Rangkuman Berita Utama Timteng  Rabu 3 Juli 2024

Jakarta, ICMES. Ketua Dewan Strategis Kebijakan Luar Negeri di Iran, Kamal Kharazi, memperingatkan bahwa jika Israel mengobarkan perang besar terhadap Hizbullah maka  hal ini dapat memicu perang regional di mana Iran dan Poros Resistensi akan mendukung Hizbullah dengan segala cara.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa negara-negara kawasan Timteng dan sekitarnya, termasuk Turki, tidak akan merasa aman kecuali agresi Israel di Jalur Gaza dihentikan.

Para jenderal terkemuka Israel dilaporkan menganjurkan gencatan senjata di Jalur Gaza, di tengah kekhawatiran potensi perang dengan Hizbullah.

Berita selengkapnya:

Iran Tegaskan akan Bela Hizbullah dengan Segala Cara Jika Pecah Perang dengan Israel

Ketua Dewan Strategis Kebijakan Luar Negeri di Iran, Kamal Kharazi, memperingatkan bahwa jika Israel mengobarkan perang besar terhadap Hizbullah maka  hal ini dapat memicu perang regional di mana Iran dan Poros Resistensi akan mendukung Hizbullah dengan segala cara.

Dalam pernyataannya kepada Financial Times, Selasa (2/7), Kharazi mengatakan bahwa Iran pada prinsipnya tidak  menghendaki perang regional, dan karena itu mendesak AS agar  menekan Rezim Zionis Israel demi mencegah eskalasi lebih lanjut.

Menanggapi pertanyaan apakah Iran akan mendukung Hizbullah secara militer jika terjadi konflik besar-besaran, Kharazi mengatakan: “Seluruh rakyat Lebanon, negara-negara Arab dan anggota Poros Resistensi akan mendukung Lebanon melawan Israel.”

Dia menambahkan, “Akan ada kemungkinan perang meluas ke seluruh kawasan, dan semua negara akan berpartisipasi di dalamnya, termasuk Iran. Dalam hal ini, kami tidak punya pilihan selain mendukung Hizbullah dengan segala cara.”

Ketua Dewan Strategis Kebijakan Luar Negeri Iran menambahkan, “Memperluas perang tidaklah bermaslahat bagi siapa pun, baik Iran maupun AS.”

Hizbullah berjanji untuk mempertahankan serangan balasannya selama rezim Israel melanjutkan perang di Gaza, yang telah menggugurkan sedikitnya 37.900 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 87.060 lainnya.

Para pejabat Hizbullah telah berulang kali menegaskan pihaknya tidak ingin berperang dengan Israel, namun jika hal itu terjadi maka mereka siap menjalaninya.

Mengomentari pemilihan presiden Iran dan kebijakan luar negeri negaranya, Kharrazi mengatakan bahwa meskipun ada “beberapa perbedaan” pendekatan di antara para kandidat, namun “strategi kebijakan luar negeri secara keseluruhan” ditentukan oleh Pemimpin Besar Ayatollah Sayid Ali Khamenei sehingga akan tetap sama.

“Jika mereka (negara-negara Barat) memutuskan untuk bekerja sama, kami siap bekerja sama”, kata Kharrazi. (alalam)

Erdogan: Keamanan Semua Negara Terusik Selagi Israel Tak Berhenti Perangi Gaza

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa negara-negara kawasan Timteng dan sekitarnya, termasuk Turki, tidak akan merasa aman kecuali agresi Israel di Jalur Gaza dihentikan.

“Tidak ada negara di kawasan kami yang akan merasa aman, termasuk Turki, kecuali agresi Israel dihentikan di bawah kepemimpinan Netanyahu,” ungkapnya di Ankara, Selasa (2/7).

 “Meningkatnya serangan Israel dan ancaman terhadap Lebanon sangat mengkhawatirkan kami tentang masa depan kawasan ini,” sambungnya.

Erdogan menyebut Israel menerima dukungan militer, diplomatik dan politik dari negara-negara Barat.

 “Selama dukungan Barat terhadap Israel terus berlanjut dan dunia Islam tetap diam, penjahat bernama Netanyahu (Perdana Menteri Israel) akan melanjutkan kebijakan pendudukan dengan mengorbankan kawasan secara keseluruhan,” ujarnya.

Erdogan memastikan bahwa Israel berupaya mencapai “tujuan ekspansionis,” dan bahwa ketegangan dengan Iran serta meningkatnya serangan terhadap Lebanon “membuktikan kekuatiran kami”.

