Jakarta, ICMES: Republik Islam Iran telah meluncurkan satelit Payam buatan dalam negeri ke luar angkasa dan dengan demikian Iran menjadi negara ke-11 di dunia yang memiliki teknologi ini.
Tindakan Iran meluncurkan satelit buatan dalam negeri untuk kesekian kalinya kembali membuat Rezim Zionis Israel kebakaran jenggot.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas di PBB menyerukan negara Palestina merdeka dan menyatakan bahwa Israel dengan menduduki wilayah Palestina telah menghambat pembangunan Timur Tengah.
Pengadilan keamanan negara Yordania menjatuhkan vonis hukuman sembilan tahun penjara terhadap agamawan gerakan Jihad Salafi/Wahhabi Yordania, Abed Shehadeh al-Tahawi.
Berita selengkapnya:
Iran Luncurkan Satelit Payam, Tapi Gagal Mengorbitkannya
Republik Islam Iran telah meluncurkan satelit Payam buatan dalam negeri ke luar angkasa pada dini hari Selasa (15/1/2019), dan dengan demikian Iran menjadi negara ke-11 di dunia yang memiliki teknologi ini.
Satelit itu diluncurkan dengan tujuan menghimpun informasi lingkungan guna meningkatkan sistem perkiraan cuaca negara. Hanya saja, beberapa masalah teknis terjadi pada tahap akhir peluncuran sehingga pesawat ruang angkasa gagal mencapai orbit.
Menteri Informasi dan Teknologi Komunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi menjelaskan bahwa tahap pertama dan kedua misi luar angkasa ini berjalan sukses, tetapi di tahap ketiga roket pembawa satelit Simorgh tidak berakselerasi ke kecepatan orbital.
“Satelit Payam (Pesan) telah berhasil diluncurkan pagi ini pada roket pembawa satelit. Tetapi satelit ini, sayangnya, gagal ditempatkan di orbit pada tahap akhir, “ujar Jahromi.
Tapi dia lantas menekankan bahwa Iran sedang bersiap untuk meluncurkan satelit Orbit Rendah Bumi lainnya, yang dinamai Doosti (Persahabatan).
“Kali ini, dengan upaya ekstra, kami akan menunjukkan kepada dunia bahwa Doosti akan sukses,” imbuhnya.
Sebelum peluncuran, Amerika Serikat memperingatkan Iran terkait dengan misi tersebut sembari mengklaim bahwa proyek demikian menyalahi kesepakatan nuklir Iran dengan beberapa negara terkemuka dunia pada tahun 2015 dan resolusi Dewan Keamanan PBB terkait yang menyetujuinya.
Iran menanggapi klaim itu dengan memberikan jaminan bahwa tidak ada aspek militer untuk aktivitas satelitnya dan bahwa uji coba rudalnya sama sekali tidak dilarang berdasarkan perjanjian nuklir maupun resolusi Dewan Keamanan PBB, karena rudal itu tidak dirancang untuk mengirimkan hulu ledak nuklir.
Iran meluncurkan satelit buatan dalam negeri perdananya, Omid (Harapan), pada tahun 2009. Negara ini juga mengirimkan bio-kapsul pertamanya yang berisi makhluk hidup ke luar angkasa pada Februari 2010 dengan menggunakan roket Kavoshgar (Penjelajah) -3.
Pada bulan Februari 2015, Iran mengorbitkan satelit buatan dalam negeri Fajr (Fajar) yang mampu mengambil dan mengirimkan foto berkualitas tinggi ke stasiun-stasiun di bumi. (presstv/alalam)
Iran Luncurkan Satelit Lagi, Ini Reaksi Israel
Tindakan Iran meluncurkan satelit buatan dalam negeri untuk kesekian kalinya pada dini hari, Selasa (15/1/2019), kembali membuat Rezim Zionis Israel kebakaran jenggot.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pidatonya menuding Teheran tidak berkata sebenarnya bahwa peluncuran satelit merupakan cara pertama Iran dalam berupaya meluncurkan rudal balistik antarbenua.
“Iran meluncurkan satelit yang takbersalah, tapi benar-benar tertarik untuk mencapai tahap pertama dari rudal balistik antarbenua, melanggar perjanjian,” tudingnya.
Komentar miring ini dilontarkan Netanyahu di markas miiter Israel di Tel Aviv dalam sebuah upacara penyambutan Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Israel (IDF) yang baru, Mayjen Aviv Kochavi, yang menggantikan Letjen Gadi Eizenkot, Selasa.
Netanyahu kemudian menekankan keharusan penarikan pasukan Iran dari Suriah, dan memperingatkan ihwal “kebijakan tegas” Israel terhadap pasukan itu di sana.
