Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 19 Mei 2021

ayatullah khamenei dan ismail haniyehJakarta, ICMES. Kepala Biro Politik Hamas di luar negeri, Ismail Haniyeh, melayangkan surat kepada Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei berisi pernyataan mengenai kejahatan Rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina, serta permohonan Hamas agar Ayatullah Khamenei “bergerak secepatnya.”

Surat kabar Times of Israel mengutip pernyataan sumber-sumber intelijen bahwa pasukan Zionis Israel sedikitnya sudah dua kali berupaya  membunuh komandan sayap militer Hamas Brigade Ezzeddin Al-Qassam, Mohammad Al-Dhaif, tapi gagal.

Surat kabar Israel Haaretz menyebut operasi militer bersandi “Penjaga Tembok” yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza sejak 10 Mei lalu sebagai operasi paling gagal dalam sejarah rezim ilegal Zionis ini.

Berita Selengkapnya:

Terjemahan Lengkap Surat Pemimpin Hamas kepada Ayatullah Khamenei

Kepala Biro Politik Hamas di luar negeri, Ismail Haniyeh, melayangkan surat kepada Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei berisi pernyataan mengenai kejahatan Rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina, serta permohonan Hamas agar Ayatullah Khamenei “bergerak secepatnya.”

Berikut ini terjemahan lengkap dari teks surat Haniyeh yang dimuat oleh situs berita Al-Alam, Selasa (18/5):

Kepada Yang Mulia Pemimpin Revolusi Islam di Republik Islam Iran

Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei

Assalamualaikum wr. wb.

Adalah suatu kebahagiaan bagi kami di Hamas di Palestina dapat melayangkan surat dengan setulus hormat kepada Yang Mulia serta permohonan kepada Allah agar senantiasa melindungi dan memberi Anda taufiq serta limpahan prestasi, keberhasilan, kemajuan dan perkembangan.  

Yang Mulia serta umat kita dan seluruh dunia tentu mengikuti pemandangan dan gambar-gambar teror dan kejahatan yang kian menjadi-jadi akibat agresi dan genosida yang dilakukan olet mesin perang Israel terhadap anak kecil serta putra dan putri bangsa Palestina di Jalur Gaza yang terblokade sejak lebih dari 15 tahun silam dan di kota Quds (Yerussalem) serta berbagai kota lain di Tepi Barat dan tanah pendudukan 1948.

Kejahatan ini berkelanjutan sejak 13 April dan setelah serangan-serangan brutal yang dilakukan rezim pendudukan dan para ekstremis imigran (Zionis Yahudi) di kota pendudukan Quds dan Masjid Al-Aqsa yang diberkati dan lingkungan Sheikh Jarrah.

Melihat eskalasi kejahatan terhadap tanah air serta bangsa dan kesucian kami dan di hadapan keteguhan bangsa kami dalam melawan agresi dan berkonsentrasi pada perjuangan mereka yang gagah berani dan sah dalam mereaksi agresi yang dipaksakan terhadap mereka ini, kami di Hamas bermaksud memperlihatkan kepada Yang Mulia gambaran kongkret kondisi yang sedang terjadi sekarang beserta berbagai faktor dan perkembangannya, di mana rezim pendudukan menjadi penyebab eskalasi dan agresinya melalui pelanggaran terhadap semua garis merah di kota pendudukan Quds dan Masjid Al-Aqsa yang diberkati.

Pertama, rezim pendudukan meningkatkan strategi dominasi, judaisasi dan pengubahan demografi kota pendudukan Quds melalui perilisan keputusan zalim yang memperkenankan pengusiran etnis terhadap 28 keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah sebagai pendahuluan untuk mendirikan lingkungan Yahudi.

Kedua, rezim pendudukan meningkatkan rencananya pembagian jadwal waktu dan tempat (kunjung) di Masjid Al-Aqsa melalui penutupan tribun-tribun utama di kawasan Bab Al-Amud, salah satu gerbang utama Masjid Al-Aqsa demi mencegah kedatangan jemaah shalat dan meniadakan kesempatan bagi mereka untuk menunaikan syiar dan ibadah mereka.  

Ketiga, penyebaran maklumat provokatif terhadap umat Islam (oleh Israel), yang membolehkan sekelompok ekstremis (Yahudi) melurug Masjid Al-Aqsa dalam peringatan yang dinamai “Penyatuan Quds” dan iktikad kuat untuk mengosongkan Masjid Al-Aqsa dari jemaah shalat dan iktikaf pada sepuluh hari pertama bulan suci Ramadhan.  

Keempat, serbuan pasukan pendudukan dan agresi terbuka mereka terhadap kehormatan bulan-bulan suci Ramadhan dan kesucian Masjid Al-Aqsa, agresi brutal mereka terhadap jemaah shalat dan iktikaf, termasuk kaum perempuan dan lansia, hingga terjadi kejahatan terhadap lebih dari 600 orang Palestina di dalam dan di sekitar Masjid Al-Aqsa.

