paling terkemuka” Hizbullah, Fouad Shukr, dalam serangan yang dilakukan oleh pesawat tempur di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut.
Hizbullah tidak mengeluarkan komentar mengenai hal ini hingga pukul 21:20 GMT.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan dalam sebuah pernyataan di platform “X”: “Melalui operasi likuidasi yang tepat yang dilakukan oleh tentara Israel, pesawat-pesawat tempur menyerbu Beirut dan melenyapkan apa yang disebut Fouad Shukr, yang nama panggilannya adalah Sayid Mohsen.”
Dia menunjukkan bahwa serangan itu dilakukan “berdasarkan informasi intelijen yang diterima dari Badan Intelijen Militer (Aman).”
Pernahkah Israel membob Beirut sebelumnya?
Sejak melancarkan perangnya di Gaza pada bulan Oktober 2023, Israel telah menyerang Beirut setidaknya satu kali sebelum serangan hari Selasa. Pada tanggal 2 Januari, Israel melancarkan serangan yang menewaskan pejabat senior Hamas Saleh al-Arouri.
Serangan terakhir Israel terhadap Beirut sebelum itu terjadi pada tahun 2006, selama perang 34 hari antara Israel dan Hizbullah.
Bagaimana selanjutnya?
Militer Israel belum mengeluarkan instruksi baru untuk pertahanan sipil di Israel setelah serangan tersebut.
Dilaporkan bahwa pesan Israel adalah bahwa ini adalah tanggapan yang mereka janjikan terhadap serangan Majdal Shams, dan bahwa mereka tidak tertarik pada konfrontasi bersenjata lebih lanjut dengan Hizbullah lebih dari itu.
Meskipun Hizbullah telah berjanji untuk menanggapi segala jenis serangan dari Israel, pembalasannya mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Ori Goldberg, komentator politik di Tel Aviv, mengatakan serangan itu kemungkinan bukan “eskalasi yang serius.” Dia menambahkan bahwa Israel mungkin tidak mengambil risiko berperang dengan Lebanon karena negara tersebut sudah berada di tengah “salah satu krisis domestik paling parah yang pernah dialaminya”.
“Perang dengan Lebanon mungkin bisa membuat Israel mendukung benderanya, namun dampaknya akan menjadi bencana,” kata Goldberg.
Menanggapi pertanyaan mengenai serangan pada hari Selasa, sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan AS tidak percaya bahwa perang habis-habisan antara Hizbullah dan Israel tidak dapat dihindari.
Presiden AS Joe Biden “yakin hal ini dapat dihindari” dengan solusi diplomatik, tambahnya.
Di pihak lain, Perwakilan blok Hizbullah di Parlemen Lebanon, Ali Ammar, menegaskan dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam bahwa Perlawanan Islam (Hizbullah) tidak akan tinggal diam terhadap setiap penargetan yang berdampak pada mereka.
Patut disebutkan pula bahwa Otoritas Penyiaran Zionis mengkonfirmasi kematian seorang Zionis akibat jatuhnya roket di pemukiman Hagoshrim di Galilea Atas pada hari Selasa, sementara media Israel memberitakan bahwa orang yang tewas itu adalah anggota aparat keamanan pemukiman tersebut.
Hizbullah mengumumkan bahwa mereka telah menyerang markas besar Brigade Sahel di barak Beit Hillal , dekat pemukiman “Hagoshrim”, sebanyak tiga kali dalam operasi terpisah. . (raialyoum/alalam/aljazeera)
Resmi Dilantik sebagai Presiden Iran, Pezeshkian Bersumpah akan Membela Islam
Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah resmi menjadi presiden Iran ke-9 setelah diangkat sumpah jabatan di depan Parlemen Majelis Permusyawatan Islam, yang juga dihadiri oleh para wakil lebih dari 80 negara pada hari Selasa (30/7).
Di hadapan kitab suci Al-Quran, Pezeshkian bersumpah untuk menjaga agama resmi negara, Islam, Republik Islam, dan Konstitusi.
“Sebagai presiden, di hadapan Al-Quran dan di hadapan bangsa Iran, saya bersumpah kepada Allah Yang Maha Esa bahwa saya akan menjaga agama resmi, sistem Republik Islam, dan Konstitusi negara,” ungkapnya.
“Saya akan mendedikasikan seluruh kemampuan dan kualifikasi saya untuk memenuhi tanggung jawab yang dipercayakan kepada saya, dan saya akan mengabdikan diri untuk melayani masyarakat dan mengangkat bangsa, memajukan agama dan etika, mendukung kebenaran, dan memperluas keadilan,” lanjutnya.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 121 Konstitusi Iran, sumpah presiden harus dilaksanakan di Parlemen, di mana presiden mengambil sumpah jabatan di hadapan legislator dan anggota Dewan Konstitusi bersama dengan ketua Kehakiman.
Upacara pelantikan tersebut dihadiri oleh politisi senior, pejabat militer, dan anggota Parlemen serta pejabat dari 88 negara.
Pezeshkian secara resmi memulai masa jabatan empat tahunnya pada hari Ahad ketika Pemimpin Besar Ayatullah Seyid Ali Khamenei mendukungnya sebagai presiden menyusul kemenangannya dalam pemilihan putaran kedua tanggal 5 Juli.
Pezeshkian mengambil alih jabatan pendahulunya, mendiang Presiden Ebrahim Raisi, yang meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei lalu sehingga dilakukan pemilu dini.
Setelah pelantikan, presiden diwajibkan oleh undang-undang untuk menyerahkan daftar akhir kabinetnya ke Parlemen untuk disetujui dalam waktu dua minggu.
Dalam pernyataan pertamanya setelah menyampaikan sumpah jabatan, Pezeshkian menggimbau dunia agar memanfaatkan kesempatan emas untuk bekerja sama dengan Iran dalam mengatasi tantangan regional dan global.
“Dunia perlu memanfaatkan peluang yang tak tertandingi ini untuk mengatasi masalah regional dan internasional melalui kolaborasi Iran yang kuat, mengupayakan perdamaian, dan bermartabat,” katanya.
Dia berjanji untuk menjunjung tinggi martabat dan kepentingan Iran di dunia, dengan menyebut “martabat, kebijaksanaan, dan kemanfaatan” sebagai tiga pilar pendekatan kebijakan luar negerinya.
Diaa menegaskan bahwa keterlibatan konstruktif dengan dunia akan menjadi landasan hubungan luar negeri pemerintahannya. (presstv)