Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 29 September 2021

Jakarta, ICMES. Wakil Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Majid Takht-Ravanchi menanggapi keras pernyataan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam pidatonya di Majelis Umum PBB.

Para pengamat menilai perang Yaman yang sudah berlangsung tujuh tahun akan berubah drastis jika Ansarullah (Houthi) berhasil menguasai kota Ma’rib yang strategis dan kaya minyak.

Tentara dan polisi Nigeria dilaporkan telah menyerang warga Muslim Syiah yang menyelenggarakan pawai peringatan Arbai’in Imam Husain as.

Berita Selengkapnya:

PM Israel Sebut Iran Langgar Semua Garis Merah, Ini Tanggapan Sengit Iran

Wakil Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Majid Takht-Ravanchi menanggapi keras pernyataan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam pidatonya di Majelis Umum PBB.

“Iran-fobia di PBB telah mencapai puncaknya. Pernyataan Perdana Menteri Rezim Zionis (Israel) penuh dusta. Rezim yang memiliki ratusan hulu ledak nuklir ini tak berada dalam posisi patut berbicara tentang program nuklir damai kami,” ungkapnya di Twitter, Selasa (28/9).

Dikutip kantor berita resmi Iran, dia menambahkan bahwa keengganan Bennett buka mulut soal Palestina menunjukkan kebersikerasannya untuk terus menistakan hak bangsa Palestina.

Dalam pidato selama 25 menit, Bennett menyebut Iran “melanggar semua garis merah terkait dengan proyek nuklirnya, melanggar kesepakatan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan menyusahkan para pemeriksanya, memperkaya uranium hingga ke volume yang mendekati langkah pembuatan senjata (nuklir), dan lolos dari sanksi.”

Dia juga mengatakan, “Program nuklir Iran telah mencapai titik penting, dan begitu juga toleransi kita. Kata-kata tidak menghentikan sentrifugal berputar… Israel tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir…. Di dunia sepertinya ada orang-orang yang melihat upaya Iran memiliki senjata nuklir sebagai sebuah realitas yang terelekkan.”

Sementara itu, Teheran menolak desakan AS agar Iran memperkenankan inspektur PBB memasuki situs nuklir Iran di kota Karaj.

Kepala Badan Tenaga Atom Iran Mohammad Eslami, Selasa, menegaskan Washington tidak berada posisi yang patut berbicara mengenai bentuk kerjasama antara Iran dan IAEA. Dia menambahkan bahwa negaranya menolak desakan tersebut.

Senada dengan ini, Wakil Tetap Iran untuk Organisasi Internasional yang berbasis di Wina, Kazem Gharibabadi, menegaskan, “IAEA, AS dan tiga negara Eropa harus tahu bahwa tidak bisa mereka tinggal diam terhadap aksi teror Zionis dan tidak mencegahnya, tapi di saat yang sama menyerukan pemantauan lanjutan dan kehadiran kamera IAEA di fasilitas di mana tindakan sabotase itu telah dilakukan di sana.”

Pada Juni lalu situs tersebut menjadi sasaran aksi sabotase di mana kamera-kamera CCTV IAEA dirusak, dan karena itu Iran lantas mencopot semua kamera itu.

Senin lalu PBB menyatakan Iran berkewajiban memperkenan tim inspektur badan ini melakukan pemeriksaan bengkel manufaktur peralatan yang digunakan dalam pengayaan uranium. (raialyoum/reuters/alalam)

Ini Kata Para Pengamat Dunia Jika Ansarullah Yaman Berhasil Kuasai Ma’rib

Para pengamat menilai perang Yaman yang sudah berlangsung tujuh tahun akan berubah drastis jika Ansarullah (Houthi) berhasil menguasai kota Ma’rib yang strategis dan kaya minyak.

Dikutip Rai Al-Youm, Selasa (28/9), Abdul Ghani Al-Iryani dari Sanaa Center for Strategic Studies mengatakan kepada AFP bahwa perang di Ma’rib “akan menentukan masa depan Yaman” dan Ansarullah sekarang “menguasai sebagian besar provinsi Ma’rib dan mengepung kota Ma’rib”.

