Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 16 Agustus 2023

Jakarta, ICMES. Pasukan Zionis Israel kembali menebar maut dan membunuh dua warga Palestina dalam serangan di sebuah kamp pengungsi di kota Jericho di Tepi Barat.

Media Israel melaporkan bahwa Sekjen Hizbullah Sayid  Hassan Nasrallah semakin percaya kepada akurasi rudal-rudal gerakan resistensi yang berbasis di Lebanon ini, dan  menekankan bahwa itu “merupakan keseimbangan ketakutan dan ancaman strategis yang harus ditangani Israel.”

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengutuk permusuhan Barat terhadap Teheran, dan mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa merupakan dalang di balik gelombang kerusuhan yang pecah di Iran pada tahun lalu.

Berita Selengkapnya:

Israel Bunuh Dua Orang Palestina, Hamas Janji Membalas

Pasukan Zionis Israel kembali menebar maut dan membunuh dua warga Palestina dalam serangan di sebuah kamp pengungsi di kota Jericho di Tepi Barat.

“Dua pemuda dilarikan ke rumah sakit dengan peluru di dada mereka,” kata direktur Rumah Sakit Jericho kepada Reuters, Selasa (15/8).

Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan bahwa Qusay al-Walaji , 16 tahun, dan Mohammed Nujoom, 25 tahun, ditembak di dada oleh pasukan Israel “dalam serangan di Jericho pada dini hari ini.” Serangan ini menjadi peristiwa mematikan pertama dalam beberapa bulan terakhir di Jericho.

Penduduk di daerah itu mengatakan terjadi kontak senjata orang Palestina dengan pasukan Israel, tetapi tidak diketahui apakah kedua pria yang terbunuh itu terlibat dalam kontak senjata. Serbuan pasukan berlangsung kurang dari satu jam.

Kekerasan di Tepi Barat memburuk selama beberapa bulan terakhir di tengah penggerebekan pasukan Israel di kamp-kamp pengungsi di wilayah tersebut, serangan mematikan oleh pemukim Yahudi di desa-desa Palestina dan serangan jalanan Palestina terhadap warga Israel.

AFP melaporkan terbunuhnya dua orang  di Jericho membuat jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel sepanjang tahun ini bertambah menjadi 216 orang.

Sekitar 28 warga Israel, satu Ukraina dan satu Italia juga tewas, menurut penghitungan AFP yang dikumpulkan dari sumber resmi di kedua sisi.

Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan AFP untuk mengomentari pembunuhan terbaru.

Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas,  bersumpah akan membalas Israel setelah pasukan rezim Zionis ini dalam peristiwa terbaru menembak mati dua pemuda Palestina dan melukai beberapa lainnya.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Selasa, juru bicara Hamas Abdul Latif al-Qanoua mengatakan, “Musuh Zionis akan membayar harga yang sangat mahal.”

Dia menambahkan, “Kematian dua pemuda Palestina ini menambah kejahatan lain pada catatan hak asasi manusia yang suram dan kekejaman yang dilakukan oleh rezim zionis ekstremis pendudukan.”

Dia juga menegaskan bahwa entitas Zionis “pasti akan membayar kejahatannya terhadap bangsa Palestina. Semua kejahatan Israel tidak akan mematahkan tekad dan kepatuhan rakyat Palestina untuk memperjuangkan pembebasan wilayah pendudukan.” (aljazeera/presstv)

Media Israel Sebut Sekjen Hizbullah Makin Yakin kepada Kemampuan Rudalnya

Media Israel pada hari ini, Selasa (15/8),  melaporkan bahwa Sekjen Hizbullah Sayid  Hassan Nasrallah semakin percaya kepada akurasi rudal-rudal gerakan resistensi yang berbasis di Lebanon ini, dan  menekankan bahwa itu “merupakan keseimbangan ketakutan dan ancaman strategis yang harus ditangani Israel.”

Narasumber pakar urusan Arab di  Saluran TV 13  Israel, Hezi Simantov mengatakan, “Hizbullah memiliki 170.000 rudal dan roket, termasuk rudal presisi, yang dapat sangat membahayakan front Israel.”

Simantov menambahkan bahwa Sayid Nasrallah “berbicara tentang perang rudal presisi yang dapat menjangkau ke mana saja, bahkan reaktor Dimona, dan akan membawa Israel kembali ke zaman batu,” dan bahwa “meningkatnya kepercayaan diri Nasrallah adalah cerita utamanya.”

