Jakarta, ICMES. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan waktu untuk pembalasan negara ini atas serangan Israel yang menggugurkan kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh ada di tangan Teheran, dan karena itu Israel terkatung dalam ketidakpastian.
Sumber-sumber Israel melaporkan bahwa Israel utara berada mendapat gempuran hebat dari kelompok pejuang Hizbullah Lebanon, dan rentetan besar rudal dan drone menghantam wilayah tersebut.
Gelombang kritik menyebar ke seluruh lembaga penyiaran dan saluran Amerika Serikat (AS) setelah tokoh Hamas, Osama Hamdan, mempermalukan CNN dan menarik diri dari wawancara yang dilakukan oleh Jim Sciutto, penyiar jaringan berita AS ini.
Berita selengkapnya:
IRGC: Iran Pilih Waktu Balasannya, Israel Berada dalam Dalam Ketidak Pastian
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan waktu untuk pembalasan negara ini atas serangan Israel yang menggugurkan kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh ada di tangan Teheran, dan karena itu Israel terkatung dalam ketidakpastian.
Juru bicara dan wakil kepala Departemen Hubungan Masyarakat IRGC, Brigjen Ali Mohammad Naeini, saat mengatakan hai itu dalam konferensi pers pada hari Selasa (20/8) menyebutkan bahwa balasan Iran belum tentu merupakan pengulangan operasi sebelumnya terhadap rezim Israel.
“Rezim Zionis telah menetapkan tujuan tertentu dalam pembunuhan Haniyeh, namun tidak mencapainya. Musuh mengira mereka bisa mengkompensasi kegagalannya di medan perang dengan membunuh Haniyeh, namun sebaliknya, front perlawanan justru menjadi menghebat.”
Haniyeh dan seorang pengawalnya terbunuh di Teheran pada tanggal 31 Juli, sehari setelah dia menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
“Ada tekad yang kuat untuk menanggapi berbagai bentuk agresi yang dilakukan oleh rezim Zionis, dan, saat ini, masyarakat yang tinggal di wilayah pendudukan menanggung akibat dari pembunuhan Haniyeh oleh (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu,” kata Naeini.
“Rakyat Iran cerdas dan tahu bahwa komandan Angkatan Bersenjata dan IRGC dengan cermat menilai semua aspek di tingkat pengambilan keputusan tertinggi sebelum mengambil tindakan. Mereka membuat keputusan yang tepat dan penuh perhitungan, sehingga secara efektif mempengaruhi perhitungan musuh,” terangnya.
Naeini juga mengatakan waktu ada di pihak Iran dan “penantian terhadap tanggapan ini mungkin akan memakan waktu lama.”
Dia menambahkan, “Untuk saat ini, Zionis harus tetap berada dalam kondisi tidak seimbang.”
Di hari yang sama, anggota Dewan Pengakuan Kemaslahatan Iran, Mohsen Rezai, dalam wawancara dengan CNN yang berbasis di AS menjawab pertanyaan tentang apakah Iran akan membalas Israel atas pembunuhan Ismail Haniyeh .
“Iran akan bertindak pada waktu dan tempat yang tepat dan berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, kami berhak membela diri. Jika balasan tidak diberikan, kejahatan rezim Zionis akan terus berlanjut, maka balasannya akan diberikan,” jawabnya.
Ditanya bagaimana serangan itu akan terjadi dan seberapa kuat Iran, Rezai mengatakan, “Jawaban atas pertanyaan Anda akan jelas setelah tindakan Iran.”
Ketika ditanya apa solusi Iran untuk mencegah respon terhadap rezim Zionis berubah menjadi perang besar di kawasan, Rezai mengatakan, “Kami telah memeriksa konsekuensi dari tindakan kami, dan kami tidak akan membiarkan Netanyahu, yang tenggelam dalam kubangan konflik, keluar dari situasi ini. Tindakan Iran akan diperhitungkan.” (presstv/alalam)
Hizbullah Gempur Israel dengan Puluhan Roket dan Drone
Sumber-sumber Israel melaporkan bahwa Israel utara berada mendapat gempuran hebat dari kelompok pejuang Hizbullah Lebanon, dan rentetan besar rudal dan drone menghantam wilayah tersebut, Selasa (20/8).
Suara ledakan terdengar jauh di Galilea Barat setelah salvo rudal diluncurkan lagi dari Lebanon selatan. Rentetan roket dalam jumlah besar ditembakkan ke desa Shamra di Galilea Barat.
Militer Israel mengatakan bahwa sebuah drone yang diluncurkan oleh Hizbullah dari Lebanon dicegat, dan dua drone lainnya meledak di Golan.
Sekitar 40 peluncuran dari Lebanon teridentifikasi dalam satu jam, ada yang meledak di komunitas Mattat, ada yang menghantam sebuah rumah dan menyebabkan kerusakan, dan ada pula yang meledak di area terbuka, menurut militer Israel.
Menanggapi serangan itu, militer Israel membom daerah-daerah di Lebanon selatan.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan dua orang gugur akibat serangan artileri Israel yang menyasar wilayah Hanin dan Beit Lev di Lebanon selatan.