Dia juga menyebutkan bahwa pemerintahan presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi akan menderita kerugian besar jika kota Ma’rib jatuh ke tangan Ansarullah karena kota itu merupakan kubu pertahanan terakhir kubu Mansour Hadi.

Pengamat lain, Ahmed Nagi dari Malcolm H. Kerr Carnegie Middle East Center mengatakan bahwa Ansarullah membuka front-front baru menuju kota Ma’rib dalam beberapa pekan terakhir sehingga mereka mengalami kemajuan.

Dia menyebutkan bahwa jika Ansarullah menguasai kota itu maka “mereka akan menggunakannya untuk bergerak maju menuju provinsi-provinsi di selatan yang berdekatan dengannya”.

Huthi memulai dorongan besar untuk merebut Marib pada bulan Februari dan, setelah terjadi jeda, mereka memperbarui serangannya pada bulan ini, yang kemudian dilawan dengan serangan udara intensif pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang membela kubu Hadi.

“Kehilangan Marib dari Huthi bisa mengubah jalannya perang.  Ini akan menjadi paku lain di peti mati klaim pemerintah atas otoritas dan akan memperkuat pengaruh Huthi dalam setiap pembicaraan damai yang diproyeksikan,” kata Elisabeth Kendall, peneliti di Universitas Pembroke College Universitas Oxford.

Kendall lantas mengklaim bahwa jika Ansarullah merebut Ma’rib maka  akan berdampak “mengerikan” pada situasi kemanusiaan dan berpotensi terjadi “bencana besar”.

Tentara Nigeria Serang Pawai Arbain, Delapan Orang Terbunuh

Seperti diketahui, Yaman dilanda perang sejak lebih dari enam tahun silam antara Andarullah dan kubu Mansour Hadi.  Ansarullah yang didukung tentara Yaman menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, sejak 2014, selain beberapa provinsi lain.

Sejak Maret 2015 pasukan koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dan didukung AS, Israel dan negara-negara Barat melancarkan intervensi militer ke Yaman untuk membela kubu Mansour Hadi dengan asumsi bahwa Ansarullah dapat segera dikalahkan.

Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman yang merasa negaranya kaya senjata dan peralatan perang serta didukung Barat dan Israel menjelang invasi itu sempat bersumbar bahwa pihaknya akan dapat menumpas Ansarullah dalam tempo beberapa hari atau paling lambat beberapa minggu.

Nyatanya, Ansarullah dan tentara Yaman yang mendapat dukungan mental, asistensi, dan politik dari Iran semakin tangguh serta gencar melesatkan rudal balistik dan drone ke wilayah Saudi sebagai balasan atas blokade dan serangan udara Saudi dan sekutunya. (mm/raialyoum/france24)

Tentara dan polisi Nigeria dilaporkan telah menyerang warga Muslim Syiah yang menyelenggarakan pawai peringatan Arbai’in Imam Husain as.

Dikutip Al-Alam, Selasa (28/9), seorang warga Muslim Syiah Nigeria mengatakan, “Tentara dan polisi pada hari Selasa telah menembakkan peluru tajam dan membunuh delapan orang Syiah yang mengikuti acara keagamaan di jalan utama Ibu Kota Abuja.”

Juru bicara tentara dan polisi Nigeria belum bersedia berkomentar ketika diminta tanggapannya.

Peringatan tersebut diselenggarakan oleh Gerakan Islam Nigeria yang telah dilarang oleh pemerintah menyusul aksi protes penangkapan pemimpinnya, Syeikh Ibrahim Yaqoub El-Zakzaky, pada tahun 2019.

Abdullah Mohammad, anggota gerakan itu mengatakan bahwa para peserta menggelar pawai secara damai di jalur cepat Abuja-Kobo ketika tim gabungan polisi dan tentara menyerang mereka dengan tembakan gas air mata dan peluru tajam.

Dia menambahkan bahwa delapan orang terbunuh diterjang peluru tajam dan dua orang lainnya ditangkap.

Warga Muslim yang mayoritas bermazhah Sunni di Nigeria menempati sekira separuh populasi Nigeria yang berjumlah lebih dari 212 juta jiwa. Warga Muslim Syiah mengeluhkan diskriminasi dan penindasan yang sudah lama mereka alami. (alalam)