Di depan langkah-langkah eskalasi dan kejahatan keji rezim pendudukan di kota pendudukan Quds dan Masjid Al-Aqsa yang diberkati serta lingkungan Sheikh Jarrah, kami di Hamas melakukan serangkaian komunikasi dengan berbagai pihak yang aktif di kawasan untuk mendorong mereka agar mencegah rezim pendudukan melanjutkan pelanggaran dan kejahatannya di Quds dan Masjid Al-Aqsa.

Kami juga telah memperingatkan para pemimpin rezim pendudukan bahwa berlanjutnya serbuan dan pelanggaran ini tidak akan berlalu tanpa reaksi dari bangsa kami dan para pejuangnya. Namun, kebersikerasan para petinggi rezim pendudukan  untuk meningkatkan kejahatan dan teror mereka terhadap tanah air dan bangsa kami serta Quds dan Masjid Al-Aqsa yang diberkati mengundang reaksi sah dari kubu resistensi di Jalur Gasa.

Sekarang, mesin perang Israel yang dilengkapi senjata paling mematikan dan terlarang di mata internasional melakukan genosida mengerikan di Jalur Gaza siang dan malam melalui pembombardiran rumah-rumah dan penghuninya serta serangan terhadap bangunan-bangunan prasarana, perkantoran, pusat pemerintahan dan kepolisian, pemboman mobil-mobil sipil serta pencegahan bantuan pangan, obat-obatan, gas, listrik dan semua kebutuhan hidup. Jumlah syuhadapun bertambah menjadi 203 orang, termasuk 51 anak kecil dan 31 wanita dewasa.

Rezim pendudukan, Israel, juga telah kehilangan keseimbangannya dan mulai melakukan segala bentuk kekerasan terhadap siapapun yang berunjuk rasa simpati kepada Gaza dan Quds, baik di dalam wilayah Palestina pendudukan 1948 maupun di pos-pos dan pintu-pintu penyeberangan di wilayah pendudukan Tepi Barat sehingga ratusan warga Palestina yang mengekspresikan penolakan terhadap kejahatan ini menderita luka.

Dalam rangka menyampaikan kepada Yang Mulia gambaran eskalasi teror dan kejahatan Israel terhadap bangsa kami, Palestina, di semua wilayah pendudukan Palestina, dan terhadap tanah air dan kesucian kami, terutama di bagiannya jantungnya, Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa yang diberkahi, kami di Hamas menegaskan dengan sangat gamblang bahwa para pemimpin rezim pendudukan bertanggungjawab sepenuhnya atas eskalasi dan genosida yang dilakukan terhadap bangsa kami, dan memohon kepada Yang Mulia untuk bergerak secepatnya dan melobi Arab, Islam dan internasional untuk mengabil sikap yang jelas dan tegas guna mengikat rezim pendudukan dengan;

Pertama, segera menghentikan agresi dan teror yang dipraktikkan rezim pendudukan Israel terhadap Gaza yang terblokade.

Kedua, menghentikan semua pelanggaran terhadap kota Quds dan penduduknya berupa proyek judaisasi, pemukiman (Yahudi), pengusiran etnis dan diskriminasi ras, dan membatalkan semua keputusan yang menyasar gerbang-gerbang Al-Aqsa dan lingkungan sekitarnya, terutama Sheikh Jarrah.

Ketiga, menghentikan secara total kelancangan terhadap Masjid Al-Aqsa yang diberkati, dan menyudahi semua pelanggarannya terhadap kebebasan jemaah shalat dan iktikaf  dalam menunaikan syiar dan ibadahnya.

Kami memohon kepada Allah agar senantiasa melindungi dan memberi taufik kepada Yang Mulia serta menganugerahi Republik Islam Iran dengan kemajuan dan perkembangan lebih jauh.

Terimalah salam dan hormat nan tulus dari kami,

Ismail Haniyeh

(alalam)

Israel Dua Kali Berusaha Habisi Komandan Brigade Al-Qassam Tapi Gagal

Surat kabar Times of Israel mengutip pernyataan sumber-sumber intelijen bahwa pasukan Zionis Israel sedikitnya sudah dua kali berupaya  membunuh komandan sayap militer Hamas Brigade Ezzeddin Al-Qassam, Mohammad Al-Dhaif, tapi gagal.

Surat kabar Israel itu menyebutkan bahwa upaya tersebut dilakukan dalam sembilan hari terakhir  namun Al-Dhaif selamat, dan rezim Zionis semula melarang pemberitaan mengenai hal ini tapi kemudian memperkenankannya sejak Selasa malam (18/5).