 “Saya ingin mengeluarkan peringatan lain. Di hadapan kita ada seorang pembunuh yang tidak memiliki akal dan hati nurani, seorang tawanan dari keserakahannya. Dia bahkan tidak memenuhi kualifikasi terendah sebagai seorang negarawan, dan menghisap darah orang yang tidak bersalah. Dia tidak peduli kepada keamanan warga negaranya demi memperpanjang kehidupan politiknya,” papar Erdogan.

Dia menyatakan bahwa keamanan Ankara tidak dapat dipisahkan dari keamanan Gaza, Al-Quds, Ramallah, Beirut, Amman dan Bagdad, dan bahwa Turki menetapkan prioritasnya berdasarkan hal ini.

Presiden Turki juga mengatakan bahwa “saat ini adalah saat  untuk mengaktifkan perdamaian, dialog, dan diplomasi pada tingkat tertinggi,” dan bahwa penting upaya memperkuat landasan dialog timbal balik, “terutama dengan negara-negara yang memiliki geografi dan nasib yang sama. ”

Dia juga menilai bahwa  dalam situasi regional dan internasional dewasa, sangatlah penting upaya peningatan solidaritas negara-negara Islam  dan pengabaian terhadap perselisihan pendapat. (raialyoum)

Para Jenderal Israel Dilaporkan Merekomendasi Gencatan Senjata di Gaza

Para jenderal terkemuka Israel dilaporkan menganjurkan gencatan senjata di Jalur Gaza, di tengah kekhawatiran potensi perang dengan Hizbullah.

Mengutip keterangan beberapa pejabat Israel, harian The New York Times, pada hari Selasa (2/7) melaporkan bahwa para jenderal itu berupaya untuk memulai gencatan senjata di Gaza bahkan jika hal itu membuat Hamas  tetap berkuasa untuk sementara waktu.

Para jenderal itu berpendapat bahwa pasukan Israel memerlukan waktu untuk pemulihan diri jika terjadi perang yang lebih besar melawan Hizbullah, mengingat Israel tidak siap untuk melakukan pertempuran lebih lanjut setelah perang berbulan-bulan di Gaza.

Gencatan senjata dengan Hamas juga dapat memfasilitasi kesepakatan dengan Hizbullah, kata para pejabat anonim Israel.

Laporan itu mengatakan para jenderal Israel yakin gencatan senjata adalah cara terbaik untuk menjamin pembebasan sekitar 120 tahanan Israel yang masih ditawan di Gaza.

Menurut laporan New York Times, sikap para jenderal tersebut dilaporkan telah menciptakan keretakan antara militer dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang tegas menolak proposal gencatan senjata di Gaza.

Disebutkan bahwa dukungan penuh militer Israel terhadap gencatan senjata juga “mencerminkan perubahan besar dalam pemikiran mereka selama beberapa bulan terakhir, karena semakin jelas bahwa Netanyahu menolak untuk mengartikulasikan atau berkomitmen pada rencana pascaperang”.

Eyal Hulata, mantan penasihat Israel yang rutin berbicara dengan pejabat senior militer, juga mengatakan militer mendukung penuh pertukaran tahanan dan kesepakatan gencatan senjata.

Hulata mengatakan militer memiliki “lebih sedikit amunisi, lebih sedikit suku cadang, lebih sedikit energi dibandingkan sebelumnya – sehingga mereka juga berpikir bahwa jeda di Gaza memberi kita lebih banyak waktu untuk bersiap jika terjadi perang yang lebih besar dengan Hizbullah.”

Dia menjelaskan, “Militer khawatir akan terjadi konflik berkepanjangan di mana sumber dayanya secara bertahap habis, sementara para tawanan masih berada di Gaza dan para pemimpin Hamas masih buron. Dalam skenario ini, mempertahankan kekuasaan Hamas untuk sementara waktu dengan imbalan pembebasan tawanan tampaknya merupakan pilihan yang paling tidak buruk bagi Israel.”

Pada bulan Juni lalu, tentara Israel mengatakan bahwa mereka telah menyetujui rencana serangan terhadap Lebanon.

Di pihak lain, Pemimmpin Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa “tidak ada tempat” di wilayah pendudukan Israel yang akan terhindar dari senjata Hizbullah jika terjadi perang besar. (presstv/raialyoum)