Jakarta, ICMES. Kelompok pejuang Hizbullah telah menunjuk Syeikh Naim Qassem sebagai sekjennya, menggantikan Syahid Hassan Nasrallah, yang gugur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, pada bulan lalu.
Menteri Pertahanan Iran Amir Nasirzadeh menegaskan negara republik Islam ini mampu menyerang Israel dengan skala puluhan kali lipat serangan sebelumnya, yang bersandi True Promise II (Janji Setia II).
Berita selengkapnya:
Syeikh Naim Qassem Terpilih sebagai Sekjen Hizbullah, Ini Dia Profil Ulama yang juga Sarjana Kimia ini
Kelompok pejuang Hizbullah telah menunjuk Syeikh Naim Qassem sebagai sekjennya, menggantikan Syahid Hassan Nasrallah, yang gugur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, pada bulan lalu.
Syeikh Qassem sebelumnya menjabat sebagai wasekjen Hizbullah, dan merupakan tokoh senior kelompok ini selama lebih dari tiga dekade. Pada hari Selasa (29/10) dia dipilih oleh Dewan Syura Hizbullah untuk memimpin organisasi yang berpusat di Lebanon tersebut.
“Dewan Syura Hizbullah telah menyetujui pemilihan Yang Mulia Syeikh Naim Qassem sebagai Sekjen Hizbullah, mempercayakan kepadanya panji yang diberkahi dalam perjalanan ini,” bunyi sebuah pernyataan Hizbullah.
Penunjukan Qassem terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dan agresi genosida Israel terhadap Lebanon, yang sejauh ini telah menggugurkan sedikitnya 2.500 orang.
Syeikh Qassem mengambil alih kepemimpinan beberapa hari setelah pengumuman pembunuhan tokoh utama Hizbullah, Sayyed Hashem Safiyuddin, yang semula diduga kuat akan menggantikan Syahid Nasrallah.
Syeikh Qassem juga telah lama menjabat sebagai juru bicara terkemuka Hizbullah, dan mewakili gerakan perlawanan rakyat ini di forum publik internasional dan tampil di media.
Pengalamannya yang luas, pemahaman yang mendalam tentang ideologi Hizbullah, dan keterampilan komunikasinya yang kuat telah menjadikannya sosok yang berpengaruh dan tokoh kunci dalam penyampaian pesan dan perspektif organisasi tersebut.
Singkatnya, Syeikh Qassem telah memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman publik tentang pendirian dan tindakan Hizbullah, baik secara regional maupun internasional.
Siapakah Syeikh Naim Qassem?
Syeikh Naim Qassem lahir pada tahun 1953 di Beirut dari keluarga yang berasal dari Kfar Fila, Lebanon selatan.
Dia menempuh pendidikan dalam disiplin ilmu agama dan sains. Dia belajar teologi bawah bimbingan ulama terkemuka Ayatullah Mohammad Hussein Fadlallah.
Di samping studi agamanya, Qassem memperoleh gelar sarjana kimia dari Universitas Lebanon, suatu gelar yang mencerminkan komitmennya untuk pertumbuhan intelektual dan beragam minat akademis.
Pemimpin baru Hizbullah ini berperan penting dalam mendirikan Serikat Mahasiswa Muslim Lebanon pada tahun 1970-an, dan menjadi salah satu anggota pendirinya.
Aktivitas politiknya dimulai dengan menjadi elemen Gerakan Amal Syiah Lebanon. Namun, Revolusi Islam 1979 di Iran sangat memengaruhi dirinya dan aktivis muda Syiah Lebanon lainnya, yang menyebabkannya berpisah dari Amal.
Syeikh Qassem memainkan peran penting dalam pembentukan Hizbullah, berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan penting yang mengarah pada pembentukan kelompok tersebut, dan sejak itu dia terus menjadi tokoh berpengaruh di dalamnya.
Pada tahun 1991, dia diangkat sebagai wasekjen oleh sekjen saat itu, Sayid Abbas al-Musawi.
Selama bertahun-tahun, Syeikh Qassem menjabat sebagai koordinator umum untuk kampanye Hizbullah dalam pemilu parlemen, dimulai pada tahun 1992 ketika Hizbullah pertama kali mengikuti pemilu.
Dia juga merupakan sosok penulis yang produktif sehingga membuahkan sejumlah besar karya tulis, yang banyak di antaranya dicetak berulang kali, termasuk buku yang berjudul Hizbullah, Al-Manhaj, Al-Tajribah, al-Mustaqbal, atau Hezbollah, The Story from Within tahun 2005, yang memberikan perspektif orang dalam Hizbullah yang unik tentang sejarah dan operasi Hizbullah. Buku ini dianggap sebagai referensi yang bernas untuk memahami latar belakang dan dinamika gerakan tersebut, sehingga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Inggris.
