Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 29 Desember 2021

Jakarta, ICMES. Kementerian Pertahanan Rusia mengungkap rincian serangan Israel ke Latakia dan faktor yang menyebabkan sistem pertahanan udara Suriah tidak mencegat rudal-rudal Israel dalam serangan ini.

Kementerian Luar Negeri  Amerika Serikat menyatakan ada kemajuan dalam perundingan nuklir Iran di Wina, Austria, sementara Iran dan Rusia mengaku optimis.

Militer Iran menyatakan masih akan terus menggelar latihan militer dan memperingatkan negara-negara musuhnya ihwal balasan sengit yang akan dilancarkan Iran jika negara republik Islam ini mendapat serangan.

Berita Selengkapnya:

Rusia Ungkap Mengapa Suriah Tak Cegat Serangan Terbaru Israel ke Latakia

Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengungkap rincian serangan Israel ke Latakia dan faktor yang menyebabkan sistem pertahanan udara Suriah tidak mencegat rudal-rudal Israel dalam serangan ini.

Wakil Direktur Pusat Hmeimim untuk Rekonsiliasi Suriah yang bernaung di bawah Kemhan Rusia, Laksamana Muda Oleg Zhuravlev, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa malam (28/12) menjelaskan, “Pada 28 Desember, dari jam 04:21 hingga 04:26, dua jet taktis tipe F-16 Angkatan Udara Israel dari Laut Mediterania dan tanpa melintasi perbatasan melancarkan serangan dengan empat rudal yang diarahkan ke instalasi di kawasan pelabuhan Latakia.”

Zhuravlev menambahkan, “Serangan Israel ini mengakibatkan kerusakan material kecil pada infrastruktur pelabuhan.”

Dia kemudian menyebutkan bahwa pertahanan udara Suriah tidak menghadapi serangan pesawat Israel tersebut  karena saat itu sebuah pesawat Angkatan Udara Rusia sedang mendarat di lapangan terbang terdekat.

Zhuravlev memastikan bahwa serangan itu tidak menjatuhkan korban dari pihak tentara Suriah.

Pernyataan dua sumber pejabat yang dikutip surat kabar Israel Haaretz mengklaim bahwa target serangan udara tersebut adalah kontainer berisi amunisi Iran.

“Ledakan dan kebakaran besar ini disebabkan oleh ledakan dari amunisi yang disimpan di gudang dekat kargo komersial,” kata salah satu sumber.

Mereka menyebutkan bahwa ini merupakan serangan yang kedua kalinya pada bulan,  dan menyebabkan kerusakan lebih besar daripada serangan sebelumnya, yang juga dilaporkan menarget amunisi Iran pada 7 Desember.

Kantor Berita Suriah, SANA, mengutip sumber militer yang mengatakan, “Sekitar 3:21 dini hari ini musuh, Israel, melakukan serangan udara dengan semburan rudal dari Laut Mediterania, sebelah barat kota Latakia, dan menyasar halaman peti kemas di pelabuhan komersial di Lattakia.”

Sumber itu menambahkan, “Agresi Israel ini menyebabkan kebakaran di tempat itu dan terjadinya kerusakan material yang besar, dan pekerjaan masih berlangsung untuk memadamkan api dan memeriksa hasil agresi.”

Tayangan langsung yang disiarkan oleh televisi pemerintah Suriah memperlihatkan kobaran api dan asap membubung di halaman kontainer.

Saluran resmi Al-Ekhbariya mengutip korespondennya yang mengatakan bahwa sejumlah bangunan tempat tinggal, rumah sakit, dan sejumlah toko dan fasilitas wisata rusak akibat dahsyatnya ledakan. (raialyoum/haaretz)

AS Nyatakan Ada Kemajuan dalam Perundingan Nuklir, Iran dan Rusia Mengaku Optimis

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Amerika Serikat (AS) menyatakan ada kemajuan dalam perundingan nuklir Iran di Wina, Austria, sementara Iran dan Rusia mengaku optimis.

Juru bicara Kemlu AS, Ned Price, Senin (28/12), mengatakan kepada wartawan bahwa dalam beberapa pekan terakhir telah terjadi beberapa kemajuan dalam pembicaraan nuklir Iran dengan sejumlah negara besar dunia tersebut, namun dia menambahkan bahwa “situasi dasar tidak berubah”.