Hizbullah sebelumnya mengumumkan pemboman markas Divisi Golan ke-210 di Barak Nafah dan markas Resimen Artileri dan Brigade Lapis Baja di Barak Yarden.
Sementara itu, dalam suratnya kepada Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah, faksi-faksi pejuang Palestina menyampaikan apresiasinya atas lebih dari 10 bulan jihad dan pengorbanan Hizbullah.
“Anda adalah saudara dan pendukung terbaik serta pihak yang setia pada perlawanan yang tulus dan jujur,” ungkap mereka dalam surat itu.
Mereka menyebutkan, “Dalam 10 bulan terakhir, kami telah melihat jihad dan pengorbanan Anda dengan harta benda melawan musuh yang takut menghadapi Anda. Kami mengirimkan surat ini ketika umat Islam sedang berada dalam situasi yang menyedihkan dan banyak orang yang tampak menimbulkan keputus asaan.”
Mereka menambahkan, “Musuh yang ketakutan berada di jalan-jalan Jalur Gaza dan menunggu siang dan malam dengan harga mahal; Musuh membuat kesalahan dalam perkiraan dan perhitungannya, dan kami yakin Anda akan memenuhi misi Anda dengan penuh prestasi.”
Mereka juga menyatakan, “Kami akan melihat kemampuan dan jihad Anda dan saudara-saudara kami yang lain efektif dalam poros perlawanan dari Iran hingga Suriah, Irak dan Yaman, para pahlawan mujahidin, inilah saatnya untuk bergerak menuju pembukaan kembali gerbang Khaibar, dan mari kita berjuang menghancurkan eksistensi Israel.”
Kelompok-kelompok pejuang Palestina juga menyatakan, “Kemenangan sudah dekat dan kita akan menunggu sampai kemenangan dan kebebasan seluruh tanah Palestina dan tempat-tempat sucinya.” (alalam)
Makjleb, Tokoh Hamas Balik Permalukan CNN dalam Wawancara yang Dimaksudkan untuk Menyudut Hamas
Gelombang kritik menyebar ke seluruh lembaga penyiaran dan saluran Amerika Serikat (AS) setelah tokoh Hamas, Osama Hamdan, mempermalukan CNN dan menarik diri dari wawancara yang dilakukan oleh Jim Sciutto, penyiar jaringan berita AS ini.
Sciutto bertanya kepada Hamdan apakah Hamas menyesal atas operasi Badai Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober 2023, dan setelah kematian lebih dari 40.000 orang di Gaza. Hamdan mengecam pertanyaan demikian, karena menurutnya bernada pembenaran atas pembantaian Israel terhadap warga sipil Palestina. Hamdan mengingatkan bahwa 7 Oktober bukanlah awal peristiwa, karena Israel telah membunuhi warga Palestina sejak 75 tahun silam sampai sekarang.
Berikut ini petikan wawancara tersebut;
Sciutto: “Izinkan saya memulai di sini, kita sekarang berada di bulan ke-10 dari perang ini. Para pejabat kesehatan Gaza mengatakan bahwa 40,000 orang Palestina, yang sebagian besar warga sipil, terbunuh. Pada 7 Oktober (2023), Hamas membunuh 100 warga sipil Israel. Apakah Hamas menyesal atas serangan teror 7 Oktober itu?”
Hamdan; “Baiklah, tampak bagi saya bahwa Anda memberi Israel hak untuk membunuh orang Palestina ketika Anda bertanya apakah kami menyesal atas apa yang telah dilakukan oleh Israel. Anda hendaklah mengetahui bahwa Israel membunuhi orang Palestina sejak 76 tahun silam.
Sciutto: “Pertanyaan saya ialah apakah Hamas bertanggungjawab atas keterbunuhan rakyatnya di Gaza?”
Hamdan: “Maaf, Anda tidak dapat bertanya lalu menjawab sendiri. Biarkan saya menjawab, atau jika tidak maka Anda dapat menghentikan sendiri pembicaraan Anda sendiri. Bukan tugas Anda untuk mendiktekan kepada saya apa yang harus saya katakan. Bukan kewajiban Anda untuk menerima jawaban yang ingin Anda simak. Mari kita beranjak ke Tepi Barat, di situ tak ada Hamas, tak ada aksi Hamas, sementara Israel telah membunuh 800 orang Palestina dalam 10 bulan terakhir. Bagaimana dengan ini? Anda tak menyimak, dan tidak pule memperkenankan saya menjawab. Anda tidak ingin menyimak fakta-fakta. Anda hanya ingin mendengarkan diri Anda sendiri. Itu ok saja. Anda hanya menyimak diri Anda sendiri dan orang-orang Israel. Jika Anda tahu dan prihatin atas aksi-aksi Israel maka jangan bicara kepada Hamas. Terima kasih banyak, Israel telah membunuhi kami, dan Anda mendukung pembunuhan orang-orang Palestina. Saya prihatin mendengar hal itu dari CNN. Terima kasih banyak, saya harus menyudahinya.” (cnn/alalam)