Sementara itu,  Brigjen Pasukan Cadangan dan pendiri Israel Forum Pertahanan dan Keamananan (Defense And Security Forum/IDSF), Amir Avivi, mengatakan bahwa Nasrallah berbicara tentang beberapa hal penting yang penting untuk disimak, termasuk bahwa “tentara Israel baru memasuki posisi bertahan sejak 2006 ”. Menurut Avivi,  Nasrallah memandang kemampuan “serangan” tentara Israel tidak cukup kuat.

Dia menilai Sekjen Hizbullah mengancam bahwa “ratusan rudal presisi dapat diluncurkan oleh Hizbullah ke pangkalan angkatan udara, Kiria, dan pembangkit listrik, dengan keyakinan yang bertambah,” sementara “akan datang saatnya kita harus menghadapinya. Ini bukan jenis ancaman yang di mana kita memperkenankan Hizbullah membekali diri dengan senjata demikian.”

Dalam pidato pada peringatan 17 tahun kemenangan dalam Perang Juli 2006, Sayid Nasrallah mengancam para pemimpin Zionis Israel dengan menegaskan, “Jika kalian berperang dengan Lebanon maka kalian akan kembali ke zaman batu.”

Dia juga mengatakan, “Jika pertempuran berkembang menjadi perang dengan Poros Resistensi maka tidak akan ada yang namanya Israel…. Jalur Poros Resistensi adalah proses yang naik.”

Sayid Nasrallah menjelaskan, “Musuh telah beralih dari  ofensif, dan dari inisiator, menjadi defensif, sementara tentara Israel saat ini berada dalam kondisi terburuk dibandingkan dengan masa lalu.”

Dia menilai tentara Israel “menderita semangat juang yang lemah, minim kepercayaan antara anggota, komandan dan tingkat politik, jumlah unit tempur yang lemah, dan tidak adanya pencapaian darat.”

Dia menegaskan, “Upaya yang gagal untuk masuk ke wilayah Gaza adalah bukti untuk itu.” (alalam)

Presiden Raisi: AS dan Eropa Dalang Gelombang Kerusuhan di Iran

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengutuk permusuhan Barat terhadap Teheran, dan mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa merupakan dalang di balik gelombang kerusuhan yang pecah di Iran pada tahun lalu.

 â€œAS dan beberapa negara Eropa, bersama dengan musuh Iran, menganiaya bangsa Iran dan menargetkan keamanan, ketenangan, bisnis, dan pikiran orang-orang tercinta kami dengan mengatur kerusuhan. Namun, orang-orang kami dengan sabar telah menggagalkan rencana mereka,” ungkap Presiden Raisi dalam pertemuan dengan anggota komite yang dibentuk untuk menyelidiki berbagai aspek kerusuhan 2022.

Dia juga menekankan bahwa tidak boleh ada ketidakadilan yang dilakukan terhadap satu orang pun dalam proses penyelidikan.

“Menyajikan narasi yang benar dan adil tentang insiden tersebut berdasarkan fakta, dokumen, dan laporan saksi mata, bebas dari bias apa pun, adalah salah satu tugas terpenting komite,” ungkapnya, seperti dikutip FNA, Selasa (15/8).

Presiden Iran menegaskan kembali bahwa perbaikan harus dilakukan berkenaan dengan semua orang yang haknya telah dilanggar selama kerusuhan atau dirugikan dengan cara apa pun.

Kerusuhan yang didukung asing pecah di Iran pada September tahun lalu menyusul kematian wanita muda Iran, Mahsa Amini, 22 tahun.

Dia pingsan di kantor polisi di ibu kota Teheran dan dinyatakan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit. Laporan resmi oleh Organisasi Kedokteran Hukum Iran menyimpulkan bahwa kematian Amini disebabkan oleh penyakit, bukan dugaan pukulan di kepala atau organ tubuh lainnya.

Komunitas intelijen Iran mengatakan beberapa negara, termasuk AS dan Inggris, menggunakan alat mata-mata dan propaganda mereka untuk memprovokasi kerusuhan dengan kekerasan di negara tersebut.

Para perusuh mengamuk dan secara brutal menyerang petugas keamanan serta menyebabkan kerusakan besar pada properti umum. (fna)