Syeikh Naim Qassem adalah pendukung setia perjuangan perlawanan terhadap Zionis. Dalam pidatonya pada tanggal 15 Oktober 2024, dia bersumpah bahwa Hizbullah akan menghentikan kekuatan destruktif Israel, mendapatkan kembali kendali, dan memulihkan ketertiban, serta menyatakan keyakinannya bahwa perjuangan mereka pada akhirnya akan menang.
Komentar Presiden Iran
Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa menyatakan bahwa terpilihnya Syeikh Naim Qasem sebagai penerus Syahid Hassan Nasrallah akan “memperkuat perlawanan.”
“Saya yakin bahwa kehadiran tokoh cemerlang ini sebagai pemimpin (Hizbullah) akan memperkuat kehendak perlawanan,” tulis Pezeshkian dalam pernyataan yang dimuat di situsnya.
Dia juga mengungkapkan harapannya untuk “penghentian agresi entitas ilegal Zionis dan terwujudnya perdamaian, ketenangan dan keamanan ke Gaza, Lebanon dan kawasan secara keseluruhan.”
Di pihak lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di hari yang sama dilaporkan oleh surat kabar Israel Hayom berencana mengadakan pertemuan dengan para pemimpin badan-badan keamanan Israel untuk membahas kemungkinan diakhirinya perang di Lebanon dan pencapaian solusi politik.
Berita ini mengemuka manakala kerugian yang sangat besar dalam beberapa hari terakhir menimpa pasukan Israel di front Lebanon. (presstv/raialyoum)
Iran Nyatakan Sanggup Serang Israel dengan Puluhan Kali Lipat Serangan Sebelumnya
Menteri Pertahanan Iran Amir Nasirzadeh menegaskan negara republik Islam ini mampu menyerang Israel dengan skala puluhan kali lipat serangan sebelumnya, yang bersandi True Promise II (Janji Setia II).
Ibrahim Rezai, juru bicara Komite Keamanan Nasional di Parlemen Iran di hadapan Nasirzadeh dalam rapat Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri di parlemen, Selasa (29/10), mengatakan bahwa serangan terbaru Israel terhadap Iran bertujuan menghambat kemampuan ofensif dan defensif Iran, namun gagal total.
Rezai mengutip pernyataan Nasirzadeh bahwa siklus produksi rudal dan sistem pertahanan tidak mengalami kerusakan serius akibat serangan Israel, kerusakan itu telah diperbaiki Rudal Iran, dan bahwa 90% rudal Iran telah menimpa target-targetnya dalam Operasi True Promise II, namun Israel merahasiakan realitas yang terjadi.
Rezai kemudian mengutip pernyataan Nasirzadeh bahwa Iran mampu melakukan puluhan operasi yang serupa dengan True Promise II, dan bahwa negara ini memiliki daya defensif yang tinggi.
Menurut Rezai, para peserta rapat itu menyatakan protes mereka terhadap Irak dan Yordania, yang membuka wilayah udara mereka bagi Israel untuk menyerang Iran.
Dia menyebutkan bahwa beberapa topik dibahas dalam pertemuan tersebut, termasuk perlunya operasi proaktif dan tegas melawan Israel untuk menghancurkan ambisi entitas Zionis ini dan perlunya memperkuat sistem pertahanan dan mengadopsi strategi perang asimetris.
Sementara itu, Juru bicara pemerintah Iran Fatemeh Mohajerani mengatakan, “Republik Islam (Iran) telah memutuskan untuk menaikkan anggaran sektor militer untuk tahun depan sebesar 200%.”
Mohajerani menekankan bahwa “agresi Israel” terhadap Iran adalah pelanggaran kedaulatan negaranya, dan Iran akan menggunakan haknya untuk merespons dengan cara terbaik.”
“Dewan Tinggi Keamanan Nasional akan menentukan waktu dan cara tanggapan Iran terhadap agresi Israel,” imbuhnya.;
Dia menambahkan bahwa diplomasi aktif Kementerian Luar Negeri Iran terus berlanjut, dan bahwa “keinginan musuh untuk menyerang Iran telah menurun.”
Mohajerani juga menyebutkan bahwa solidaritas negara-negara kawasan dan Eropa dengan Iran dalam menghadapi agresi Israel membawa pesan penting. (alalam)