Price juga menyebutkan bahwa terlalu dini untuk memastikan sejauh mana signifikansi kemajuan dalam perundingan yang dilanjutkan sejak Senin lalu untuk penyelematan kesepakatan nuklir tersebut.

Di pihak lain, sehari setelah perundingan itu dilanjutkan, Iran dan Rusia menyatakan optimis, sementara negosiator Eropa mengatakan perundingan berjalan terlalu lambat.

Negosiasi untuk pemulihan perjanjian 2015 dimulai pada awal tahun ini namun sempat terhenti pada Juni ketika Iran memilih pemerintahan baru. Negosiasi dilanjutkan pada akhir November dengan putaran terakhir yang berlangsung pada hari Senin lalu.

Negosiasi itu bertujuan mengembalikan AS kepada perjanjian nuklir JCPOA  (Rencana Aksi Komprhensif Bersama), yang ditinggalkannya sejak tahun 2018, dan membatasi aktivitas nuklir Iran.

“Negosiasi ini mendesak … Jelas bahwa kami mendekati titik di mana eskalasi program nuklir Iran akan sepenuhnya melubangi JCPOA,” kata perunding dari Inggris, Prancis dan Jerman dalam sebuah pernyataan.

“Itu berarti kita memiliki waktu berminggu-minggu, bukan berbulan-bulan, untuk menyimpulkan kesepakatan sebelum manfaat non-proliferasi inti JCPOA hilang,” lanjut mereka.

Selain tiga negara Eropa Inggris, Prancis dan Jerman yang disebut E3, Iran, Cina dan Rusia juga ikut serta dalam pembicaraan, sementara AS mengikutinya secara tidak langsung.

Iran menegaskan semua sanksi AS harus dicabut sebelum langkah-langkah diambil di bidang nuklir, sementara perunding Barat mengatakan langkah-langkah nuklir dan sanksi harus seimbang dalam perjanjian.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan “kesepakatan yang baik untuk semua pihak” bisa dicapai dalam waktu dekat jika pihak lain menunjukkan “itikad baik”, sementara utusan Rusia Mikhail Ulyanov menyatakan bahwa sebuah kelompok kerja membuat “kemajuan tak terbantahkan” dalam pembicaraan putaran kedelapan. (alalam/france24)

Rencanakan Latihan Perang Lagi, Iran Beri Peringatan Keras kepada Musuhnya

Militer Iran menyatakan masih akan terus menggelar latihan militer dan memperingatkan negara-negara musuhnya ihwal balasan sengit yang akan dilancarkan Iran jika negara republik Islam ini mendapat serangan.

Komandan Markas Besar Khatam Al-Anbia Mayjen Gholam Ali Rashid, Selasa (28/12), mengatakan, “Sejumlah 25 latihan militer besar-besaran IRGC dan pasukan gabungan telah dijadwalkan untuk tahun ini (menurut kalender Iran).  Sejauh ini 15 latihan perang besar-besaran telah dilakukan oleh Angkatan Bersenjata dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), dan tentu saja, beberapa di antaranya tidak akan dipublikasi.”

“Kami ingin musuh tidak menguji kemauan dan kekuatan kami karena tidak akan mampu menanggung biaya konfrontasi besar-besaran dan habis-habisan. Karena itu, percaya bahwa kekuatan Republik Islam Iran pasti akan membuat biaya lebih murah bagi musuh,” tambahnya.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Hossein Baqeri Jumat lalu menyatakan bahwa latihan militer “Great Prophet 17” IRGC diadakan pada pekan lalu sebagai tanggapan atas ancaman Rezim Zionis Israel.

“Dalam latihan ini, 16 rudal yang ditembakkan dari platform yang berbeda mengenai target tertentu secara akurat,” katanya kepada wartawan di sela-sela tahap akhir latihan militer gabungan besar-besaran IRGC di Iran Selatan di kawasan Teluk Persia.

Dia juga mengatakan bahwa latihan perang ini hanya menunjukkan sebagian kecil dari kemampuan rudal Iran.

Pada hari itu pula, Komandan Umum IRGC Meyjen Hossein Salami bersumbar, “Jika pejabat Israel bertindak ceroboh maka kami akan membuntungkan tangan mereka.” (fna)