Tidak disebutkan rincian mengenai serangan-serangan yang dilakukan Israel untuk menghabisi Al-Dhaif.

Dikutip saluran 12 milik Israel, sumber-sumber militer Zionis menyebutkan bahwa  Israel masih berusaha mengincar Al-Dhaif serta para petinggi faksi-faksi bersenjata Palestina lainnya, terutama Hamas.

Menurut saluran ini, para petinggi militer Israel telah memberitahu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa “situasi sekarang memberi peluang untuk menghabisi Al-Dhaif dan para tokoh terkemuka lain”.

Pihak Israel maupun Hamas sama-sama membantah laporan media bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata yang akan diterapkan pada 20 Mei. (raialyoum)

Amnesti Internasional Serukan Penyelidikan Segera Kejahatan Perang Israel

Lembaga Amnesti Internasional menyerukan penyelidikan atas serangan Israel secara disengaja terhadap bangunan-bangunan sipil di Jalur Gaza sehingga berpotensi terjadi kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Zionis tersebut.

Lembaga non-pemerintah yang bermarkas di London, Inggris, itu dalam statemennya, Selasa (18/5), menyinggung serangan Israel yang menyasar bangunan-bangunan hunian sipil sehingga menggugurkan banyak anak kecil dan kaum perempuan serta para anggota keluarga yang sebagian di antaranya bahkan total.

Karena itu, Amnesti internasional menegaskan keharusan adanya penyelidikan terhadap serangan Israel untuk melihat potensi adanya kejahatan anti kemanusiaan dan kejahatan perang.

Wakil Ketua Kantor Regional Timteng dan Afrika Utara Amnesti Internasional Salih Hijazi menyatakan ada bukti-bukti bahwa Israel melancarkan empat operasi pemboman sengit di Jalur Gaza tanpa ada peringatan sebelumnya.

Dalam statemen tersebut Hijazi mendesak Mahkamah Pidana Internasional agar menyelidiki kasus-kasus itu sesegera mungkin.

Statemen itu menjelaskan bahwa di lokasi yang menjadi target serangan tak ada militan Gaza ketika diserang, dan bahwa Israel sengaja menyasar warga sipil beserta properti dan bangunan prasarana mereka dan melakukan kekerasan secara eksrem sehingga tergolong sebagai kejahatan perang.

Departemen Kesehatan Palestina di Gaza mencatat bahwa hingga Selasa kemarin jumlah korban gugur Palestina di Gaza akibat serangan Israel mencapai sedikitnya 213 orang, 61 di antaranya anak kecil dan 36 perempuan dewasa, sedangkan korban luka 1442 orang.

Di pihak lain, lembaga Bintang Daud Merah milik Israel menyebutkan bahwa 12 orang Israel terbunuh dan 600 lainnya luka-luka terkena serangan para pejuang Gaza.

Seperti diketahui, perang antara antara Israel dan Gaza pecah sejak tanggal 8 Mei dan dipicu oleh konfrontasi antara warga Palestina dan kaum Zionis Israel di komplek Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah di kota Quds (Yerussalem) di mana Israel melakukan beberapa tindakan untuk mengusir beberapa keluarga Palestina sehingga direaksi oleh para pejuang Gaza dengan penembakan roket ke wilayah Israel.

Pada 10 Mei pasukan Israel mulai melancarkan serangan udara secara masif ke Jalur Gaza. Mereka mengklaim telah menggempur ratusan target milik Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ). (alalam)

Haaretz Sebut Operasi Militer Israel Gagal dan Minta Netanyahu Segera Menghentikannya

Surat kabar Israel Haaretz menyebut operasi militer bersandi “Penjaga Tembok” yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza sejak 10 Mei lalu sebagai operasi paling gagal dalam sejarah rezim ilegal Zionis ini.

Dikutip Rai Al-Youm, Selasa (18/5), pamred Haartez Aluf Benn dalam sebuah artikelnya mengungkap serangkaian kegagalan Israel dalam kesiapan dan operasi militernya dan ketidak efektifan pemerintah Israel, sehingga Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seharusnya menyetujui gencatan senjata secepatnya daripada menggalang opini kemenangan melalui media.

Benn juga menyebutkan Israel gagal menciptakan opini bahwa Hamas merupakan gerakan remeh, dan bahwa tak seperti di masa lalu kini di Israel tak terdengar adanya desakan untuk pendudukan kembali atas Jalur Gaza atau serangan darat di Gaza karena semua orang mengetahui bahwa operasi darat beresiko menjatuhkan ratusan korban tewas dan luka di pihak tentara Israel karena mereka memang tak siap dan sanggup melakukannya.

Benn berkesimpulan bahwa raihan tentara Israel dalam serangannya ke Gaza sangat minim, dan oleh sebab itu sudah seharusnya Netanyahu menghentikan operasi militer sesegera mungkin. (raialyoum)