“Saya menyarankan mereka untuk meninggalkan (Suriah) secepatnya, karena kami akan melanjutkan kebijakan tegas kami, seperti yang dijanjikan, tanpa rasa takut, dan tanpa istirahat,”
Sebelumnya, Menteri Informasi dan Teknologi Komunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi mengatakan bahwa roket pembawa satelit gagal mencapai “kecepatan yang diperlukan” di tahap ketiga, meskipun telah berhasil melewati tahap pertama dan kedua peluncuran.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut rencana Iran untuk mengorbitkan satelit sebagai pertanda penolakan Teheran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyeru Iran untuk tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan rudal balistik yang mampu mengirimkan senjata nuklir.
Jason Unruhe, pengamat politik, dalam wawancara dengan Press TV menyebut peluncuran satelit Iran sebagai “pesan yang jelas” bagi kubu musuh, yang sudah lama berupaya menghambat kemajuan Iran yang juga mereka tekan secara ekonomi.
“Kekuatan imperialis Barat berusaha menahan Iran, berusaha untuk menahan informasi, menahan teknologi, menahan bantuan yang diperlukan dan membuat upaya yang tak terhitung jumlahnya untuk menyabot negara, menyabot ekonominya,” ujar Unruhe.
Dia menambahkan bahwa sebuah kampanye telah dilakukan untuk “mengacaukan dan menghancurkan Iran, tidak hanya pada tingkat ekonomi, tetapi juga pada tingkat akademik dan teknologi.” (alalam/haaretz/presstv)
Pimpin Kelompok 77 Plus Cina, Palestina Sebut Israel Halangi Pembangunan Di Timteng
Presiden Palestina Mahmoud Abbas di PBB, Selasa (15/1/2019), kembali menyerukan negara Palestina merdeka dan menyatakan bahwa Israel dengan menduduki wilayah Palestina telah menghambat pembangunan Timur Tengah.
Seruan itu dikemukakan Abbas pada upacara penyerahan Mesir sebagai ketua Kelompok 77 plus Cina kepada Palestina yang berperan sebagai pengamat non-anggota PBB. Hal ini menjadi pemandangan menarik karena Palestina memimpin kelompok terbesar negara berkembang di PBB.
Dia menegaskan bahwa kontinyitas pemukiman Zionis dan pendudukan atas Palestina merusak pengembangan wilayah Palestina, kemampuannya untuk bekerja sama dan berkoordinasi, dan menghambat perkembangan masa depan semua orang di kawasan.
Abbas mengaku berkomitmen untuk gagasan dan solusi damai yang dapat mengakhiri pendudukan, bermuara pada kemerdekaan Negara Palestina dengan al-Quds (Yerusalem) Timur sebagai ibukotanya, dan mengantarkan kepada kerukunan Palestina dengan Israel.
Seperti diketahui, rakyat Palestina gusar terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui al-Quds sebagai ibukota Israel , apalagi dengan keputusan itu AS praktis keluar dari konsensus internasional bahwa status kota ini hendaknya diselesaikan melalui perundingan.
Abbas memutuskan hubungan dengan pemerintahanTrump dan bersumpah untuk menentang rencana perdamaian AS karena cenderung berpihak kepada Israel.
Sebagai negara pengamat yang non-anggota, Palestina mendapat beberapa hak di PBB, termasuk bergabung dengan perjanjian-perjanjian internasional, namun tidak memiliki hak suara di Majelis Umum. (raialyoum)
Ulama Wahhabi Yordania Divonis Penjara 9 Tahun
Pengadilan keamanan negara Yordania, Selasa (15/1/2019), menjatuhkan vonis hukuman sembilan tahun penjara terhadap agamawan gerakan Jihad Salafi/Wahhabi Yordania, Abed Shehadeh al-Tahawi.
Koresponden kantor berita AFP melaporkan bahwa al-Tahawi yang ditahan sejak 28 Desember 2015 divonis demikian karena dianggap telah melakukan “penghatusan untuk pembangkangan terhadap pemerintah” dalam insiden di provinsi Zarqa (23 km timur laut Amman) pada musim semi tahun 2011.
Pada 15 April 2011 provinsi Zarqa dilanda insiden kekerasan ketika terjadi demonstrasi yang digelar oleh gerakan Salafi untuk menuntut pembebasan tahanan kelompok ini. Insiden itu menjatuhkan 91 korban luka yang sebagian besar di antaranya adalah personil keamanan.
Pada Agustus 2011, pengadilan Yordania mulai menyidang 150 militan Salafi, termasuk beberapa orang yang melarikan diri dari kejaran hukum, terkait dengan kasus-kasus kekerasan yang menyertai demonstrasi. Mereka dituduh “melakukan aksi teroris bersama, pertemuan ilegal dan kerusuhan.” (railayoum)